Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Kak Egan?
"To tolong"
Seseorang berpakaian serba hitam tergeletak di pinggir jalan dengan memegang lengannya
"Hei" Aqila menendang pelan kaki laki-laki itu untuk melihat apakah ia benar-benar butuh pertolongan karena banyaknya berita yang beredar tentang orang yang pura-pura terluka kemudian menyelakai saat ada orang yang menolongnya
"To tolong" Mendengar suara rintihan itu Aqila yakin kalau ia benar-benar terluka
"Tunggu sebentar" Aqila mengeluarkan tisu dan tas kecil dari dalam tasnya yang berisi obat merah, perban, juga minyak angin, tak peduli Renata menyebutnyanya aneh atau P3K keliling ia selalu membawa alat tersebut untuk kondisi mendesak karena tidak ada yang tau apa yang akan terjadi
"Maaf aku merusak bajumu" Aqila menggunting lengan jaket laki-laki itu agar memudahkann membersihkan luka, setelah itu barulah ia membersihkan darah yang mengalir dari bekas sayatannya dengan tisu
"Awsh"
"Sudah selesai"
"Terima kasih" Laki-laki itu mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada pembatas jembatan
"Sama-sama"
"Apa kau mau air?" Aqila menyodorkan botol air yang dibawanya dari rumah
"Terima kasih" saat itulah Aqila melihat dengan jelas wajah laki-laki itu matanya yang sebiru langit malam mengingatkannya pada seseorang
"Kak Egan?" Aqila bersuara lirih takut salah mengenal orang, namun laki-laki itu langsung terbatuk mendengarnya dan memandang Aqila dengan tatapan penuh selidik
"Qila?"
"Ternyata benar Kak Egan" Aqila menutup mulut tak percaya dapat bertemu kembali dengan tetangga lamanya yang sudah lama pindah karena orang tuanya yang memutuskan memasukkannya ke pesantren
"Kakak kuliah dimana sekarang?"
"Kampus XXX"
"Berarti sekampus sama Kirana"
"Kirana?"
"Sepupuku yang sering nangis saat kakak ambil mainannya"
"Oowh si cengeng itu" Regan terkekeh mendengarnya
"Iya, dia juniorku di kampus"
"Berarti kakak semester akhir dong sekarang sama kayak Kak Rian?"
"Rian? oowh iya satu semester sama dia" Regan berfikir sejenak dan mengangguk
"Kenapa kakak bisa terluka dan terbaring disini?"
"Tadi malam kakak dibegal, sempet ngelawan sih, tapi mereka berempat sedangkan kakak sendiri, mereka ngincer handphone sama dompet, karena kakak ngelawan dan sempat lengah, senjata mereka mengenai lengan kakak dan mereka sempat memukul kepala kakak dengan kayu hingga tak sadarkan diri"
"Emang kakak dari mana?"
"Bal... maksudnya dari rumah temen" Regan menutup mulutnya hampir keceplosan mengucap kata balapan
"Beneran?"
"Iya, biasalah mahasiswa semester akhir sibuk sama skripsi" Aqila mengangguk mengiyakan tanpa menaruh curiga sedikitpun
Berlanjutlah perbincangan mereka sampai mengenang masa putih biru saat mereka pergi ke sekolah bersama, saat Rian meninggalkan Aqila dan berakhirlah Aqila berangkat bersama Regan diantar supir, saat mereka bermain hujan bersama dan berakhir dimarahi oleh orang tua Regan, namun semua kebersamaan itu berakhir saat orang tua Regan memilih memasukkannya ke pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama, disanalah akhir pertemuan mereka dan terhitung sampai sekarang mereka berpisah hampir delapan tahun lamanya
"Aqila berangkat ke kampus dulu ya kak" Aqila melirik jam di pergelangan tangannya, tinggal lima belas menit lagi waktu yang tersisa, terlalu asyik berbincang di atas jembatan membahas masa-masa kecil mereka membuat Aqila lupa akan masalahnya sejenak
"Kebiasaan kamu memang tidak pernah berubah ya? Si P3K berjalan" Aqila hanya terkekeh mendengarnya, dia ingat sekarang Renata dan Regan dua orang yang selalu menyebutnya seperti itu
"Assalamu'alaikum Ustadz Regan" Aqila terkikik dan melajukan motornya menuju kampus
"Wa'alaikumussalam"
"Ustadz?" Regan terkekeh mendengar panggilan itu, apakah seorang penjahat dirinya bisa disebut dengan panggilan mulia itu? Ia sudah banyak berubah dalam hidupnya, orang tuanya memasukannya ke pesantren dengan harapan menjadi lebih baik dan memperdalam ilmu agama
Awalnya semua berjalan baik-baik saja dan ia mulai beradaptasi dengan lingkungan pesantren, hingga setelah dua tahun di pesantren hatinya terpikat kepada salah satu santriwati yang cukup terkenal di kalangan pesantren, anak dari teman pak kyai yang sering berkunjung
Namun, tak disangka sahabat baiinya Naufal sang putra kyai ternyata memiliki perasaan yang sama, bahkan tersebar rumor di pesantren kalau mereka akan menikah setelah lulus
Cinta membuat hatinya buta saat itu, ia selalu berfikir Naufal orang yang paling beruntung karena mendapat segalanya, padahal ia tak tau bagaimana hidup Naufal yang sering dibandingkan dengan kakaknya yang lulusan luar negri
Persahabatan mereka berdua hancur karena perempuan, setelah lulus pesantren Regan memutuskan melanjutkan kuliahnya, dan tak disangka Naufal juga memilih keluar dari pesantren dan masuk ke universitas yang cukup terkenal dikotanya, Naufal memilih bebas dan tak ingin mengajar di pesantren seperti keluarganga, ia memilih mengejar cita-citanya sebagai seorang pebisnis yang sukses
Cemburu dan dendam lama membuat mereka berselisih saat dipertemukan kembali dalam acara kampus, bukan saling memaafkan dan mengenang persahabatan tapi sifat egois membakar hati mereka hingga terjadinya api permusuhan diantara keduanya hingga sekarang
.
Tak menunggu waktu lama bagi Aqila untuk memarkiran motornya di parkiran kampus, ia hendak berlari sebelum benar-benar terlambat mengikuti kelas, namun tiba-tiba ia terduduk saat merasakan sakit yang teramat sangat pada kepalanya
Aqila memukul-mukul kepalanya berharap bisa meredakan rasa sakit itu, bagi Aqila sakit kepala seperti ini bukan pertama tapi sudah kesekian kalinya sejak beberapa bulan terakhir
Membaca di internet kalau salah satu pemicunya adalah stress karena terlalu banyak pikiran membuatnya tak terlalu khawatir, jadi ia memilih untuk tak memeriksakan dirinya ke dokter
"Awshhh"
"Lisha? Lo kenapa hei?" Naufal yang baru membuka helm nya menghampiri Aqila yang terduduk meringis memukul-mukul kepalanya
"Gue nggak papa, cuma sakit kepala biasa, minum obat pasti sembuh"
"Lo pucat"
"Gue nggak papa"
"Aqila, Astagfirulloh lo kenapa?" Renata yang juga ternyata baru sampai berlari kearah Aqila dan Naufal
"Cuma sakit kepala doang, palingan nanti sembuh"
"Ren, ayo ke kelas bentar lagi Bu Maya dateng"
"Mending lo istirahat aja deh di UKS, entar gue yang ngasih tau Bu Maya kalau lo sakit"
"Gue nggak papa Renata, ayo"
"Lo beneran nggak papa?" Naufal seperti masih belum percaya, karena melihat bibir pucat Aqila
"Udah nggak papa"
"Ayo Ren"
"Eeeh kita pergi dulu kak" Renata merangkul Aqila untuk pergi setelah berpamitan kepada Naufal
"Gue boleh nggak suka sama lo?" Naufal melihat kepergian mereka dengan memegang dadanya
"Bos lagi jatuh cinta ya?" kehadiran Panil diikuti Gempano dan Vian membuyarkan Naufal dari lamunannya
"Jatuh cinta sama siapa? cinta bos kan kepada untuk Fadhila di pesantren" ucap Gempano yang langsung mendapat sikutan dari Vian
"Ayo semangat ngerjain skripsi tinggal bentar lagi" Panil yang menyadari situasi berubah canggung langsung merangkul Naufal diikuti dengan Gempano dan Vian dibelakangnya
.
.
🙏🙏🙏🙏🙏