Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Waktunya Terbongkar
Bab. 34
Ghani menggeleng kepala. Lagi dan lagi ia dikejutkan dengan sikap Rinda yang di luar perkiraannya. Jika cewek lain, sudah pasti akan di ambil semuanya. Bahkan pada saat dirinya menawarkan kartunya tadi. Tidak perlu menunggu dua kali tawaran, paling langsung ludes juga.
Tanpa sadar, dalam hatinya yang paling dalam Ghani mengagumi sosok Rinda. Walaupun sikap nya yang petakilan seperti itu.
Tidak ingin semakin ngelantur, Ghani segera menyalakan kembali mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Baru melaju beberapa meter, Ghani langsung menginjak gas dan menambah kecepatan laju mobilnya tersebut. Sementara bus yang ditumpangi oleh Rinda sudah melaju lebih dulu.
Sesampainya di sekolah, Ghani langsung di sambut oleh kedua temannya. Tentu, mereka ingin menanyakan perihal Ghani yang semalam langsung main cabut begitu saja.
"Tumben bawa mobil?" tanya Dimas sembari menelisik ke arah Ghani.
Ghani yang baru keluar dari dalam mobil pun menghampiri mereka berdua.
"Ada kepentingan nanti di kantor. Ada apa?" tanya Ghani langsung. Tidak biasanya mereka berdua menunggu dirinya di depan. Palingan ya di halaman samping sambil merokok.
Bukannya segera menjawab, Dimas malah menoleh ke samping dan menyenggol lengan Johan yang berdiri di sampingnya.
"Lo aja gih yang ngomong," ucap Dimas pada Johan.
"Ck! Tadi semangat banget. Giliran orangnya udah ada malah melempem kayak kerupuk," cibir Johan mengenai nyali Dimas yang langsung menciut di saat Ghani sudah tiba.
Ghani menatap aneh ke arah dua teman nya yang sikapnya tidak jelas.
"Masih pagi. Ogah ditantang ribut gue," sahut Dimas mencoba untuk mengelak. Dsn langsung mendapat tonyoran di lengannya dari Johan.
"Bilang aja nggak berani. Make alasan segala macam!" sahut Johan. Dimas terkekeh membenarkan. Karena Ghani akan berubah sangat menyeramkan jika pria itu disenggol sedikit saja.
"Semalam ke mana? Anak-anak nyariin. Mau ajak party, tapi elo nya nggak ada. Terus itu duit mau dipakai apa? Lo nggak ambil sama sekali, Gha," tanya Johan yang pada akhirnya membuka suara pada Ghani.
"Cuma masalah ini doang?"
"Lha emangnya masih ada yang lain?" sahut Dimas yang sedikit penasaran. Apa sebenarnya yang diharapkan oleh Ghani.
Ghani menggeleng. "Perkara kecil aja sampai buat kalian berdebat. Ck!"
"Eh, ada lagi sebenarnya. Cuma Dimas takut mau sampein ke lo," balas Johan cepat seraya menarik tubuh Dimas agar bergeser lebih dekat dengan posisi Ghani.
Membuat Ghani penasaran apa sebenarnya yang mau mereka katakan.
"Kalian tau gue nggak suka berbelit," ujar Ghani memperingati kedua temannya.
Glek!
Dimas dan Johan bingung mau mengatakannya dari mana. Sebab, ketika mereka tadi malam berjalan pulang dan singgah ke tempat tongkrongan sebentar untuk menemui seseorang, tanpa sengaja mereka melihat seseorang yang sangat mereka kenal.
Bukan dengan Ghani, melainkan dengan pria lain. Dan entah mereka yang mendapat rejeki atau bagaimana, Dimas dan Johan melihat orang itu tengah bercumbu mesra tanpa malu sama sekali dengan keadaan sekitarnya.
Dengan satu tarikan napas yang panjang, akhirnya Dimas memberanikan diri untuk mengeluarkan ponselnya. Mengatakan apa yang semalam ia lihat bersama Johan dan temannya yang lain.
"Begini, Gha. Lo jang—"
"Kak Ghani!" panggil seseorang yang mau menghentikan kalimat Dimas seketika. Membuat Ghani menoleh ke arah orang yang tengah berlari menuju arahnya.
"Ada apa?" tanya Ghani pada orang itu dengan nada datar.
"Ck! Gagal lagi," rutuk Dimas menahan kesal yang mendapat tepukan di bahunya dadi Johan.
"Tenang, masih ada waktu. Mungkin memang belum waktunya," sahut Johan sambil melihat kepergian Ghani bersama Bianka, anggota osis dari kelas sebelah.