Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.
Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Mawangi
Cahaya matahari sore memantul di tepi sungai yang mengalir tenang, Wijaya tampak kelelahan karena belum berhasil menangkap ikan, ternyata menangkap ikan dengan tombak sangat sulit, pikirnya. Dia bersandar lesu di sebuah batu. Wijaya berbicara pada dirinya sendiri, "mereka bukan hantu, karena mereka terlihat nyata bahkan di bawah sinar matahari yang terik seperti ini."
Wijaya mengintip dari balik batu, terlihat pria itu sedang memegang tombaknya dan menatap ke arah sungai. Langit sore mulai menemani penyesalannya yang sudah membuang waktu di sungai ini. "Akang,'' dari arah belakang terdengar suara panggilan, Wijaya menoleh, ternyata itu Mawangi. Dia tersenyum pada Wijaya dan bertanya tangkapan ikannya.
"Saya belum dapat ikan, ternyata sulit ya menangkap ikan dengan tombak,'' kata Wijaya.
"Kalau belum terbiasa memang sulit, Kang," jawab Mawangi.
"Nama kamu siapa?" tanya Wijaya.
''Kenapa kalian tinggal di pedalaman seperti ini?'' tanyanya lagi padahal pertanyaan pertama belum dijawab oleh gadis cantik itu.
"Kami adalah warga Desa Karajaan Sagara, kami sudah lama pindah kemari karena tidak suka dengan kepemimpinan Kepala Desa kami."
"Kenapa tidak pindah ke Desa Talaga Seungit saja?'' taya Wijaya.
"Neng mah nurut kata Bapak saja, dia lebih nyaman tinggal di pedalaman seperti ini, tinggal di dekat sungai juga memudahkan kami untuk beraktivitas, bisa mencari bahan makanan dengan mudah selain ikan, kerang, dan hewan air lainnya, banyak hewan dari hutan yang datang ke sungai untuk menghilangkan dahaga, saat itulah Bapak memanah mereka," ungkap Mawangi.
"Akang sendiri mau kemana sih, kok pergi menjauhi kampung?'' tanya Mawangi penasaran.
"Saya ingin bertemu seseorang, dia tinggal di dekat Air Terjun Naga,'' jawab Wijaya.
''Air terjun Naga mah masih jauh atuh, mending Akang menginap dulu di rumah kami, meskipun rumah sederhana tapi Akang bisa melepaskan rasa lelah dan makan ikan bakar dulu,''
"Mawangi, ayo pulang!" pria paruh baya itu datang mendekati mereka berdua.
"Kamu dapat ikan berapa banyak?" tanya bapak paruh baya itu.
"Maaf saya tidak dapat ikan satu pun, sulit sekali Pak, ikannya selalu kabur saat saya menghujamkan tombak saya,'' keluh Wijaya Kusuma.
Pria paruh baya itu tertawa kecil lalu berkata, "sudah tidak apa-apa, ayo ikut kami untuk makan malam, sebentar lagi hari gelap, berbahaya meneruskan perjalanan malam menembus alam liar seperti ini,'' ucap bapak itu.
Wijaya pun setuju, dia mengikuti langkah kaki Mawangi dan bapaknya, hingga mereka sampai disebuah gubuk dari kayu, dari samping rumah terlihat wanita paruh baya sedang menyalakan perapian.
"Neng, tadi kamu belum jawab pertanyaan Akang, nama Neng teh apa?'' tanya Wijaya yang duduk di kursi panjang dari bambu, di letakan di depan rumah.
"Nama saya Mawangi, panggil saja Mawang atau Ani,'' jawab si gadis cantik.
"Neng, bantu ibu masak ya!' teriak ibunya yang baru saja menerima ikan hasil tangkapan suaminya.
Wijaya lalu mengobrol dengan bapak Mawangi hingga malam menjelang, saat suasana semakin gelap mencekam, mereka menikmati masakan sederhana dari ikan hasil tangkapan tadi sore, diterangi sebuah obor mereka berkumpul di tengah rumah. Saat Wijaya Kusuma sedang makan, Mawangi terpesona melihat sosok Wijaya Kusuma yang bertubuh tegap dan kekar.
Saat Wijaya tak sengaja menatapnya, Mawangi membuang pandangan dan melanjutkan makan, saat itu Mawangi merencakanan sesuatu, nanti malam ketika semua orang sudah tidur, dia akan mendatangi Wijaya Kusuma dan mengajaknya melakukan sesuatu.