NOVEL LUAR BIASA
🏆 Juara Harapan Baru Novel Pria YAAW 10🏆
Perjalanan seorang pemuda bernama Lei Tian, ia adalah pewaris Klan Lei di Ibukota Provinsi Sinchuan. Ketika masih bayi ia dibawa pergi ke sebuah Desa yang sangat jauh dari Ibukota, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak ia mengalami penghinaan dan penindasan. Hingga Ia dewasa dan menemukan sebuah rahasia besar di dalam tubuhnya, barulah ia mulai mendapatkan titik terang tentang jati dirinya.
Pada saat usia delapan belas Tahun barulah ia menuju Ibukota untuk berpetualang sekaligus untuk mencari tahu tentang asal usulnya.
Namun setelah ia mengetahui tentang keluarganya, berbagai peristiwa pembunuhan dan pengkhianatan mulai terkuak.
Hingga suatu hari ia membawa Klan Lei sebagai Klan yang disegani di Dunia Biru dan mencatatkan namanya sebagai Legenda Abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teknik Dasar Memegang Belati
Menyadari ada orang lain, Lei Tian segera menghampiri orang tersebut untuk memastikannya. Selama beberapa waktu berkultivasi baru sekarang ia merasakan hawa kehadiran seseorang.
Meski Lei Tian tidak merasakan adanya ancaman tetapi ia juga tidak dapat merasakan sama sekali kekuatan dari orang yang terlihat tua tersebut. Lei Tian melangkah mendekat untuk menghampiri lelaki tua yang berada tidak jauh darinya.
Dalam beberapa lompatan, ia berhasil mendekat ke arah lelaki tua tersebut.
“Nak, apakah kau berasal dari Sekte Belati Merah?” tanya lelaki tua tersebut mengawali perjumpaan dengan Lei Tian.
Baju yang digunakan oleh Lei Tian saat ini adalah seragam berwarna merah marun yang menjadi ciri khas Sekte Belati Merah.
“Benar kakek, kalau boleh tahu kakek ini siapa?” tanya Lei Tian dengan sopan.
“Panggil saja Kakek Song, aku juga berasal dari Sekte Belati Merah, hanya saja di usiaku yang seperti ini tidak memiliki kegiatan yang penting. Sesekali aku hanya berdiam diri di sini sambil mengenang saat-saat muda” jawab lelaki tersebut yang di tangannya terdapat beberapa ekor ikan.
“Apakah kakek sedang menangkap ikan?” tanya Lei Tian yang melihat beberapa ekor ikan yang cukup besar.
“Benar, apakah kau mau merasakan ikan sungai Gunung Bishou?” tanya lelaki tua tersebut mencoba terlihat akrab.
“Mau” jawab Lei Tian tanpa ragu.
“Ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya Penatua Song dengan santai.
“Nama saya adalah Lei Tian, aku murid baru di sini” jawab Lei Tian dengan lugas.
“Nama yang bagus, apa yang sedang kau lakukan di tempat seperti ini?” tanya Penatua Song pura-pura tidak tahu.
“Saya sedang melatih teknik beladiri, namun beberapa hari yang lalu saya mengalami kecelakaan dan terpaksa harus menunda rencana tersebut” ungkap Lei Tian dengan ekspresi tenang.
“Owh..” ucap Penatua Song sambil menganggukkan kepala.
Dalam hatinya, Penatua Song merasa senang dengan kejujuran Lei Tian. Biasanya seseorang akan menutupi sebisa mungkin terkait aktivitas tertutupnya.
“Apakah kakek sudah sering menangkap ikan di sungai ini?” tanya Lei Tian penasaran.
“Cukup sering juga, di tempat ini ikan lebih banyak ketimbang di tempat lain” jawab Penatua Song sambil membersihkan ikan.
“Kakek, biar saya saja yang membersihkannya” ucap Lei Tian sambil menawarkan diri.
“Silahkan” jawab Penatua Song mempersilahkan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Penatua Song, Lei Tian segera mengeluarkan belati yang baru ia dapatkan dari cincin penyimpanannya. Penatua Song cukup tertarik dengan belati yang berada di tangan Lei Tian.
“Apakah kamu sendiri yang memilih belati tersebut?” tanya Penatua Song kemudian.
“Belati ini saya dapatkan dari paman saya, dan baru kali ini juga saya menggunakannya” ujar Lei Tian dengan jujur.
Setelah berkata demikian, Lei Tian kembali melanjutkan memegang belatinya yang berada di tangan kanan.
Selama beberapa saat Lei Tian membersihkan ikan, Penatua Song kemudian berkata.
“Tolong perhatikan caramu memegang belati tersebut. Untuk memegang belati, kamu harus memastikan jika belati yang kamu gunakan terasa nyaman dan cocok dengan dirimu. Pada saat memegang belati, kamu harus memberi sensasi mengambang pada ibu jari dan jari telunjuk.
Jaga agar jari tengah kita tidak terasa ketat atau longgar dan kencangkan jari manis serta kelingking kita. Genggaman santai merupakan cara menggenggam yang salah, kamu harus mencabut belati dengan niat menebas jatuh lawan. Saat melakukannya, kamu harus memegang belati sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan dalam genggamanmu atau kemungkinan tangan tidak akan meleset ke posisi yang tidak terkendali.
Bagaimanapun posisinya, baik itu sedang menahan, menangkis, menyerang, atau menekan pedang lawan, kamu hanya boleh sedikit saja menggerakkan ibu jari dan jari telunjuk.
“Hal terpenting lainnya selain cara memegang belati adalah efektivitas gerakan dan kesempurnaan gerakan baik untuk menyerang dan bertahan, percuma jika gerakanmu bagus namun masih memiliki celah” ucap Penatua Song dengan ekspresi serius.
Lei Tian terkejut dengan pemahaman yang baru saja ia dapatkan dari kakek tua yang berada di depannya, andai saja ia tahu jika saat ini sebenarnya ia sedang berhadapan dengan seorang Penatua maka Lei Tian bisa dikatakan sebagai murid luar yang paling beruntung.
Bahkan murid yang memiliki peringkat sepuluh teratas saja tidak cukup untuk mendapatkan perhatian Penatua Song, namun Lei Tian mendapatkan pengajaran dengan percuma.
Lei Tian segera mengikuti arahan dari Penatua Song, ada perbedaan yang signifikan dengan pola pegangan yang sebelumnya ia lakukan.
“Kakek Song, terimakasih atas pengajarannya” ucap Lei Tian dengan hormat.
“Hahaha.. Kamu tidak usah sungkan, hal semacam ini adalah pengetahuan dasar di Sekte Belati Merah. Hanya saja beberapa orang mulai mengabaikan teknik tersebut, mereka cenderung menggunakan teknik mengikuti ilmu pedang. Padahal belati adalah senjata mematikan pada pertempuran jarak dekat” ujar Penatua Song.
Lei Tian dengan serius mendengarkan kata-kata dari Penatua Song, ia tidak melewatkan satu kata pun. Meski Penatua Song terlihat biasa saja, namun kini Lei Tian yakin jika Penatua Song tidak sesederhana yang ia lihat.
Penatua Song cukup senang dengan sikap Lei Tian yang rendah hati sehingga bisa dengan mudah mencerna ucapan yang baru saja ia sampaikan. Selain itu Penatua Song juga dapat dengan mudah melihat respon Lei Tian dalam mengaplikasikan ucapannya. Kini Lei Tian sudah melakukan gerakan menggenggam belati seperti apa yang ia ajarkan tadi.
Sambil membakar ikan, Lei Tian kembali mendapatkan beberapa pengetahuan lagi terkait teknik menggunakan belati. Namun kini ia semakin yakin dengan pilihannya memilih Teknik Tinju Api, sementara untuk tubuh Ilusi ia akan membacanya nanti malam saat di kediamannya.
Lei Tian makan dengan lahap setelah beberapa hari tidak makan, meskipun seorang kultivator sejati bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum namun Lei Tian masih termasuk kultivator pemula. Apalagi usianya juga masih 15 tahun, masih dalam usia pertumbuhan dan perkembangan.
Setelah selesai makan, ia berniat ingin melanjutkan rencana berlatihnya.
“Kakek Song, saya mohon izin untuk berlatih kembali” ucap Lei Tian dengan sopan.
“Silahkan lanjutkan, aku akan melihat gerakanmu jika tidak keberatan” ujar Penatua Song.
“Tentu saja boleh, justru saya ingin meminta beberapa petunjuk dari Teknik Tinju Api yang akan saya praktekkan” ucap Lei Tian dengan sungguh-sungguh.
Penatua Song cukup kaget dengan Teknik Tinju Api yang baru saja dikatakan oleh Lei Tian.
"Semakin menarik..." gumamnya dalam hati.
Lei Tian kemudian memejamkan matanya, mengingat beberapa gerakan yang sebelumnya sudah ia rekam dalam memorinya. Kekurangannya yang sebelumnya juga ia cermati dengan baik seperti penyaluran tenaga dalam yang mengandung karekteristik.
Meskipun saat ini ia belum mengetahui potensi tenaga dalamnya namun ia dapat merasakan jika apa yang ada di dalam dirinya sudah mengalir suatu kekuatan yang sangat besar.