Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tubuhmu Tidak Menarik
Malam itu bulan purnama menjadi saksi bisu bagaimana dunia insan yang tengah bercinta, walaupun mungkin diawali dengan sebuah pemaksaan, namun Nadine ikut terhanyut dalam pusaran gairah yang Marvin ciptakan.
Entah sejak kapan tanpa Nadine sadari, ia memeluk punggung pria yang sedang memompa tubuhnya, peluh keringat membanjiri keduanya, namun pria yang berada di atasnya tak kenal lelah, pria itu begitu gagah menghujamnya lagi dan lagi.
Nadine hanya bisa pasrah, dia menenggelamkan kepalanya di dada bidang Marvin, tercium aroma maskulin dari pria tampan dan misterius itu. Kenikmatan ini mengalahkan logikanya.
Pelepasan dan pelepasan telah mereka rasakan untuk kesekian kalinya membanjiri milik Nadine. Namun Marvin tidak ada kata lelah, dia belum puas menggempur tubuh indahnya Nadine. Milik Nadine telah memanjakannya dengan kenikmatan yang baru dia rasakan, seakan sedang menjepit dan meremas-remasnya, begitu memabukkan.
Nadine mulai mengantuk, dia tidak tau kapan berhentinya pria tampan itu menjamah tubuhnya, seakan Marvin belum merelakan kenikmatan ini akan berakhir.
Paginya...
Silau sinar cahaya matahari dibalik jendela membuat Nadine terbangun, dia menggeliatkan badannya, badannya terasa pegal dan hampir mau remuk mungkin karena efek Marvin menjamah tubuhnya sampai pagi.
Nadine mengerjapkan mata, begitu dia tersadar dia tidak memakai satu helai kain apapun, tubuhnya hanya ditutupi selimut saja, bahkan dia melihat ada noda darah di seprai.
Rupanya semalam bukanlah sebuah mimpi, malam panas dia bersama Marvin itu nyata adanya.
"Shhh... akhh..." Nadine meringis merasakan perih di bawah perutnya. Entah karena milik Marvin yang besar atau karena memang untuk pertama kalinya melakukannya makanya milik Nadine terasa sakit dan perih.
Kemudian Nadine memukul-mukul kepalanya, "Dasar gadis bodoh!"
Dia menyalahkan dirinya sendiri, mengapa semalam dia ikut mendes-ah, mengapa seakan semalam dia begitu menikmati saat pria itu menjamah tubuhnya, walaupun tidak bisa dipungkiri rasanya memang... Nadine malu sekali mengakuinya.
Namun Nadine memiliki harga diri, Marvin tidak boleh berbuat semena-mena padanya, dia harus memastikan peristiwa semalam tidak akan terulang lagi.
Nadine melihat cincin tunangan yang melingkari jari manisnya, dia menghela nafas, dia baru sadar ternyata dia sudah memiliki tunangan, bahkan dia telah menolak Damar saat mengajaknya bercinta, tapi dia malah memberikan kesuciannya pada pria misterius, seorang Adam Alvarez.
"Bagaimana kalau nanti aku menikah dengan Damar, dan Damar tau aku tidak perawan lagi?" lirihnya.
Nadine memijat-mijat kepalanya, percuma saja jika dia menangis karena semuanya telah terjadi, yang ada dia akan terlihat lemah di depan Marvin.
Nadine segera memakai pakaian yang telah Marvin siapkan. Marvin memang telah membeli banyak pakaian untuknya, karena itu dia setiap hari selalu memakai pakaian yang berbeda.
Nadine keluar dari kamar, dia melihat Marvin yang sedang sarapan pagi, pria itu terlihat begitu tenang, seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka.
"Adam!" Nadine duduk di depan pria itu, jarak mereka hanya terhalangi meja makan. "Sebenarnya siapa dirimu? Mengapa kamu menculikku?" Nadine bertanya dengan sorot matanya yang tajam.
Marvin tak bergeming, pria itu bersikap begitu dingin, dia menatap Nadine yang terlihat menahan amarah padanya. "Belum saatnya kamu tau." jawabnya dengan ketus.
Jawaban dari Marvin membuat Nadine semakin emosi, "Apa kamu tau, setelah aku keluar dari sini aku akan melaporkan kamu ke polisi atas kasus penculikan dan pemerkosaan. Bayangkan saja seorang pengusaha muda dari Australia, Adam Alvarez, ternyata kelakuannya begitu bejat."
Marvin hanya tersenyum smirk, dia tidak yakin apa Nadine bisa keluar dari sini, apalagi Om Theo menyuruhnya untuk membunuhnya, mengirimkan bagian tubuhnya ke Tuan Rama dan Sonya sebagai kejutan.
"Pemerkosaan?" Marvin tersenyum geli, "Apa kamu lupa semalam kamu begitu menikmatinya, kamu mendes-ah menyebutkan namaku? Atau kamu ingin kita mengulanginya lagi agar kamu ingat bagaimana suara des-ahan kamu yang begitu seksi?"
Nadine menjadi gelapan ditanya seperti itu, "Jangan pernah melakukannya lagi, kamu harus ingat aku sudah memiliki tunangan, seharusnya beberapa hari lagi kami akan menikah."
Marvin menganggukkan kepala, pria itu begitu dingin dan arogan, padahal semalam dia begitu liar. "Oke, tubuhmu tidak menarik untukku, tidak ada yang spesial, tidak ada yang bisa membuat aku menjadi candu. Apalagi ukuran dadamu begitu kecil."
Nadine sangat geram sekali, dia membawa segelas air minuman di atas meja makan itu, lalu menumpahkannya ke wajah Marvin.
Marvin mendengus kesal, wajah dan bajunya menjadi basah karena ulah wanita dihadapannya itu. Seharusnya dia membalasnya dengan yang lebih sadis, tapi entah mengapa seakan ada sesuatu yang membuat dia bisa menahan emosi pada wanita itu. Dia hanya menatap tajam pada Nadine. Kemudian dia mengelap wajahnya dengan tisu.
"Aku pegang kata-katamu itu, jangan pernah menyentuh aku lagi." Nadine berkata begitu dengan tatapan matanya yang kesal, kemudian dia segera berdiri untuk pergi.
Namun perkataan Marvin mengurungkan niatnya.
"Jangan menyesal karena kamu tidak bisa memberikan kesucian kamu pada tunangamu itu, Damar Pratama lebih parah darimu."
Marvin menunjukan laptopnya, disana terlihat ada beberapa foto Damar yang sedang tidur bersama beberapa wanita, ternyata dia sering gonta ganti wanita.
Nadine membulatkan matanya, dia sama sekali tidak menyangka Damar sering tidur dengan wanita lain dibelakangnya. Walaupun dia tidak mencintai Damar, tapi dia mencoba setia pada pria itu.
Namun ada satu hal yang Nadine sadari, Marvin adalah pria yang berbahaya dan mengerikan, sampai dia bisa tau siapa tunangannya dan apa yang dilakukan oleh tunangannya.
"Seharusnya dia sedih karena kehilangan kamu, tapi ternyata dia malah asik tidur dengan wanita lain. Karena itu jika kamu berhasil keluar dari sini, lalu menikah dengan dia, jika dia memprotes karena kamu tidak perawan lagi, kamu tunjukkan saja foto-foto ini."
Nadine malah kesal pada Marvin, karena pria itulah yang membuat dia tidak perawan lagi. Tapi Marvin bersikap seakan dia tidak memiliki kesalahan padanya. "Kalau begitu bagaimana kalau kamu membiarkan aku pergi sekarang? Aku akan melupakan semua perlakuan burukmu padaku."
Marvin menyeringai, "Sayangnya tidak akan, tidak ada yang bisa keluar dari sini kecuali kamu mati atau aku yang mengeluarkannya sendiri."
Nadine hanya bisa menatap pria itu dengan penuh kekesalan.
"Hari ini aku ingin kamu membersihkan mansion ini, jangan sampai ada debu sedikit pun."
Nadine tidak terima Marvin menyuruhnya seenaknya, padahal badannya masih terasa linu, apalagi bagian intinya masih terasa perih. "Aku tidak mau, mengapa kamu harus menyuruh aku seenaknya?"
"Lakukan saja apa yang aku perintahkan! Kalau tidak, aku akan menghukum kamu dengan cara seperti semalam."
Nadine menelan saliva mendengarnya, tentu saja dia lebih memilih membersihkan mansion dari pada harus tidur lagi dengan pria itu.