Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. Bertolak Belakang
Silvya berjalan dengan gontai memasuki markas. Ia masih terbayang bayang tentang asal usul Dika. Ia pun menjatuhkan dirinya di kursi dan menelungkupkan kepalanya di meja.
" Arghh… sial… ternyata dia bukan orang sembarangan. Habislah aku… ini akan menjadi sangat tidak mudah. Aku tidak mungkin menggunakan identitas cewek cupu saat menemui keluarganya. Aku hanya bisa menggunakan identitas asli."
Silvya mengacak rambutnya dengan kasar. Drake dna Geoff saling pandang.
"Q kenapa. Tumben tumbenan mukanya ditekuk gitu kayak lagi mikir berat."
" Entahlah Drake… kulihat sepertinya ia lagi ada permasalahan."
Tring….
Sebuah pesan masuk di alamat surel resmi milik Wild Eagle. Drake pun membukanya.
...Dear Q...
...I need your help. I want you to kill someone for me. He was a member of parliament in the country of Fross. He likes to kidnap young girls and torture them and make them his *** slaves....
...His name is Mocito Alendro...
Drake langsung memanggil Q dan memberitahu tentang permintaan tersebut.
" Q ada permintaan."
" Apa Drake. Kalau tidak seru aku malas."
" Dijamin seru. Ia memintamu untuk meng kill seorang pria hidung belang yang gemar menculik gadis muda untuk disiksa dan dijadikan budak ****."
"Wooohooo… good job. Ini pekerjaan yang bagus. Sudah lama aku tidak bermain."
" Tapi harus rapi Q. Dia anggota parlemen soalnya."
" No problemo. Aku punya cara yang seru untuk bermain."
Kilatan mata Sylvia kembali memancarkan kekejaman. Aura membunuh sungguh amat terasa.
Gila… auranya Q kembali lagi. Kalau sudah mode pemburu gini barang buruannya pasti cepat mati di tangannya. Mending gitu, kalau dimainin dulu lebih ngeri sudah. Gumam Drake bergidik ngeri.
" Q… kau mau aku menemanimu?"
" Hmmm boleh Ge… sepertinya itu ide bagus. Pesankan tiket… eh astaga aku lupa. Kita kan punya pesawat sendiri. Huftt… Sepertinya otakku sudah konslet. Oke Ge… kita besok berangkat setelah subuh. Persiapkan semuanya. Kamu sangat tahu apa yang aku butuhkan."
" Oke Q sesuai keinginanmu."
" Oh iya drake… kirimkan semua informasi mengenai pria brengsek itu di ponselku. Aku akan memeriksanya malam ini."
" Siap Q!!'
Silvya berjalan menuju ke kamar. Ya di markas itu dibuat beberapa kamar untuk tidur. Salah satunya kamar Silvya yang dibuat khusus untuknya beristirahat.
Silvya merebahkan tubuhnya. Ia mengangkat tangannya dan melihat cincin yang ada di jari manisnya. Tiba tiba ia mengingat Dika. Mengingat ciuman yang mereka lakukan tadi.
"Astaga… Apa apa apa an aku ini."
Silvya bangkit dari posisi tidurnya. Ia lalu bersandar di headboard tempat tidur.
"Misi lagi. Apa iya aku yang seorang pembunuh profesional yang biasa menghilangkan nyawa orang bisa berdampingan dengan seorang dokter yang notabene nya menyelamatkan nyawa orang. Aku merasa aku dan mas Dika sangat bertolak belakang. Apa aku pantas jadi istrinya."
Silvya bermonolog. Ia melihat kedua tangannya.
" Jika tanganku ini berlumuran darah untuk membunuh orang, maka tangannya dia berlumuran darah untuk menyelamatkan orang. Kalau aku menggunakan pisau untuk menyayat nadi dan menghilangkan nyawa, dia menggunakan pisau untuk membedah dan menyelamatkan nyawa. Sungguh sangat bertolak belakang. Mas… apakah aku bisa jadi istrimu? Entahlah. Mendadak aku ragu untuk melanjutkan pernikahan kita."
Silvya membuang nafasnya kasar. Sejenak ia merasa ingin lari dari pernikahan ini. Tapi entah mengapa hatinya tidak rela. Kali ini Silvya ingin egois. Ia tetap ingin berada disisi Dika jika boleh untuk selamanya.
Apakah ini perasaan cinta? Apakah Silvya sudah jatuh cinta terhadap Dika? Entah, Silvya pun tidak tahu. Yang ia tahu pasti, dia tidak ingin jauh dari Dika meski ia tahu banyak sekali hal yang bertentangan antara dirinya dan Dika. Dia tak mau jauh dari pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu meski ia sadar akan banyak rintangan yang ada di depannya.
Silvya memejamkan matanya berharap dia bisa tidur agar besok bisa menjalankan misi dengan baik.
1 jam
2 jam
3 jam…
Sudah 3 jam lamanya namun mata Silvya masih enggan untuk terpejam.
"Haaah….Apa apa an ini… mengapa susah sekali untuk tidur. Mas Dika lagi apa ya. Kemarin di bilang mau ke rumah orang tuanya. Apakah sudah? Terus apa hasilnya? Kenapa aku jadi kepo."
Silvya mengambil ponsel dan menimbangnya sebentar.
Telpon… Enggak…. Telpon… Enggak… telpon aja deh.
Kring….
"Assalmaualaikum mas…."
" Waalaikum salam..kamu belum tidur?"
" Belum mas… mas sendiri belum tidur?
" Belum tadi mas habis ngobrol sama ayah dan bunda."
" Oooh berarti mas nggak pulang ke rumah?"
" Nggak mas nginep di rumah bunda. Lagian nggak ada kamu. Iseng dirumah sendirian."
" Eh…. Gitu.. Ehmmm...Mas sudah makan?"
Silvya membuang nafasnya kasar. Sungguh pertanyaan yang basi. Pastilah Dika sudah makan bersama keluarganya.
" Sudah… kamu nggak ingin tahu hasil diskusi mas dengan keluarga tentang pernikahan kita?"
Glek…
Silvya terkejut, Dika seakan tahu apa yang dipikirkan olehnya. Sebenarnya dari tadi dia sudah sangat penasaran ingin bertanya tapi ia sungguh malu untuk melakukannya.
"Eh… itu…"
" Besok saja mas jelaskan kalau kamu sudah pulang kalau di telpon ribet soalnya panjang. Ya udah kamu tidur gih udah malam. Assalamualaikum"
" Iya mas… Waalaikumsalam."
Silvya tampak kecewa karena Dika tidak menjelaskan hasil pembicaraannya dengan kedua orang tuanya. Dia harus menunggu sampai pulang untuk mengetahuinya.
Baiklah… buruan tidur. Lalu bangun dan selesaikan misi. Jadi bisa cepat pulang. Uuuh…. Aku tidak sabar bermain besok dan aku juga sudah tidak sabar bertemu dengan dia.
Silvya tersenyum senyum sendiri. Jika ada yang melihat pastilah dia akan dibilang stres atau gila.
🍀🍀🍀
Di kamarnya Dika sebenarnya juga tidak bisa langsung tidur. Selama hampir 2 bulan ini terbiasa dengan adanya Silvya meski tidak satu kamar membuat Dika merasa ada yang kurang.
"Haih…. Kenapa jadi begini. Sebentar saja tidak melihatnya aku jadi gelisah. Apa iya aku sudah jatuh cinta terhadap gadis itu."
Dika bermonolog sambil melihat ke langit langit kamar. Ia kembali teringat dengan bibir mungil Silvya yang begitu manis dan kenyal.
"Astagfirullah… apa ini yang namanya lonjakan hormon testosteron. Huft… sebelumnya aku tidak pernah merasakan ini. Tetapi dengan Silvya kenapa hormon itu semakin melonjak tinggi."
Dika bangkit dari ranjangnya lalu menuju kamar mandi mengambil air wudhu. Dia membentangkan sajadahnya lalu melakukan sholat sunah 2 rakaat.
"Ya Allaah aku berlindung dari nafsu yang ada di tubuhku. Jadikan nafsu ini halal saat bersama dengan istriku nanti dan jadikan nafsu ini menjadi sebuah rezeki untuk kami nanti. Jangan biarkan nafsu kami yang menguasai kami. Aamiin."
Dika merapikan sajadahnya kembali melepas sarung yang ia pakai dan melipatnya. Ia lalu merebahkan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur.
"Harus tidur, besok harus buka klinik pagi pagi."
Dika berdoa sejenak lalu memejamkan matanya. Berharap mimpi memeluk malamnya kali ini.
TBC
