Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Ingin Bercerai
Di kediaman keluarga Gultom, pertengkaran pun kembali terjadi. Miranda masih saja menyalahkan Vin yang sudah mengacaukan acara dan terus membela Mateo menantu keduanya itu.
Vindra tak habis pikir dengan pemikiran ibu mertuanya, jelas-jelas apa yang dilakukan saudara iparnya sudah memalukan keluarga besarnya, tapi kenapa masih saja kesalahan itu tetap dilimpahkan kepadanya.
Vin hanya ingin Keluarga Gultom bersikap adil padanya, memperlakukan sama seperti saudara ipar yang lainnya karena ia juga menantu di dalam keluarga Gultom.
"Vin lebih baik kamu pergi dari rumah ini, Mama sudah muak melihat ulah mu, kamu sudah mempermalukan saudara ipar mu dengan caramu itu. Tidak kah kamu bisa menghargai dan menghormati saudara iparmu dan tidak bertindak sesuka hatimu itu. Bahkan kamu sudah mempermalukan keluarga Gultom di muka umum." Usir Miranda dengan kesal sambil menunjuk ke arah luar.
Gultom ingin berusaha menenangkan Istrinya namun dia tak berdaya tak bisa mencegah atau berbuat sesuatu saat istrinya sudah marah.
"Aku tidak salah Ma, aku melakukan apa yang aku anggap benar. Apakah ayah bahagia mendapatkan hadiah barang palsu seperti itu di hari ulang tahunnya? Tidak kan Ma, Tapi kenapa Mama terus saja membela Mateo yang juga sama-sama menantu di rumah ini. Aku juga menantu keluarga ini, seharusnya kalian bisa memperlakukan aku sama seperti saudara ipar tapi kenapa kalian memperlakukan aku tidak adil begini." bentak Vin dengan kesal atas ketidakadilan keluarga Gultom, padahal selama ini Vin sudah berusaha menjadi menantu yang baik, Namun hanya karena dirinya miskin keluarga Gultom memandang dirinya sebelah mata.
"Iya kalian memang sama-sama menantu tapi kasta kalian berbeda jauh. Mateo mempunyai masa depan yang jelas, Sedangkan kamu jangankan masa depan yang ada kamu hanya menghabiskan uang Sifa saja." hina Miranda, membuat Vin semakin geram.
Vin hanya bisa mengepalkan tangannya, menahan emosi. Ia pun menatap Sifa yang sedari tadi hanya diam saja. Vin menaruh harapan pada Sifa untuk membela dirinya agar Vin bisa mendapatkan keadilan.
"Apa yang dikatakan ibu benar, Lebih baik kamu minta maaf kepada kakak ipar. Agar masalah ini bisa segera selesai. Kamu juga salah Vin, tidak seharusnya kamu mengacau pesta dan membuat, jika kamu membuktikan tidak bisakah setelah acara selesai agar tidak mempermalukan kak mateo." Ucap Sifa yang membela mamanya, membuat Vin menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Aku benar-benar kecewa Sifa, aku kira kamu akan membelaku sebagai suamimu, tapi nyatanya tidak sama sekali bahkan kamu juga menganggap apa yang aku lakukan itu salah. Untuk apa mempertahankan hubungan jika tidak ada kepercayaan dan dukungan. Baiklah, kalau begitu lebih baik kita bercerai. Seharusnya dari dulu aku melakukan hal ini daripada harus merasakan ketidakadilan seperti ini di keluarga Gultom." Ucap Vin membuat Sifa tercengang. Ia tak percaya jika Vin bisa mengucapkan kata cerai.
"Apa kamu bilang, Cerai? Seharusnya yang mengatakan cerai itu aku. Selama ini aku yang merencanakan untuk bercerai darimu. Karena selama ini aku memang tidak pernah menganggap mu sebagai suami. Tapi tidak pantas kamu yang meminta cerai dariku, seharusnya aku yang menceraikan kamu bukan malah sebaliknya." Saut Sifa tak terima jika Vin yang menggugat cerai.
"Tidak bisa! Aku tidak akan mengizinkan Sifa menyetujui perceraian begitu saja."
"Kenapa tidak bisa? Bukankah perceraian ini yang kalian semua inginkan. Bahkan kalian semua sudah melakukan berbagai cara untuk memisahkan aku dengan Sifa, lalu di saat aku sudah menyerah kenapa kalian melarang?" saut Vin meninggikan suaranya, tak perduli lagi jika yang di ajaknya bicara orang yang lebih tua.
Beberapa bulan lalu memang Miranda sudah beberapa kali melakukan berbagai cara untuk memisahkan Sifa dan Vin tapi selalu gagal dan gagal, dan hal tersebut membuat Miranda putus Asa. Namun kali ini Miranda punya sebuah rencana untuk memanfaatkan Vin.
"Baiklah, Jika kamu bersikeras untuk bercerai kamu harus memenuhi satu syarat, dan jika kamu berhasil, aku kan meminta Sifa menandatangani surat cerai itu hari itu juga." Saut Miranda.
"Katakan apa yang harus aku lakukan, agar aku bisa segera berpisah dengan Sifa."
"Baiklah, jika kamu ingin bercerai dengan Sifa, kamu harus pergi ke perusahaan BMX untuk menagih hutang sebanyak Satu miliyar. Jika kamu berhasil maka kamu bisa bercerai dengan Sifa saat itu juga." Ucap Miranda.
"Baik, Baiklah jika dengan melakukan itu aku bisa bercerai dengan Sifa aku akan melakukannya. Tapi ingat, Mama harus pegang kata-kata mama itu. Jika aku nanti berhasil jangan pernah halangi aku untuk menceraikan Sifa." Saut Vin membuat Sifa kembali hanya tercengang.
Vin yang sudah terlanjur kesal memilih kembali ke kamar dan Sifa pun mengikuti suaminya ke kamar.
"Vin aku ingin berbicara padamu. Apa yang sudah kamu lakukan, berani sekali kamu meminta cerai denganku. Asal kamu tau, kamu tidak punya hak untuk meminta cerai dariku. Hanya aku yang bisa melakukan itu hanya aku yang bisa meminta cerai darimu paham." Teriak Sifa.
"Untuk apa aku bertahan dengan hubungan ini. Jika kamu saja tak pernah mencintai aku. Jangankan mencintai membela aku saja tidak pernah. Apakah hubungan seperti ini masih harus di pertahankan?" Tanya balik Vin
"Bagaimana aku bisa mencintaimu atau membelamu, sedangkan kamu sendiri seperti pecundang yang tidak bisa melawan saat tertindas. Apa yang perlu aku banggakan dari laki-laki lemah seperti kamu. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan kamu menceraikan aku seperti ini. Aku tidak mau harga diriku hancur hanya karena kamu meminta cerai." jawab Sifa sambil menatap Vin penuh kemarahan.
"Kamu memang wanita egois Sifa. Hanya mementingkan dirimu sendiri, tanpa perduli perasaan orang lain. Apa kamu tak pernah memikirkan perasaanku, selama menjadi menantu dan tinggal di rumah keluargamu. Aku masih punya harga diri. Aku tidak bisa terus-terusan hidup dalam tekanan yang membuatku semakin tercekik dan inilah alasan ku ingin segera menceraikan kamu. Karena kamu tidak pernah mau peduli dan berubah." Jawab Vin dan memilih menghindar dari Sifa selain untuk menghentikan pertengkaran Vin takut sampai kehilangan kesabaran.
Sifa benar-benar di pukul dengan kata-kata Vin. Sifa sadar jika dirinya memang terlalu egois. Sifa pun kembali mengingat semua kebaikan yang sudah Vin lakukan padanya, namun, tak ada satupun kata terimakasih keluar dari mulutnya. Sifa pun sadar mungkin Vin sudah terlalu kuat menghadapi sikapnya yang tak pernah menghargai Vin sebagai seorang suami.
Sifa melihat Vin yang sudah merebahkan tubuhnya dan membelakangi dirinya yang masih saja berdiri terpaku.
To Be Continued ☺️☺️☺️☺️