Jatuh cinta sejak masih remaja. Sayangnya, pria yang ia cintai malah tidak membalas perasaannya hingga menikah dengan wanita lain. Namun takdir, memang sangat suka mempermainkan hati. Saat sang pria sudah menduda, dia dipersatukan kembali dengan pria tersebut. Sayang, takdir masih belum memihak. Ia menikah, namun tetap tidak dianggap ada oleh pria yang ia cintai. Hingga akhirnya, rasa lelah itu datang. Ditambah, sebuah fitnah menghampiri. Dia pada akhirnya memilih menyerah, lalu menutup hati rapat-rapat. Membunuh rasa cinta yang ada dalam hatinya dengan sedemikian rupa.
Lalu, apa yang akan terjadi setelah dia menutup hati? Takdir memang tidak bisa ditebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Part 27
"Apa yang kamu cemas kan? Sikapnya itu wajar kok, Karya."
"Hah? Wajar apanya? Dia itu keterlaluan, bukan wajar Sagara. Ya elah, dokter Sagara. Apa kamu juga sedang di serang penyakit cinta sekarang?Heran deh aku sama kalian ini."
Pada akhirnya Karya malah semakin dibuat pusing dengan tingkah Saga. Saga yang seolah sangat memihak Rizky sementara Karya sedang sangat cemas akan keadaan adiknya itu. Sementara itu pula, Rizky yang punya waktu luang malah bergegas mendatangi toko bunga yang Saga sarankan padanya.
Benar saja, di sana Rizky bisa mendapatkan apa yang dia mau. Bunga tulip hidup yang dijual dengan pot-potnya sekalian. Bahagia dengan apa yang dia dapatkan, Rizky membagikan foto tersebut pada Saga. Tak lupa, dia ucapkan kata terima kasih atas bantuan yang Saga berikan padanya.
Pesan singkat Rizky kirim pada Saga. Ketika pesan itu Saga buka, dia hanya mengukir senyum kecil sambil melihat foto dua pot bunga tulip yang dikirimkan oleh Rizky.
Saat melihat bunga, Saga langsung diingatkan oleh pikirannya pada Lusi.
"Lusi."
"Apa dia juga butuh bunga sekarang ya?"
"Ah, tidak. Siapa yang butuh bunga sih?"
Saga terus memikirkan tentang Lusi. Dulu, toko itu adalah toko langganan Saga karena di sana ada banyak bunga hidup yang Tari sukai. Tari suka bunga, terutama mawar merah yang masih segar.
"Wanita tidak butuh bunga, tapi mereka suka pada bunga. Aku yakin, Lusi juga pasti suka pada bunga."
"Tapi ... bunga apa yang Lusi sukai ya?"
Saga malah dibuat bingung sendiri sekarang. Dia juga ingin membelikan bunga untuk Lusi tapi dia tidak tahu bunga apa yang Lusi sukai.
"Haruskah aku belikan dia bunga mawar merah?"
"Ah, tidak. Jangan. Bagaimana kalau dia tidak suka dengan bunga itu? Bukannya bikin dia bahagia, nanti malah bikin dia kesal."
Saga sudah belajar dari pengalaman. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Dia ingin berbaikan dengan Lusi dengan cara hal yang sederhana tapi hatinya semakin terasa cemas. Dia takut akan mengulang kesalahan.
Saga yang kesal langsung memegang dahinya.
"Agh. Bikin pusing. Kenapa aku tidak tahu apapun tentang dia? Sedikit saja aku tahu mungkin bisa mempermudah jalannya hidup ini."
Sibuk dengan pikirannya sendiri, Saga malah teringat untuk bertanya pada sang mama. Namun, lagi-lagi niat terhalang akan harga diri yang tinggi. Akhirnya, dia malah tidak melakukan usaha itu sedikitpun.
"Aku pesan bunga acak saja."
"Ah, tidak. Mawar saja gak papa. Bukannya mawar itu bunga untuk menyatakan cinta? Kalau aku belikan bunga mawar mungkin Lusi akan bahagia."
Begitulah pada akhirnya keputusan Saga buat. Dia pun membuat pesanan dengan memilih bunga mawar merah untuk dia bawa pulang sore nanti.
Di sisi lain, Rizky malah sudah mengirimkan bunganya pada Lusi. Dua pot bunga tulip segar dia kirim dengan sangat hati-hati sebagai tanda awal pertemanan mereka.
Pertemanan. Itu adalah alasan yang masuk akan bagi Rizky. Tapi kenyataannya, dia sedang berusaha mengejar wanita yang dia sukai dengan alasan sebuah pertemanan. Sementara itu, Lusi malah tidak berpikiran jauh. Dia menerima Rizky sebagai teman dengan perasaan murni untuk berteman.
"Bunga nya sudah aku kirimkan ke rumah kamu lho, Si. Semoga kamu suka ya," ucap Rizky lewat pesan singkat yang dia kirimkan pada Lusi.
Lusi tersenyum.
"Kenapa repot-repot pak dokter? Besok juga aku akan ke rumah sakit untuk menemani temanku periksa lagi."
"Tapi, terima kasih banyak. Usahanya buat dapetin bunga kesukaan aku yang langka itu
pasti sangat berat, bukan?"
Senyum Rizky semakin melebar. Gegas tangannya mengetik pesan singkat untuk membalas pesan yang baru saja Lusi kirimkan.
"Gak papa lho, Si. Kamu suka aku bahagia."
"Mm ... jika ada waktu, makan bersama yah. Mau ya."
Setelah pesan terkirim, Rizky baru sadar kalau pesannya terkesan sangat memaksa. Alhasil, dia malah pusing sendiri sekarang.
"Ah! Apa yang aku pikirkan? Kenapa pesannya jadi gitu sih?"
Saat Rizky sedang sibuk dengan dirinya sendiri, si kakak kebetulan masuk ke ruangan tersebut. Sontak, Karya langsung dibuat bingung dengan tingkah adiknya itu.
"Kenapa kamu? Sakit?"
"Apa-apaan sih, kak Karya? Masuk gak ketuk pintu dulu."
"Hei! Aku ketuk pintu tapi kamu yang gak dengar. Tubuhmu di sini, sukma mu melayang entah ke mana. Heran aku."
"Tunggu! Kamu kok masih di sini sih? Inikan waktunya kamu bertugas, Rizky."
"Ah! Masih ada setengah menit lagi kok waktunya." Sanggah Iky atas apa yang kakaknya katakan.
Tentu saja ucapan itu langsung membuat Karya jadi tantrum seketika.
"Setengah menit?"
"Hei! Setengah menit kamu kira setengah jam? Mau bikin pasien mu jadi kejang-kejang gara-gara nungguin dokternya yang ngga tepat waktu?"
"Gerak sekarang atau-- "
"Iya-iya. Aku gerak sekarang. Bawel aja punya kakak. Heran aku. Gak bisa liat orang senang dikit. Ada aja gangguin."
Setelah berucap, Rizky malah langsung beranjak. Si kakak yang diabaikan malah semakin di buat kesal akan ulah adiknya yang semakin menjadi-jadi.
"A-- "
"Bocah!" Kesal Karya.
Namun, rasa kesal itu seketika menghilang saat Karya menoleh, lalu mendapatkan ponsel Iky yang ada di atas meja. Karya meraihnya dengan cepat. Dia nyalakan ponsel tersebut untuk melihat apa yang selama ini adiknya sembunyikan.
Ketika layar ponsel menyala, tampilan pertama adalah foto wanita cantik yang Karya sendiri kenali dengan sangat baik. Siapa lagi kalau bukan Lusiana? Gadis pujaan adiknya saat ini.
"Ini ... Lusi?"
"Jadi selama ini, Iky sedang dekat dengan Lusi? Wanita yang Iky sukai adalah Lusi?"
Rasa cemas dalam hati Karya menghilang. Karena sedikitnya, dia tahu siapa Lusi. Sayangnya, dia masih belum tahu kalau Lusi adalah istri sahabatnya. Mungkin jika Karya tahu, tantrum nya akan lebih parah dari yang pernah dia rasakan sebelumnya.
"Lusi." Karya berucap sambil tersenyum.
"Jika Saga tahu Iky suka Lusi, bagaimana tanggapannya ya?"
"Apa dia akan memberikan dukungan pada Iky supaya Lusi tidak lagi mengganggu hidupnya? Atau malah sebaliknya kali ya?"
"Saga akan bilang, jangan deketin Lusi pada Iky karena Saga tidak suka Lusi."
Karya kembali tersenyum.
"Apapun itu, aku pasti akan bicara pada Saga tentang Iky yang suka Lusi. Aku ingin tahu seheboh apa Saga nantinya saat tahu tentang hal besar ini."
Keputusan Karya untuk mengatakan tentang rahasia Iky pada Saga sudah bulat. Sayangnya, karena keduanya sama-sama sibuk dengan tugas masing-masing, obrolan itu terhalang hingga jam kerja berakhir.
Saga pun pulang ke rumah lebih dulu dari Karya. Sementara Karya malah dapat jam kerja tambahan karena kepulangan Saga itu.
Senyum terkembang di bibir Saga. Buket bunga dia peluk dengan hati yang sangat bahagia. Kali ini, usaha besar untuk mengejar Lusi benar-benar akan dia lakukan.
.bawangnya banyak banget....
.
Tapi thank's ya thor buat tulisannya. tetep semangat menulis
. q tunggu cerita br nya🥰
sebenernya masih kurang sih... he he..
tpi kalau emang kk author lelah, y udh berhenti aja jngn dipaksakan...🥰🥰🥰
ditunggu karya barunya..🥰😍
pdahal blm puas... he he... effort saga buat deketin lusi masoh kurang...😢