Perjuangan Cinta Nona Muda

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, itu artinya waktu makan malam telah tiba. Namun, Nadira masih tertidur lelap di bawah selimut. Tubuhnya benar-benar merasa sangat lelah. Nathan yang sedari tadi menunggu di meja makan bersama Cacha, akhirnya berjalan menuju ke kamar untuk melihat istrinya.

Lelaki itu tersenyum lebar saat melihat gadis cantik berselimut tebal. Wajahnya tampak begitu teduh. Nathan berjalan mendekati nakas, menghidupkan ponsel yang baru saja selesai diisi daya. Kemudian, duduk di samping Nadira, menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi gadis itu. Nathan mencium kening itu dengan sangat lembut. Menyalurkan segala perasaan cinta yang sampai saat ini masih tetap sama, meski hatinya berkali-kali dibuat terluka.

Setelah puas, Nathan beralih mengusap puncak kepala gadis itu. Namun, tiba-tiba getaran ponsel yang beradu dengan nakas berhasil mengagetkan Nathan. Dia segera mengambil ponsel itu dan mengangkat panggilan dari Jasmin.

"Hallo, Jas," sapa Nathan begitu panggilan terhubung. "Ponselku kehabisan baterai dan baru ku hidupkan. Apa? Kamu demam?" Nathan bergegas bangun dan berjalan menjauhi tempat tidur.

"Baiklah. Tunggu sebentar, aku ke apartemen sekarang." Nathan pergi begitu saja bahkan tanpa menoleh ke arah Nadira lagi. Padahal gadis itu sudah terbangun sejak Nathan mencium keningnya.

Nadira meremas selimut dengan kuat, saat mendengar Nathan yang begitu khawatir bahkan lelaki itu sampai melupakannya. Nadira kembali memejamkan mata saat mendengar bunyi pintu terbuka. Dia berharap Nathan lah yang kembali masuk meski sekedar hanya untuk berpamitan padanya.

"Kamu belum bangun, Nad?" tanya Cacha saat sudah duduk di samping Nadira.

"Cha." Nadira membuka mata dan menatap lekat sahabat yang sudah menjadi adik iparnya.

"Ayo kita makan malam. Kak Nathan gak bisa makan malam bareng soalnya Kak Jasmin demam," jelas Cacha saat melihat raut wajah Nadira yang tampak muram.

"Apa Kak Nathan begitu dekat dengan Nona Jasmin?" tanya Nadira penasaran.

"Tidak terlalu, Kak Jasmin itu putri bungsu Tuan Dharma Adhiwinata, sahabat kecil ayah. Bahkan mereka sudah dijodohkan, tapi sekarang digagalkan." Cacha menutup mulutnya yang keceplosan.

Nadira menatap lekat Cacha yang terlihat begitu kebingungan. "Aku ngelantur deh, Nad. Ayo kita makan saja. Gegara lapar aku jadi ngaco." Cacha bangkit berdiri. Berusaha menghindar, tetapi Nadira langsung menahan tangannya.

"Maukah kamu bercerita padaku, Cha? Biar aku gak salah paham." Nadira menatap memohon ke arah Cacha.

"Tapi kamu janji jangan bilang siapa-siapa." Nadira mengangguk cepat. Cacha berjalan mengunci pintu lalu kembali duduk di samping Nadira.

"Ceritanya gini, setelah kamu pergi, Kak Nathan sangat terpuruk. Bahkan sampai masuk rumah sakit berkali-kali karena jarang makan dan membuat asam lambungnya naik. Kemudian ayah tanpa sengaja bertemu dengan Tuan Dharma, sahabat ayah. Setelah sering berkomunikasi ayah dan Tuan Dharma setuju untuk menjodohkan Kak Nathan dan Jasmin." Cacha terdiam untuk mengambil napas. Nadira hanya diam mendengarkan, tanpa sedikit pun menyela. Namun, hati Nadira mulai merasa tidak nyaman. Ada rasa sakit yang datang menyergapi hatinya.

"Kak Nathan sebenarnya sudah menolak, tapi ayah sedikit memaksa. Akhirnya mau tidak mau Kak Nathan menerima perjodohan itu. Tapi saat Kak Nathan berencana akan bekerja sama dengan Alfa Group, Tuan Davin meminta dengan sangat memohon untuk membuat kamu dan Kak Nathan menikah."

"Daddy?" Kening Nadira terlihat mengerut. Cacha mengangguk dengan cepat.

"Ya, Tuan Davin sangat-sangat memohon bahkan dia akan memberikan seluruh kekayaannya untuk Kak Nathan asal mau menjaga kamu. Katanya, hanya Kak Nathan yang Tuan Davin percaya untuk menjaga kamu." Mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Cacha, membuat perasaan Nadira mendadak tidak nyaman. Entah mengapa, dia memiliki firasat buruk untuk kedua orang tuanya.

"Cha, aku takut terjadi apa-apa dengan daddy dan mommy," ucap Nadira dengan sangat lirih. Bahkan kedua matanya terlihat berkaca-kaca.

"Kamu doakan saja kedua orang tuamu, Nad. Ayahku sedang mencari orang yang sudah menyabotase mobil daddy kamu." Mata Nadira membola dengan sempurna. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini.

"Maksud kamu ada yang mau menyelakai mommy dan daddy?" tanya Nadira belum yakin. Cacha mengangguk mengiyakan.

"Sebenarnya bukan hanya daddy dan mommy kamu. Tapi semua keluarga Alexander. Itu sebabnya ayah menyuruh Kak Nathan menikahimu. Supaya bisa menjagamu," ungkap Cacha. Nadira benar-benar tidak bisa percaya dengan semua yang dia dengar dari Cacha.

Namun, dia teringat akan kejadian di restoran siang tadi. Mungkinkah orang itu benar-benar mengintai nyawanya? Tapi kenapa pria misterius itu menyuruh dirinya untuk menjauhi Nathan? Berbagai pertanyaan memenuhi isi kepala Nadira saat ini. Dia merasa begitu bimbang. Haruskah dia menceritakan semuanya kepada Cacha? Tapi hati kecilnya, tidak ingin siapa pun tahu termasuk suaminya sendiri.