Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bogel Sakti!!
1
Malam itu juga, setelah menghilangnya Bogel.
“Kalian lihat?” Kata Dika. “Bogel bisa menghilang!”
“Bogel sakti!” Jawab Udin.
Aku hanya bisa mendengar celotehan mereka berdua. Pikiranku, tatapanku, semuanya tertuju ke Efi yang sedang menangis.
“Sudah, jangan pikirkan kata-kata Bogel.” Kataku kepada Efi.
“Ceritakan rahasia apa yang kamu sembunyikan.” Jawab Efi.
Astaga, aku mesti gimana? Apa keputusanku menceritakan Efa ke Ayu adalah kesalahan? Jelas salah ya?
Cukup lama aku berpikir. “Aku akan ceritakan besok pagi saja.” Kataku kemudian. “Sekarang sudah tengah malam. Jangan membuat Pak Nur lebih cemas lagi.”
“Sekarang.”
Dan mau ga mau aku pun menceritakan kejadian Efa beberapa bulan yang lalu. Udin dan dika melongo mendengarkan ceritaku. Sedangkan Efi..
“Terimakasih sudah merahasiakannya selama ini.” Kata Efi sambil tersenyum nanar.
“Maaf, aku tidak cerita ke kamu, karena aku sudah janji sama ibuku.” Kataku.
“Ya, dan kau melanggar sumpah janjimu ke ibumu. Kamu bercerita hal itu ke Ayu. Tidak kepadaku.”
“Aku hanya berharap Ayu mengerti keadaanya. Mengerti yang menjahilinya itu bukan kamu.” Aku diam cukup lama. “Aku, Cuma tidak tahan ada yang menyakitimu Ef. Aku, aku hanya ingin melindungi perasaanmu.”
“Saat ini aku kecewa sama kamu Yon.”
“Aku tidak peduli kamu membenciku. Aku hanya ingin kamu tidak di benci orang lain. Itu saja. Aku hanya ingin melihatmu selalu tersenyum. SIAL. Saat ini aku malah membuatmu menangis. Hahahaa. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah tidak tahu harus bicara apa lagi ke kamu.”
Sialan, memalukan. Aku menangis di depan seorang perempuan. Anjay. Kok geting aku. XD
“Aku akan memaafkan kamu, kalau kamu mau menemaniku kesana.” Kata Efi setelah kami diam cukup lama.
“Efi, disana berbahaya.” Kataku.
“Kamu bisa melindungiku kan?” kali ini dia tersenyum seperti biasa. Senyumannya yang se indah mentari pagi. Uehem
“Baiklah.” Aku tiba-tiba merasa bersemangat.
“Gitu donk. Itu baru Riyono yang aku kenal. Hehe”
“Aku juga ikut.” Kata Angga.
“Aku juga.” Kata Dika. “Aku sudah terlibat cukup jauh. Aku harus melihat akhir permasalahan ini.”
“Terimakasih semuanya. Kalian benar-benar teman sejati.” Kata Efi sambil membalikan badannya. “Kita istirahat dulu. Benar kata Riyon. Kita jangan membuat Pak Nur lebih cemas lagi.” Dan dia pun berlari ke kelas tempat anak-anak perempuan tidur.
2
Pagi harinya. Hari sangat dingin, kabut masih menyelimuti Desa Mulyorejo. Burung-burung bernyanyi menyambut sang mentari.
Aku menuju ke tempat terakir Bogel terlihat. Ada bekas gosong dan ada kulit telur ayam. Apa mungkin Bogel beneran sakti? Pikirku saat itu.
Jelas-jelas Bogel kemarin berdiri di sini, setelah itu, dia seperti melepar sesuatu ke tanah sebelum asap itu menghilang. Apakah Bogel memiliki kekuatan sihir, sim salabim ada bedah gitu? Atau, hanya sebuah trik saja?
Aku menyelidiki tanah sekitar situ. Ada jejak kaki. Kemarin hanya Bogel saja yang berdiri di sini. Jadi, jejak kaki ini punya bogel. Kalau aku mengikuti jejak ini. Aku pasti bisa menemukan tempat persembunyian Bogel selama ini.
“Ada jejak kaki!”
“Eh monyong.” Pekikku kaget saat ada suara dari belakangku.
“Hehee, maap kaget ya?” Ternyata Efi. Dia sudah kembali seperti semula.
Aku masih tidak enak atas kejadian kemarin. Unuk, eh untuk menutupi kekhawatiran ku, aku mencoba sedikit bercanda.
“Efi apa Efa ya? Hehee.”
Dia Cuma tersenyum samar. Sial, gagal. Dia masih marah.
“Mau ikut aku?” Tanyaku. “Aku mau mengikuti jejak kaki ini. Siapa tahu ini jejaknya Bogel.”
“Maaf, aku harus segera pulang begitu acara pramuka ini selesai. Aku harus bertanya tentang Kak Efa sama bapak ibuku.”
“Apakah dengan begitu, ibumu akan baik-baik saja?" kataku. “Dia begitu trauma mengetahui meninggalnya Kakakmu. Apa sebaiknya kamu rahasiakan dulu sampai kamu menemukan waktu yang tepat untuk bertanya?”
“Benar kata Bogel. Kamu benar-benar sok bijak. Tapi aku rasa itu adalah saran yang terbaik buat ibuku.”
“Hahaha.” Aku tertawa seolah-olah aku tersinggung. “Terus, bagaimana?”
“Apanya?”
“Mau ikut aku menyelidiki kasus ini denganku? Siapa tahu kita mengetahui tempat pesembunyian Bogel, dan membongkar trik kesaktiannya?”
“Baiklah.”
“Siap di omeli Pak Nur lagi?”
“Siapa takut.”
3
Kami mengikuti jejak kaki tersebut. Pas di arah Ba’an, tepatnya saat Bogel muncul di belakangku. Aku melihat ada jejak kaki lain yang menuju ke arah selatan. Aku dan Efi mengikutinya.
Sampai di pinggir sungai, di sampingnya ada rimbunan pohon bambu. Jejak kaki itu menuju ke sana.
“Bogel masuk ke hutan Bambu.” Kata Efi. “Kamu tahu ada apa di dalam sana?”
“Aku belum pernah kesana.” Jawabku. “Tempat ini sangat menyeramkan walapun saat siang. Dengerin saja suara bambu ini saat tertiup angin.”
Efi melakukan apa yang ku suruh. Dia mengkonsentrasikan pendengarannya.
“Benar. Suaranya seperti orang tertawa, ‘kriyek kek kek kek kek.’ Gitu.”
Aku tertawa geli saat mendengar suara Efi saat dia menirukan suara bambu itu.
“Apanya yang lucu?” di cemberut.
“Ah, maaf. Kamu lucu sekali tadi. Hihihi.” Aku masih cekikikan.
“Ya udah, aku pulang aja.”
“Eh, maaf. Becanda. Becanda.”
Dia tersenyum. Ternyata Cuma pura-pura ngambek. Dasar cewek.
“Ayo kita lanjut.” Kataku.
“Ya”
Dan kami pun melanjutkan penyelidikan kami. Kami memasuki rimbunan pohon bambu itu. Rimbunan apa hutannya? Terserah deh.
Kami cukup kesulitan saat mencoba menerobos masuk hutan bambu itu. Semak-belukar yang rimbun dan cukup tinggi adalah alasannya. Tapi, kami tidak boleh menyerah. Kami harus tetap semangat.
Beberapa menit kemudian. Kami melihat ada sebuah pagar dari bambu di depan. Itu sebagai penanda berakhirnya hutan bambu ini dengan sebuah tanah lapang.
Di balik hutan tersebut, ada sebuah gubuk kecil.
Yos, akhirnya aku dan Efi menemukan tempat persembunyian Bogel.
Itu lah yang kami pikir, ternyata. Perkiraan kami salah. Itu rumah.....
4
Karena rumah itu dikelilingi oleh pagar bambu yang cukup rapat. kami sangat kesulitan saat mencoba mendekati rumah itu.
Rumah itu persis menghadap ke arah kami berada. Rumah sederhana, terbuat dri bilik bambu seperti rumahku. Tapi lebih sederhana lagi, karea aku lihat ada beberapa lubang cukup besar di dinding-dindingnya.
“Ada asap dari arah belakang rumah.” Kata Efi.
“Benar, ayo kita memutar saja. Siapa tahu disana ada jalan masuknya.” Jawabku.
Karena halaman yang dikelilingi pagar bambu itu tidak terlalu luas. Jadi dalam waktu singkat kita sudah berada tepat di depan belakang rumah itu. Maksudnya gimana ya? Eto. Wes pokok e ngunu wes. Angel njelasno e. Hehe
“Ada orang.” Kata Efi.
Seseorang membawa pentungan keluar rumah. Pakaiannya sangat compang-camping. Kulitnya sangat kotor, seperti tidak pernah mandi. Usianya sudah se umuran Mbah Di lah kira-kira.
‘JRENG’ Tatapan mata kami bertemu.
“Heh. MALING. MALING. MALING!!!” dia berteriak kepada kami.
“WAAAHH, kabur Ef. Dia orangg Gila.” Teriakku.
“Heh, siapa yang kamu sebut orang gila itu?” Teriak Orang gila itu.
Kita kabur keluar dari hutan bambu itu. Di perjalanan itu, kami bertemu seseorang.
“Kenapa lari-lari nak?” Kata orang itu.
“Ada orang gila disana, dia bawa pentungan.” Kataku.
“Oh dia? Dia bapakku. Namanya Purwanto. Dia memang begitu setelah mencoba melakukan pesugihan.”
“Eh?” mendengar itu kami jelas sangat terkejut. Karena kemarin malam kami berdua mendengar cerita yang kisahnya seperti dia.
Orang itu meminta kami untuk merahasiakan hal itu ke orang lain. Dia juga bercerita, kalau dia dan ibunya terpaksa pindah dari desanya gara-gara malu kalau suaminya menjadi seperti itu.
Kami pun berjanji. Kali ini, pasti aku tepati kok.
“Pak, kemarin malam ada anak se usia kami ke sini?” Tanya Efi. Aku sama sekali lupa tentang Bogel.
“Kemarin malam? Kira-kira jam berapa?” Tanya dia.
“Sekitaran jam sepuluhan.” Jawabku.
“Wah, kalau jam segitu aku ga tau, aku sudah pulang ke rumahku sendiri.” Dia menjawab.
“Owalah, baiklah kalo begitu. Kami permisi. Assalamuallaikum.”
“Waalaikulasallam.”
Dan pencarian Bogel pun berakhir dengan kegagalan.
Tidak, jangan menyerah. Untuk saat ini, ok lah Kami menyerah. Kami harus balik kesekolah dulu. Daripada mendapat masalah dengan guru. Ntar bisa tambah berabe.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁