NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 27 — Sebuah Rahasia

"Seperti ini."

Simbol-simbol rumit di sepanjang lengan Chen Huang mulai bercahaya. Ketika pemuda itu mengayunkan tangan, tampak aura biru gelap menyambar. "Sesederhana itu. Untuk jenis-jenis serangan yang dikeluarkan, tak ada patokan gerakan apalagi nama jurus. Sepenuhnya bergantung pada si pengguna. Memang ada beberapa serangan yang seperti menjadi dasar dari Simbol Magis gagak, tapi itu tak lebih hanya untuk memudahkan para pemula untuk belajar."

Bai Li mengangguk-angguk dengan kagum. "Mudah sekali."

"Jaga mulutmu!" Chen Huang sedikit tersinggung. "Hanya kelihatan mudah, tapi sebenarnya ini jauh lebih sulit. Jujur saja, jika aku bukan anggota Suku Gagak terakhir, mungkin aku akan meninggalkan cara bertarung rumit ini. Kultivasi jauh lebih mudah."

Rahang Bai Li hampir jatuh mendengarnya. Dia baru saja ditampar menggunakan tangan tak kasat mata. Lidah Chen Huang bisa setajam dan sepedas itu tanpa ia sadari.

Bai Li sendiri membutuhkan waktu tiga bulan untuk naik ke Tingkat Bumi tengah saat pertama kali berkultivasi, dan prestasi ini sudah cukup untuk membuat gurunya membanggakan diri dengan berlebihan.

"Kau itu mengerikan," gumam Bai Li dengan hati perih. "Kultivasi tidak semudah itu."

"Mudah kok, walau penjelasanmu terlalu sembarangan." Pemuda itu menarik napasnya panjang. "Setelah aku tahu teorinya, aku bahkan bisa merasakan Qi di alam hanya dengan menarik napas. Itu mudah. Lain halnya dengan energi sihir untuk mengendalikan kekuatan Simbol Magis."

"Coba jelaskan."

"Tak bisa dirasakan," tuturnya. "Sungguh, energi sihir sama sekali tak bisa dirasakan. Kami hanya meyakini mereka ada, tapi kami tak bisa merasakan apa pun. Kami hanya mampu membuktikannya lewat kemampuan masing-masing suku yang khas. Dulu pernah ada seseorang yang berkata bahwa Simbol Magis adalah anugrah Dewa, karena itulah sulit untuk menjelaskan."

Bai Li mengangguk-angguk lantas merenung. Dia sudah membuktikannya pada pertempuran tadi, betapa yang dikatakan buku itu ternyata benar. Dia harus memberitahu Chen Huang.

"Kau terlaku terobsesi dengan kultivasi, akan kuberitahukan satu hal."

Chen Huang sudah duduk kembali di tempatnya. "Apa?"

"Akan kujelaskan dari awal. Sebenarnya, kultivasi adalah sebuah metode yang diajarkan oleh orang-orang pada Zaman Permulaan. Orang-orang misterius yang mengaku sebagai Anak Dewa," jelasnya, "tapi ada celah besar dalam cerita ini. Entah sejak kapan, kultivasi mulai melenceng dari ajaran para Anak Dewa. Aku tidak tahu detailnya, hanya saja cerita itu tiba-tiba berubah haluan. Awalnya kultivasi digunakan untuk menyucikan diri, mendekatkan jiwa kita kepada langit, atau untuk perlindungan semata. Namun, sekarang banyak buku yang menjelaskan kultivasi digunakan untuk perang. Buktinya kau sudah melihat berulang kali."

Chen Huang mencerna setiap kalimat Bai Li, memperhatikan.

"Lalu ketika kita berada di danau panas itu, aku menemukan sesuatu yang dirahasiakan oleh Sekte Pedang Kelabu, aku anggap begitu karena aku sebagai mantan tetua pun tak pernah tahu buku ini ada di sekte," lanjutnya.

"Buku tentang apa?"

"Rahasia kultivasi dan Simbol Magis."

Chen Huang mengerutkan kening. "Ada hubungan di antara kita sejak dulu?"

Bai Li mengangguk. "Bahkan berhubungan dengan Raja Malam."

Mau tak mau, Chen Huang menegakkan tubuh. "Katakan!"

"Entah sejak kapan, kultivasi disalah gunakan dan digunakan untuk menandingi Simbol Magis. Tapi bagaimanapun juga, Simbol Magis adalah sesuatu yang masih amat murni, tak pernah berubah sejak Zaman Permulaan sampai hari ini. Berbeda dengan teknik kultivasi yang sudah banyak tercemar," jelasnya panjang lebar.

"Apa hubungannya dengan Raja Malam?"

Bai Li berhenti sejenak, pura-pura serius padahal dia hanya ingin membuat Chen Huang merasa penasaran lebih lama.

Dengan sikapnya yang khidmat, Bai Li melanjutkan. "Kultivator pertama adalah salah satu Pedang Hitam milik Raja Malam."

...----------------...

Pedang Hitam adalah julukan yang diberikan oleh Raja Malam kepada tujuh orang pengawalnya. Tujuh orang kepercayaan yang menemaninya bertempur melawan pasukan Tanduk Darah lima ribu tahun silam.

Itulah latar belakang dibalik ungkapan-ungkapan Suku Gagak yang sering menyinggung soal Pedang Hitam. Maksud dari ungkapan itu bukanlah pedang sesungguhnya, melainkan tujuh orang kepercayaan Raja Malam.

Musuh-musuh Raja Malam memiliki julukan lain, yaitu Pedang Hitam yang Dingin Membekukan. Dapat dibayangkan seberapa ganas tujuh orang itu.

"Aku terkejut, jadi itu alasanmu mengungkit-ungkit Pedang Hitam dalam sumpahmu?" Chen Huang menghela napas. "Bahkan pengetahuanku belum sejauh itu. Kupikir Pedang Hitam yang Dingin Membekukan adalah semacam pusaka atau begitulah."

Bai Li tersenyum mengejek. "Kupikir aku lebih gagak dari gagak?"

"Sialan! Hanya itu yang ingin kaukatakan?"

Bai Li mengangguk. "Aku hanya ingin bilang padamu, jangan terlalu fokus pada kultivasi yang sudah tercemar itu. Fokuslah pada Simbol Magismu, walau sulit, tapi itu adalah kekuatan dahsyat yang hanya dimiliki ketujuh suku Wilayah Pedalaman. Kau sudah melihatnya, hanya mengandalkan kumpulan kabut seperti itu, bahkan kultivator Tingkat Semesta pun berhasil dibantai oleh Pasukan Langit. Kalau aku tak melihatnya sendiri, aku bersumpah tak akan percaya."

"Itu karena pondasi mereka lemah. Aku bukannya buta, aku merasakan aliran Qi mereka tidak terlalu stabil," sahut Chen Huang teringat beberapa orang lawannya di pertempuran Desa Langit.

"Karena itulah kukatakan padamu kultivasi sudah tercemar. Mereka berkultivasi bukan untuk menyucikan diri lagi, tapi untuk berperang. Ajaran Anak-Anak Dewa bukan seperti ini."

"Dan alasanmu untuk balas dendam?" sesaat kemudian, Chen Huang terbelalak. Dia buru-buru minta maaf. "Maaf, bukan maksudku ...."

Bai Li hanya tersenyum. "Tak apa, aku tahu. Lagipula, tujuanku sudah berubah. Dendamku bukan lagi prioritas. Kultivasiku di Tingkat Surgawi ini hanya untuk melindungimu. Lagipula, aku sudah menjadi Pedang Hitammu."

"Kita akan menjadi Pedang Hitam Rajam Malam kelak."

"Aku ikut kau, kemana pun itu."

Malam itu, Chen Huang menghabiskan waktu dengan merenung. Benarkah apa yang dikatakan Bai Li soal Anak Dewa, kultivator pertama dan kultivasi yang tercemar?

Semua itu hanya membuatnya tidak sabar untuk segera sampai di Wilayah Tengah dan menguak semua itu. Sekte Pedang Kelabu menyimpan rahasia, buktinya ada di buku bacaan Bai Li yang diambil dari cincin ruang salah satu tetua mereka. Itu artinya, Wilayah Tengah pasti menyimpan sesuatu yang lain.

"Kita akan mencari musuh-musuhmu, Bai Li," gumamnya kepada langit. "Dan kita akan bersama-sama mengungkap misteri ini. Ah ... kalau saja umurmu tidak terlalu tua, pasti aku sudah menyiapkan mas kawin mulai dari sekarang."

Chen Huang menghela tubuhnya berdiri untuk kembali ke tempat Bai Li. Dia ingin segera tidur ketika cahaya kemerahan samar sudah tampak di ujung timur. Setelah pertempuran tadi, tubuhnya masih cukup lelah. Dia ingin tidur walau hanya sejenak.

Namun ketika dia sudah hampir tiba, Chen Huang menghentikan langkah ketika mendengar suara rintihan. Perlahan, dia menghampiri tempat itu dan mengintip. Tak ada siapa pun kecuali Bai Li, Bai Li yang sedang menangis.

"Oh ... aku tak pernah berpikir kau akan menangis untuk yang kedua kali," bisik Chen Huang kepada diri sendiri. Ada rasa bersalah karena dia berpikir Bai Li menangis akibat ucapannya tentang dendam tadi.

"Guru, aku sudah melihat harapan," gumam Bai Li di sela isaknya. "Tidak lagi soal dendam, melainkan lebih jauh daripada itu. Aku melihat cahaya ... dan Chen Huang akan membawaku ke sana. Walau itu sulit, tapi aku yakin dia mampu. Guru, kakak, dan murid terkasihku, lihatlah kami dari sana dan berbanggalah, aku akan menjadi orang terdekat dari sosok harapan umat manusia di masa depan."

Rasa haru memenuhi dada Chen Huang. Ditangkupkannya kedua tangan dan berlutut, ia lantas berdoa pada Dewanya.

"Kau telah menjawab doaku dengan memberiku seorang pelindung. Dewaku, penguasa kegelapan yang agung, aku memohon padamu. Berilah aku kekuatan untuk melindunginya hari ini, hari esok dan seterusnya. Aku tahu kau mendengar, aku tahu kau akan menjawab. Saat ini, di balik selimut malam dunia kau melihat dari kegelapan yang tidak akan bisa dilihat oleh mata manusia mana pun, tapi aku yakin kau ada di sana, mengawasi, dan melindungi."

Angin lembut bertiup, Chen Huang semakin menundukkan kepalanya.

Menurut kepercayaan Suku Gagak, hal itu hanya berarti satu hal. Dewa Kegelapan mendengar doanya.

1
Filanina
Heran, Chen Huang terlihat lbh dewasa di sini
Filanina: maksudnya dari Bai Li. Bukan dari sebelumnya.
Arisena: berubah pelan pelan
total 2 replies
Filanina
kenapa orang-orang gitu sama song Kiu?
Filanina: Oooh gitu toh. ga ngeh.
Arisena: iya dong, Chen Huang sedang terluka, dateng dateng malah kasih senyum miring/Doge/
total 2 replies
Filanina
sayapnya kayak pedang ya?
Arisena: iya, gk bisa buat terbang itu
total 1 replies
Filanina
itu ubah jangan jadi Fox.
Arisena: wokeee
total 1 replies
Filanina
mungkin orang-orang butuh komando, Chen Huang. ini kan pertempuran bersama
Ind
bisa yaa bikin cerita begini,.kalo aku nama yang digunakan aja susah bacanya,lidah orang ndeso 🤣🤣🤣
Arisena: cuma nulis doang, kalo ngucapin, lidah pun sering kepleset/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Lanjut, Thor. Makin seru.

Gaya penceritaanmu udah pas menurutku. Enak diikuti. Entahlah, beberapa yang saya baca dan bagus malah sepi.
Saya kurang paham dg selera orang-orang zaman sekarang. Kadang yg minim narasi, typo bertebaran, catlog, cerita serupa, malah lebih banyak pembacanya.
Arisena: iya, cerita mereka emang bagus, tapi kalo gk ada perubahan ya klise juga jadinya.

Apalagi dengan sistem kebijakan baru, sulit promosi kalo gk dapet ban terbaik.

Nulis serasa judol, gacha🗿
Filanina: tapi bosan kan kalau gitu2 aja. Udah banyak modelan gitu yg bagus (dulu). Kalau mirip2 ya jenuh juga. apalagi yang ngikutin banyakan masih mentah udah diup.
total 3 replies
Filanina
Iya. Mereka.
Arisena: Mereka
total 1 replies
Filanina
Padahal udah bersedih-sedih hik.
Filanina
Wkwkwk... luar biasa. kirain mau dikorbankan ini Char. ternyata author masih sayang.
Arisena: heheh, Bai Li emang bikin galau. Bikin mati gk ya/Doge/
total 1 replies
Filanina
kenapa tadinya ada bab 65, jadi ga ada?
Arisena: itu cuma pengumuman nt eror, krena udah enggak(walau masih agak lemot), yaudah kuhapus/Sweat/
total 1 replies
Filanina
part ini cukup menyentuh.

persahabatan Bai Li apa tidak akan diromantisasi?

(dari siang kesel ga bisa komen)
Arisena: kukira cuma punyaku, ternyata semuanya/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Dan pertolongan pun datang.
Arisena: masa mc gk kasih plot armor/Proud/
total 1 replies
Filanina
Kudanya lg cemas. Membahas keindahan...
Filanina
Tunggu dulu. Bukannya Chen Huang ada dalam rombongan gagak? Bukannya ga ada kultivator selain Chen Huang dan Bai Li?
Filanina: Kirain itu suku gagak semua. Cuma sedikit dong.
Arisena: Kekuatan Simbol Magis sejatinya gk boleh dipelajari oleh org selain Suku Gagak. Maka dalam rombongan itu, hanya keluarga Liu, Kai, Bai Li dan Chen Huang yg bisa menggunakan Simbol Magis. Selain itu, semuanya kultivator, baik anggota Gagak Pengembara atau Sayap Kegelapan.

Mereka kan cuma kelompok yg didirikan oleh org org Suku Gagak, bukan berarti jadi bagian dari Suku Gagak, makanya anggota dua kelompok tersebut termasuk kultivator.
total 2 replies
Filanina
Genre apa nih? Up di mana?
Arisena: Pengennya romance fantasi atau gk tetep fantim tapi bukan kultivasi, pendekar pendekar kuno gitu. Rencana pengen up di nt dulu sampe tamat baru dilempar ke pf lain.
total 1 replies
SLTN
/Smile/keren
Arisena: ✌️/Smile/
total 1 replies
Filanina
jadi bai lin terus dari tadi
Arisena: lah iya baru sadar, makasih udah diingetin🙏
total 1 replies
Filanina
kok berserabutan ya? Berhamburan mungkin?
Filanina
ya, ga maulah. kan belum nikah walau udah tua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!