Elang Dan Merpati

Alvaro dan Abbey langsung berlari menghampiri para penjahat tersebut. Mereka mendekati Elang dan Merpati yang sedang berhadapan dengan musuh.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Alvaro.

"Mereka belum sempat menyerang Pa," jawab Merpati.

"Kita hadapi sama-sama, aku yakin ada dalang dibalik semua ini," ucap Abbey.

"Apakah Richard?" tanya Elang.

"Kita tidak bisa sembarangan menuduh, bisa jadi orang lain yang iri dengan dengan kita," jawab Abbey.

"Banyak bacot, kami sudah diperintahkan untuk membunuh cewek itu!" Tunjuk salah satu dari mereka.

"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Alvaro.

"Hahaha, itu tidak penting untuk kami jawab. Yang penting kami dapat bayaran," jawab pria itu.

"Kalian siap?" tanya Alvaro. Mereka mengangguk serentak.

"Hati-hati, mereka membawa senjata tajam," kata Abbey.

Mereka berpencar menjadi empat bagian, karena yang akan mereka lawan ada empat orang.

"Hai cantik, kamu bagian ku malam ini," ucap pria itu sambil mencolek dagu Merpati.

Namun belum sempat tangannya menggapai Merpati, Merpati sudah lebih dulu menangkap tangan tersebut lalu memelintirnya.

"Aargh...! Pria itu menjerit karena tangan nya dipelintir oleh Merpati.

Kemudian Merpati menonjok wajah pria itu. Merpati merasa geram karena dipandang rendah oleh pria itu.

Tonjokan Merpati berkali-kali kepada pria itu sehingga pria itu lemas di tanah. Kemudian Merpati tersenyum devil kepada yang lainnya.

Mereka menelan salivanya dengan susah payah melihat Merpati menghajar teman mereka.

"Ayo maju kalian semua!" Tantang Merpati. Mereka malah mundur melihat Merpati maju.

Sementara Alvaro, Abbey dan Elang sedang fokus melawan musuhnya. Mereka melawan satu persatu, hingga akhirnya tumbang semua.

"Dek, kok belum selesai?" tanya Elang.

"Mereka takut kak," jawab Merpati.

Alvaro dan Abbey hanya memperhatikan Merpati. Karena keduanya sudah selesai mengalahkan musuhnya.

Alvaro pun segera menelepon polisi dan mengirim lokasi kejadian. Karena Alvaro tidak mau memberi ampun kepada mereka.

"Biar aku saja yang beresin mereka," kata Elang.

"Jangan kak, ini bagian ku," ucap Merpati.

Para penjahat saling pandang, kemudian menyerang Merpati secara bersamaan. Namun Elang lebih dulu maju melawan mereka.

Dan Merpati juga tidak mau kalah, karena ini bagiannya. Jadi dia yang harus menyelesaikan nya.

"Kalau begitu kan enak, cepat beres," kata Elang.

Alvaro kemudian mengintrogasi salah satu dari mereka, pria yang paling menonjol diantara yang lain. Alvaro menduga jika itu adalah ketuanya.

"Ka--kami cuma di suruh," jawabnya saat Alvaro bertanya.

"Katakan! Jangan berbelit-belit! Atau aku akan kembali menghajar mu," ancam Alvaro.

"Non--nona Reva," jawab pria itu.

"Reva? Apakah Revalina?" tanya Elang.

"Iya, Nona Reva ingin kami menghabisi dia.

Alvaro pun mematikan rekaman nya di ponselnya. Karena itu bisa ia jadikan bukti untuk menangkap pelaku.

Komandan polisi datang dengan membawa beberapa anak buah, Komandan polisi hanya geleng-geleng kepala.

Karena setiap kejadian, pasti akan seperti ini. Setelah dihajar hingga babak belur baru dilaporkan.

"Terima kasih Tuan Al atas kerjasamanya. Dan masalah ini pasti akan kami tindak lanjuti. Apalagi dengan adanya bukti pengakuan pelaku, maka pelaku utamanya akan mudah ditangkap," ucap komandan polisi.

Polisi tidak perlu memborgol tangan mereka, karena mereka sudah tidak berdaya untuk melarikan diri.

"Sekarang sudah selesai, kita pulang saja. Selebihnya biar menjadi urusan polisi," kata Alvaro.

"Itulah mengapa Mama meminta kalian untuk belajar beladiri, kita tidak tahu kapan musuh menyerang. Jadi jika sudah ada persiapan, kita bisa dengan mudah mengatasi nya," kata Abbey.

Merpati dan Elang hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya tanpa diminta pun Mereka akan belajar ilmu beladiri untuk menjaga diri sendiri.

Merekapun akhirnya pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan, Merpati memikirkan masalah tadi.

"Padahal aku tidak pernah menyinggung yang namanya Reva, bahkan aku baru melihatnya tadi saat di pesta."

"Dek, kamu sadar gak? Richard itu yang mengejar kamu adalah tunangan si Reva itu. Jadi wajarlah jika itu alasannya untuk menyingkirkan mu."

"Hmmm, masuk akal sih."

.....

Komandan polisi dan tiga orang bawahannya langsung mendatangi tempat berlangsungnya pesta.

Dan sebentar lagi pesta tersebut akan berakhir. Sebagian tamu undangan sudah pulang, dan sebagian lagi masih menunggu hingga pestanya berakhir.

"Selamat malam, kami dari pihak kepolisian mendapat laporan. Bahwa saudari Revalina membayar orang untuk membunuh putri tuan Alvaro," ucap komandan polisi.

Mereka semua yang ada disitu terkejut, termasuk Richard dan kedua orang tuanya. Sungguh mereka tidak menyangka jika calon menantu mereka bisa melakukan hal sekeji itu.

"Tidak! Saya tidak melakukan itu, Richard percayalah, saya tidak melakukan itu," ucap Revalina.

"Maaf Nona, orang suruhan anda sudah kami amankan dan sekarang berada di kantor polisi. Sekarang kami akan menjemput anda, jadi mohon kerjasamanya, Nona," ucap komandan polisi.

"Tidak! Pasti itu fitnah, saya tidak melakukan itu," kata Revalina.

Revalina hendak kabur, namun dua orang polisi segera mengejarnya dan menangkap nya.

"Lepas ... lepaskan saya, saya tidak bersalah. Kalian pasti salah tangkap orang. Saya difitnah!" pekik Revalina.

"Rich, tolong saya, saya tidak bersalah, saya difitnah."

Richard hanya terdiam mematung ditempatnya. Meskipun dia tidak menginginkan pertunangan ini, namun ia tidak pernah menyangka akan seperti ini.

"Tunggu Pak!"

Polisi menghentikan langkahnya, dan Richard segera menghampirinya.

"Aku nyatakan, pertunangan ini aku batalkan," ucap Richard sambil melepas cincin dijari nya.

"Rich, jangan seperti itu, seharusnya kamu bantu aku. Aku tidak tidak bersalah, aku difitnah!"

"Bawa Pak, biarkan dia menerima hukuman atas perbuatannya."

Revalina meronta-ronta saat dibawa oleh polisi. Sementara Richard pun membubarkan semua tamu yang tersisa.

Tanpa mereka sadari, ternyata ada tamu yang diam-diam merekam kejadian ini. Dan langsung memposting nya ke sosial media.

"Pa," ucap mamanya Revalina. Sejak tadi ia hanya bisa diam, karena ia benar-benar shock.

"Kita ke kantor polisi Ma," ucap papa nya Revalina.

Namun sebelum itu papanya Revalina menghampiri keluarga Richard dan keluarganya. Papa nya Revalina meminta maaf, dan meminta agar pertunangan ini tidak dibatalkan.

"Maaf Om, aku tidak bisa mempertahankan orang seperti itu. Kejahatan nya sudah diluar batas," ucap Richard.

"Om tau, tapi Reva sangat mencintaimu, tolong pertimbangkan lagi dan tarik kembali keputusan mu."

"Maaf Om, keputusan ku tetap sama, dan tidak bisa diubah lagi."

Sementara di sisi lain ...

"Kak, lihat deh, ternyata Revalina sudah ditangkap," ucap Merpati.

"Bagus lah, orang seperti itu patut diberi efek jera," ujar Elang enteng.

"Kasihan ya, cantik-cantik tapi otak kriminal."

"Cantik luar belum tentu cantik dalamnya. bahkan lebih jahat lagi."

Merpati mengangguk. Ia juga tidak menyangka akan bakalan seperti ini jadinya. Merpati merenung, jika saja ia tidak hadir ke pesta itu.

Mungkin semua ini tidak akan terjadi, Merpati menganggap jika ini adalah kesalahan darinya karena menghadiri pesta pertunangan tersebut.