Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Gimana nak, apa semuanya sudah beres"? tanya Umi Halimah.
" Alhamdulillah sudah Umi" jawab nya singkat dengan expresi dingin dan datar.
"Apa kamu sudah siap untuk berangkat sekarang nak"? Tanya Syekh Achmad.
" Sudah Abi"
Semua berjalan keluar dari ndalem, untuk mengantar keberangkatan Gus Faizal.
Gus Faizal menyalami tangan Abi nya dengan hormat, dan langsung di balas dengan pelukan hangat oleh Syekh Achmad.
"Semoga kamu bisa menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat ya nak" ucap Syekh Achmad sambil menepuk pundak putra nya.
"Aamiin.. Abi jaga kesehatan ya, selama Faiz mengajar di sana" jawab Faizal melepas kan pelukan nya lalu beralih pada Umi Halimah.
"Umi, doa ini Faizal ya"? ucap Faizal mencium tangan Umi Halimah.
Tangis Umi Halimah pecah, ia memeluk erat putra kesayangan nya itu.
Tangis nya semakin deras kala umi Halimah mengingat kepergian putra nya hanya karena seorang wanita.
" Pasti nak, Umi doa kan semoga kamu mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup mu. dan jangan lupa kamu selalu jaga kesehatan ya nak, sering sering pulang" Umi Halimah semakin mengeratkan pelukan nya.
"Terima kasih Umi"
Ia pun melepaskan pelukan nya, lalu menyalami keluar yang lain nya dan para ustadz dan pengurus pesantren.
Entah mengapa sebelum ia masuk mobil, rasa nya ingin sekali menoleh ke arah asrama di mana para santri putri tinggal. Namun ia urung kan, ia tidak berani menoleh ke sana. Faizal takut hati nya akan semakin terluka.
Faizal berharap dengan menjauh dari sini luka nya akan segera sembuh.
Faizal segera masuk ke dalam mobil yang akan membawa nya ke kota.
Sementara itu, disisi lain.
Seorang gadis berlari kecil dari kamar menuju halaman asrama sambil membawa sorban milik Gus Faizal.
Shafia berharap masih ada waktu untuk dirinya menjelaskan kesalah artian Gus Faizal pada nya sekaligus ingin mengembalikan sorban milik nya yang pernah Gus Faizal pinjamkan waktu itu.
Namun sayang, Shafia hanya bisa menatap sedih mobil yang kini sudah mulai berjalan meninggalkan pekarangan pesantren.
Ia menggenggam erat sorban putih yang ada di tangan nya.
Ia bahkan tidak punya kesempatan untuk melanjutkan kata kata nya yang belum tuntas dan malah di salah arti kan oleh nya.
Dan kini Shafia hanya menatap nant mobil putih yang membawa Faizal pergi menjauh.
Bagaimana ia akan bisa menjelaskan kesalah faham ini, sementara saat ini jarak mereka sudah terbentang jauh.
Entah mengapa hati Shafia merasa begitu sakit, ada perasaan yang seperti tidak rela dengan kepergian Gus Faizal.
Ia tidak tau bagaimana kedepan nya, mungkin setelah Gus Faizal pergi pria itu akan menemukan cinta sejati nya, dan Shafia sudah pasti tidak akan pernah memiliki kesempatan atau pun peluang lagi untuk ia mengatakan yang sebenarnya.
Shafia kembali ke kamar nya dengan hati penuh kecewa, tapi ia beruntung memiliki sahabat yang saling mengerti.
"Gimana Sha" tanya Nindi begitu Shafia masuk.
Shafia hanya mengelengkan kepala nya dengan lemah, mata nya memerah dan berkaca kaca.
Melihat hal itu ketiga sahabat nya langsung kompak memeluk Shafia.
"Kamu yang sabar ya Sha,, aku yakin jika Gus Faizal adalah jodoh mu" ujar Via.
"Sebaiknya kamu berdoa saja, jika memang Gus Faizal adalah jodoh mu sejauh apa pun jarak memisahkan pasti akan bersatu" ujar nindi kemudian.
"Dan jika memang Gus Faizal bukan jodoh ku, aku pun iklas Nin, Gus Faizal sudah pergi itu artinya dia bukan jodoh ku. Aku akan lebih fokus pada pendidikan ku saat ini" jawab nindi, hati nya mulai tenan setelah mendapat pelukan dari para sahabat nya.
"Nah gitu dong, ini baru Shafia yang aku kenal pertama dulu, bukan Shafia yang kemaren cengeng dan lemot" ujar Via membuat ketiga nya tertawa.
"Terima kasih ya, Kalian memang sahabat rasa saudara" balas Shafia.
Mereka kembali tersenyum dan berpelukan.
"Ngomong ngomong bosan juga ya di dalam kamar, mumpung libur gimana kalau kita ke warung saja" Ajak Tiara si hobi makan.
Dan langsung di setujui ketiga teman nya.
Mereka ber empat langsung bergegas kewarung depan pesantren, setelah sebelumnya meraka sama sama merapikan penampilan nya.
Ada yang merapikan hijab nya, ada yang menganti gamis nya dan ada pula yang dandan terlebih dahulu.
Mereka berjalan beriringan menuju warung, setelah sampai di warung salah satu dari mereka memesan menu favorit untuk mereka.
Sambil bercerita dan bercanda mereka menikmati menu yang mereka pesan, tanpa mereka sadari ada dua santri putra yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik nya.
"Ra,, coba deh kamu lihat dua santri itu. seperti nya sedari tadi melihat ke arah sini terus" ujar Via.
Serentak mereka langsung melihat ke arah yang di maksut Via.
"Sepertinya pria yang satu itu lihatin kamu terus deh Nin" ucap Via.
Dan memang iya, pria itu sedari tadi memang terus memperhatikan Nindi.
"Oh.. itu Ustad Zaki" kata Nindi.
"Kamu kenal dia"? tanya Shafia.
"Gak kenal sih, cuma aku pernah melihat nya waktu ada perkumpulan panitia pesantren" jawab Nindi.
"Seperti nya dia suka sama kamu" ucap Tiara.
"Jangan asal bicara ach" ucap Nindi.
"Dia terus lihatin kamu lho" sahut Tiara.
"Sudah sudah, sebaiknya kita habis kan saja makanan kita habis ini kembali ke asrama" ujar Shafia.
Mereka pun akhirnya melanjutkan makan nya, dan menghiraukan kedua pria yang masih memperhatikan mereka.
\*Ada saat nya kamu memperjuangkan dan di perjuangkan oleh seseorang, bersabarlah dan fokus lah untuk memantaskan dirimu.
Yakinlah Allah akan hadirkan dan tunjukan penyempurna agama mu disaat yang tepat"
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih