Satu malam yang kelam … mengubah segalanya.
Lidya Calista, 23 tahun, gadis polos, yang selama ini hanya bisa mengagumi pria yang mustahil dimilikinya—Arjuna Adiwongso, 32 tahun, suami dari kakaknya sendiri, sekaligus bos di kantornya—tak pernah membayangkan hidupnya akan hancur dalam sekejap. Sebuah jebakan licik dalam permainan bisnis menyeretnya ke ranjang yang salah, merenggut kehormatannya, dan meninggalkan luka yang tak bisa ia sembuhkan.
Arjuna Adiwongso, lelaki berkuasa yang terbiasa mengendalikan segalanya. Ia meminta adik iparnya untuk menyimpan rahasia satu malam, demi rumah tangganya dengan Eliza—kakaknya Lidya. Bahkan, ia memberikan sejumlah uang tutup mulut. Tanpa Arjuna sadari, hati Lidya semakin sakit, walau ia tidak akan pernah minta pertanggung jawaban pada kakak iparnya.
Akhirnya, gadis itu memilih untuk berhenti kerja, dan menjauh pergi dari keluarga, demi menjaga dirinya sendiri. Namun, siapa sangka kepergiannya membawa rahasia besar milik kakak iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Tanggung Jawab?
Tanggung jawab? Dalam bentuk apa? Kalau memang tidak bisa menikahinya.
Lidya menatap lekat kakak iparnya seraya otaknya berpikir mencari sebuah ide. Mau bagaimana pun ia punya harga diri yang harus dijaganya, meski berhadapan dengan pria yang sangat ia sukai.
“Katakan Kak, dalam bentuk apa tanggung jawabnya, jika tidak bisa menikahiku?” Suara Lidya agak tercekat.
“Aku akan memberikan uang sebanyak 300 juta. Cukup, kan, sebagai ganti rugi?”
Mata Lidya mengerjap berulang kali, ada sedikit kekehan pelan dari bibirnya yang cukup menggoda. “300 juta?” ulangnya, senyumannya seakan mengejek.
Bagaimana Lidya tidak mengejek Arjuna, ia tahu berapa profit perusahaan milik keluarga Adiwongso yang menguasai bisnis retail, properti hampir di seluruh Indonesia, setiap bulannya. Kemudian, harga dirinya hanya diganti sebanyak 300 juta. Namun, bukan berarti ia menilai harga dirinya dengan sejumlah uang.
“Kamu menertawakan aku, Lidya?” Sorot mata Arjuna menajam. Jika biasanya Lidya langsung sungkan, sekarang rasa sungkannya lenyap begitu saja.
Gadis itu tersenyum sembari membetulkan gagang kaca matanya. “Harga diriku yang selama ini aku jaga baik-baik untuk suamiku kelak, telah Kak Arjun ambil, dan itu pun tidak bisa tergantikan oleh uang sebanyak apa pun. Ya ... walau kita sama-sama dalam pengaruh obat, tetapi tetap saja sudah Kak Arjun hisap madunya. Kakak pikir aku bisa menerimanya? Kakak pikir aku tidak sakit ... mmm? Aku sudah hancur, Kak Arjun. Masa depanku, mimpiku untuk membangun rumah tanggaku langsung terhempaskan begitu saja.” Lidya berusaha bicara dengan tenangnya.
“Aku tahu Kakak tidak akan bisa menikahiku, dan aku pun sendiri tidak akan minta Kak Arjun menikahiku. Karena aku tidak ingin menghancurkan rumah tangga kakakku sendiri. Aku tidak ingin disebut atau dapat gelar sebagai adik ipar adalah maut,” lanjutnya.
Arjuna mendesah pelan sembari meletakkan cangkir kopinya. “Sudah, tidak perlu bertele-tele, Lidya. Aku tidak ingin mendengar curhatanmu. Pada intinya kamu tidak mau menerima uang sebanyak 300 juta itu, kan. Jadi, berapa yang kamu minta? Tapi, jangan lagi kamu mengungkit-ungkit kejadian ini,” desaknya dengan aura dinginnya.
Lidya meneguk minumnya terlebih dahulu, samar-samar ia tersenyum licik saat idenya terbesit. Mungkin hari ini ia harus memanfaatkan kakak iparnya demi masa depannya sendiri, bukan berarti ia perempuan matre. Hanya saja, hari esok tidak akan pernah ada yang tahu akan terjadi apa.
“Uang sebanyak 2 milyar, dan saham Grup Adiwongso 5%.”
Mata Arjuna semakin menajam, sudut bibirnya tersenyum miring. “Wow, tak disangka, ternyata kamu termasuk wanita matre juga,” sindirnya.
Lidya menarik napasnya dalam-dalam, tanpa melepas tatapannya pada pria yang kini berusia 32 tahun.
“Aku rasa wajar ya kalau perempuan itu agak matre, lagi pula aku hanya minta sedikit dari apa yang Kak Arjun miliki. Kalau merasa keberatan ... ya—“ Gadis itu tersenyum sinis, sembari berdiri. “Kak Arjun, sudah tahu jawabannya, tidak perlu aku jelaskan lagi.”
“Aku tidak mau hancur sendiri.”
Rahang Arjuna mengeras, giginya menggertak menahan emosi yang baru saja disulut oleh adik ipar sekaligus sekretarisnya. Baru kali ini ia melihat sisi Lidya yang sangat jauh berbeda.
“Aku harus kembali ke kamar, mau menyiapkan berkas yang harus Kak Arjun bawa ke tempat proyek jam 10 nanti,” pamit Lidya yang masih menunjukkan sikap profesional dalam bekerja.
Arjuna bergeming, menatap punggung gadis itu hingga menghilang dari pintu.
“Sialan!! Arjuna merutuk diri sendiri. Dibalik geramnya, ternyata ia pun tersulut gairah yang seharusnya tidak muncul lagi.
“Arrgh! Kenapa kamu menginginkannya lagi! Ingat lah ... dia adik iparmu!”
Arjuna tidak bisa menutupi dirinya kalau kejadian tadi malam membuat tubuhnya bereaksi sangat berbeda pada Lidya.
***
Di balik pintu, Lidya mengusap ujung matanya yang kembali berair. Ia menarik napas panjangnya sedalam mungkin, meredam gejolak sakit hati yang masih menguasai dirinya. Gadis itu tak menyangka, se-rendah itu kakak iparnya memandang dirinya.
Pada dasarnya apa yang ia minta, bukan karena ia matre. Bahkan uang sebanyak itu tidak bisa mengembalikan kehormatannya, tapi setidaknya ia memiliki tabungan untuk masa depannya sendiri.
“Kamu harus kuat, Lidya. Kamu ... harus menerima apa yang telah terjadi,” gumamnya seorang diri.
Beberapa menit kemudian, Lidya mengganti pakaiannya dengan baju santainya, bukan memakai baju resmi untuk menemani Arjuna ke proyek yang ada di Yogyakarta. Ia butuh waktu, ia butuh sendiri. Setelah berkas yang dibutuhkan Arjuna siap, ia kembali ke kamar sebelah.
“Ini berkas yang harus Kak Arjuna bawa. Point penting yang harus dicek sudah aku tandai biar Kak Arjuna tidak bingung,” tunjuknya ke map file.
Arjuna yang sudah rapi menelisik penampilan adik iparnya yang tampak santai. “Kamu ke tempat proyek, yakin pakai baju kaya orang mau tidur?” Suaranya yang dingin terdengar ketus.
Lidya mengangkat wajahnya. “Mohon maaf Kak Arjun, hari ini aku ingin istirahat. Badan rasanya remuk ... kayak orang habis dihajar orang se-RT. Kalau mau dipotong gaji juga nggak pa-pa. Asal aku sudah dapat kepastian sebelum kita kembali ke Jakarta,” sindir Lidya dengan santainya.
Arjuna berdecak, lalu menarik kasar map file dari tangan gadis itu. “2 miliar, saham 5%. Apa bisa menjamin rahasia kita tidak akan kamu bongkar pada keluarga atau siapa pun itu?” Arjuna balik sindir.
“Aku rasa Kak Arjun bukan orang yang bodoh, kan? Kita bisa melakukan perjanjian di atas hukum. Aku siap,” tantangnya dengan seulas senyum pahitnya.
Pria itu lagi-lagi berdecak, hatinya mengakui di balik wajah adik iparnya yang tidak secantik kakaknya, otaknya sangat berguna.
“Kamu tidak bermaksud memanfaatkan aku, kan?”
Lidya memutar malas bola matanya. “Apakah Kak Arjun merasa dimanfaatkan sama aku? Ia balik bertanya.
Arjuna tak menjawab.
“Lebih tepatnya, aku hanya minta ganti rugi. Karena aku yang rugi, sedangkan Kak Arjun sudah menikmatinya. Bahkan, tidak ada barang Kak Arjun yang hilang, kan. Jadi ... sesuai permintaan Kak Arjun, aku akan kerja sama dengan baik,” jawabnya santai tapi serius, sembari mengerlingkan salah satu matanya.
“Aku permisi Kak Arjun, selamat bekerja,” pamitnya sebelum berbalik badan.
“Kamu yakin tidak menginginkan aku menikahimu sebagai tanggung jawabku?”
Langkah kaki Lidya berhenti.
“Apakah aku harus menjawabnya, Kak? Setelah sejak awal Kak Arjun menegaskan padaku untuk tidak menuntut minta dinikahi?”
“Aku hanya memastikan saja sebelum kita melakukan kesepakatan. Agar kedepannya, kamu tidak menuntut lebih,” tegas Arjuna.
“Jangan khawatir Kak Arjun, aku tidak akan meminta Kakak untuk menikahiku dalam keadaan apa pun. Aku menghormatimu sebagai kakak iparku. Dan, aku pun sadar diri ... dengan keadaanku yang sangat jauh berbeda dengan Kak Eliza,” ungkapnya begitu lirih. Lidya kembali berjalan dan pintu kamar itu kembali tertutup.
“Biarlah rasa ini aku simpan sedalam mungkin. Dan, hanya aku seorang yang tahu akan perasaanku padamu, Kak Arjun,” batinnya.
Bersambung ... ✍️
etapi knp aku berharap Lidya nantinya sm Arjun yak, apa gegara Eliza nyebelin.. 🤣
kira2 lidya akan pergi kemana ya....hmmm...penasaran nih mom....😄
cemburu yee 🤭