NovelToon NovelToon
Dicintai Sepenuh Hati Oleh Suami Express

Dicintai Sepenuh Hati Oleh Suami Express

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:144.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

[REVISI]
.
.
.
Akibat masyarakat yang memiliki tradisi kolot, mereka terpaksa melakukan pernikahan di bawah tangan hanya karena berteduh dari hujan disebuah pos kampling. Dua orang yang tidak saling mengenal itu diikat dalam ikatan yang sakral secara tiba-tiba.

Qiana Nadhifa, gadis yang dikenal pendiam dan jarang keluar rumah itu pun seketika menjadi hujatan masyarakat. Tidak ada yang mempercayainya, bahkan Ibunya sendiri memojokkannya sehingga ia menikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Kamu istriku. Aku akan menerima kekurangan mu dan terimalah kekurangan ku sebagai seorang suami." Abhaya Chandra.

Apakah pernikahan keduanya berujung keberkahan Allah? Bagaimana keduanya bersatu dengan perbedaan dan masa lalu mereka?

Author Note: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan setting cerita, semua murni kebetulan. Semoga pembaca suka dengan karya keempat saya...
Terimakasih atas dukungannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Membawanya ke Jogja

[REVISI]

.

.

.

Qiana telah selesai membuat makan malam. Ia meminta Ibu Ningsih dan Afifah untuk makan terlebih dahulu karena ia harus mandi terlebih dahulu. Sepulang dari kota bersama Chandra tadi, ia belum sempat mandi.

Selesai mandi dan melaksanakan sholat, Qiana mengajak suaminya yang masih sibuk dengan ponselnya untuk makan malam. Chandra meletakkan ponselnya dan mengikuti Qiana ke dapur. Qiana menyiapkan piring dan menata nasi serta lauk untuk Chandra sebelum mengambil untuk dirinya sendiri. Keduanya pun makan dalam diam.

Chandra tetap di dapur menunggu Qiana selesai membersihkan bekas makan mereka. Setelahnya ia meminta Qiana untuk duduk kembali dan mengatakan jika besok pagi ia akan membawa Qiana pulang ke Jogja. Hal ini tentu saja mengejutkan Qiana. Chandra pun menjelaskan jika ia bekerja di Kalimantan Tengah dan saat ini ia dalam masa cuti yang tersisa satu minggu.

Jika Qiana tidak keberatan ia akan membawanya pulang besok, jika iya Chandra akan menjemputnya di cuti yang akan datang. Lebih tepatnya setelah 70 hari kerjanya. Qiana tampak berpikir sejenak, kewajiban seorang istri adalah mengikuti kemanapun suami pergi. Ia juga ingin mengenal lebih jauh suaminya dan keluarganya. Tetapi apakah Ibu Ningsih mengizinkannya. Sampai saat ini saja, Ibu Ningsih masih belum mengakui Chandra sebagai menantunya. Tentu Chandra mengerti kekhawatiran Qiana, ia pun menggandeng Qiana ke ruang tamu untuk menemui Ibu Ningsih dan Afifah yang sedang menonton televisi.

“Ngapuntene, Bu. Kulo ajeng matur.” Chandra berusaha bersikap sopan saat menyela Ibu Ningsih yang masih fokus menonton sinetron.

(Maaf, Bu. Saya mau berbicara.)

“Omong opo?” jawab Ibu Ningsih masih dengan pandangan ke arah TV.

(Bicara apa?)

“Kulo ijin betho Qiana teng Jogja, ketemu kalih Mamak Bapak. Kulo sampun matur kalih Mamak Bapak nek kulo nikah teng mriki. Rencana benjing mangkat.” Kata Chandra mantap.

(Saya izin membawa Qiana ke Jogja, bertemu Mamak Bapak. Saya sudah mengabarkan Mamak Bapak kalau saya menikah di sini. Besok berencana berangkat.)

“Kulo boten saget dangu teng mriki, Bu. Kulo merdamel teng Kalimantan, niki kulo nembe cuti. Kulo betho Qiana teng Jogja kersane nderek Mamak Bapak riyen, menawi saget mangke kulo papak nderek kulo teng Kalimantan.” Imbuh Chandra yang tidak mendapatkan respon Ibu Ningsih.

(Saya tidak bisa berlama-lama di sini, Bu. Saya bekerja di Kalimantan, sekarang ini sedang cuti. Saya membawa Qiana ke Jogja agar bisa tinggal bersama Mamak Bapak dulu, jika memungkinkan nanti saya akan menjemputnya untuk ikut ke Kalimantan.)

“Karek Qiana piye.” Ibu Ningsih sempat ragu sejenak, hingga akhirnya memberikan jawaban jika semuanya tergantung keinginan Qiana.

(Terserah Qiana.)

“Kulo izin nderek Mas, Bu.” Ibu Ningsih menganggukkan kepalanya, kemudian meninggalkan mereka menuju kamar beliau.

(Saya izin ikut Mas, Bu.)

Qiana meremasnya rok yang dikenakannya. Afifah pun mengambil alih perhatian Qiana yang mengikuti punggung Ibu Ningsih. Sang adik mengajak Qiana untuk membereskan barang belanjaannya yang sedari tadi hanya dibiarkan di atas meja. Qiana yang tersadar pun menganggukkan kepalanya dan meminta Chandra untuk menunggunya sampai ia selesai membereskan belanjaan.

Beberapa barang yang memang Qiana belikan untuk Afifah ia serahkan kepada sang adik dan memintanya untuk berterima kasih kepada kakak iparnya. Beberapa kebutuhan rumah yang dibeli sudah Qiana rapikan dan belanjaan yang diperuntukkan dirinya ia pisahkan. Setelah selesai, ia membawa barang belanjaannya ke kamar. Jika besok pagi mereka berangkat, malam ini Qiana harus mengemas barang yang akan ia bawa ke rumah mertuanya.

Chandra menyambut Qiana di dalam kamar. Qiana mengeluarkan tas yang biasa ia pakai untuk bepergian, mengemas beberapa pakaian termasuk pakaian yang baru saja dibelikan oleh suaminya.

"Tidak perlu bawa banyak, Dek. Kita bisa beli lagi di sana." kata Chandra yang sedari tadi memperhatikan kesibukan Qiana.

"Iya, Mas." jawab Qiana singkat. Setelah selesai, Qiana duduk disamping Chandra.

"Maafkan Ibu yaa, Mas." ucap Qiana dengan kepala tertunduk.

"Hei.." Chandra mengangkat dagu Qiana, membuat kedua mata mereka bertemu.

Cukup lama keduanya saling memandang, seolah mendalami tatapan satu sama lain. Chandra tergoda dengan wajah yang ada dihadapannya saat ini. Tanpa sadar, ia sudah mendaratkan kecupan di bi bir Qiana. Yang mana membuat Qiana membeku. Merasakan tubuh Qiana yang membeku, Chandra sadar dengan apa yang dilakukannya. Ia merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

"Kamu istriku dan Ibu Ningsih adalah mertuaku. Aku tidak akan mempermasalahkan sikap beliau. Mungkin beliau butuh waktu untuk menerimaku menjadi menantunya." kilah Chandra untuk mencairkan suasana canggung.

"Terima kasih, Mas." Qiana tersenyum mendengar penuturan suaminya, ia bahkan lupa jika semenit yang lau ia sempat membeku.

Chandra yang melihat Qiana sudah kembali seperti semula, menggenggam tangan istri kecilnya.

“Aku sudah memesan mobil travel, besok kota berangkat pagi dan di Jogja kamu sudah ditunggu Mamak dan Bapak juga keluarga besar. Bapak mengumpulkan mereka untuk selamatan pernikahan kita.” Jelas Chandra.

“Iya, Mas.” Walaupun dalam hati ia masih was-was dengan sikap mertua dan keluarga Chandra terhadap dirinya, ia tetap memperlihatkan senyum di depan suaminya. Rasa was-was yang dirasakan Qiana bukan tanpa alasan, sikap Ibu Ningsih terhadap suaminya lah yang membuatnya beranggapan keluarga suaminya juga akan sama.

“Tenang saja, Mamak Bapak akan menerima kamu dengan baik. Kamu tidak perlu khawatir, aku jamin.” Hibur Chandra yang menangkap kegelisahan Qiana.

Chandra pun mengajak Qiana untuk tidur lebih awal agar staminanya tidak terkejut dengan perjalanan besok pagi. Perjalanan dari desa Qiana menuju kota Jogja, mungkin bisa memakan waktu 8 sampai 9 jam. Tergantung rute yang akan diambil oleh pihak travel, entah itu rute Purwodadi - Solo atau Semarang -

Magelang.

2 malam sudah keduanya tidur di lantai kamar, akan tetapi ada yang berbeda pada malam ini. Chandra meminta Qiana untuk tidur berbantal lengannya. Qiana sempat menolak karena takut lengan suaminya akan kesemutan, tetapi Chandra tidak menerima penolakan membuatnya menarik tubuh Qiana dalam pelukannya.

Qiana yang terkejut tentu membatu dengan perlakuan suaminya. Dalam hati, ia menenangkan dirinya jika ini adalah suaminya, ladang pahala baginya. Setelah beberapa saat, barulah ia bisa menenangkan diri dan mulai terlelap. Hal ini tentu saja membuat Chandra tersenyum karena ia mengira Qiana akan memberontak. Ia tidak menyangka jika Qiana justru terlelap dengan cepat, seolah ia memang bantal tidurnya.

Istri kecilnya masih memerlukan waktu adaptasi dengan sentuhan yang ia berikan. Ia akan bersabar, nasibnya mendapatkan istri yang belum genap 20 tahun. Setelah mengecup kening Qiana, Chandra ikut terlelap dengan tetap memeluk istri kecilnya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Qiana akan bangun pagi. Sebelum menyiapkan sarapan, bersih-bersih dan mencuci pakaian, lebih dulu ia mengembalikan motor Ilham. Qiana kembali dengan diantar oleh Ibu Sri yang kebetulan sejalan dengannya.

Setelah semua kegiatan paginya selesai, bersamaan dengan Chandra yang juga sudah selesai mandi. Dilanjut Qiana yang mandi sebelum melayani sarapan sang suami. Travel yang dipesan Chandra datang bertepatan dengan mereka yang selesai makan. Sehingga Chandra segera mengeluarkan tas pakaian dan tas kecil Qiana dari kamar, sementara Qiana berpamitan dengan sang ibu.

“Kulo pamit, Bu.” Chandra berpamitan dengan Ibu Ningsih, seraya mencium punggung tangan beliau.

“Kulo bakal jaga Qiana, Bu. Cuti mangke kulo betho Qiana balik mriki.” Imbuhnya tanpa membuat Ibu Ningsih bergeming.

(Sayang akan menjaga Qiana, Bu. Cuti nanti saya akan bawa Qiana pulang kesini.)

“Kulo pamit nggih Bu. Menawi wonten nopo-nopo, Ibu saget nelpon kulo.” Giliran Qiana yang berpamitan dengan Ibu Ningsih yang hanya menganggukkan kepalanya.

(Saya pamit ya Bu. Misal ada apa-apa, Ibu bisa menghubungiku.)

“Ingat! Ojo macem-macem, awas ae entuk laporan!” kata Qiana sambil menjewer telinga Afifah sebelum masuk kedalam mobil

Padahal Afifah sudah merasa senang Qiana tidak ada di rumah, karena otomatis tidak akan ada yang mengomel atau memarahinya.

Perjalanan mereka ternyata tidak mulus karena banyaknya perbaikan jalan, baik itu rute pantura atau Purwodadi - Solo, sehingga mereka membutuhkan waktu 10 jam untuk sampai di Jogja, tepatnya di daerah Kulon Progo. Mobil warna putih perlahan memasuki sebuah halaman yang luas, di sana sudah terdapat beberapa orang yang berdiri untuk menyambut kedatangan mereka.

1
Ria Nasution
cemburu akan merusak setiap pasangan apabila tidak dapat mengontrol setiap emosi
Tri Yani
kali ini qiana hanya milik Candra,Heru tidak bisa merebut dr suaminya....Candra n Heru baikan lah biar pertemanan kalian seperti dulu lagi🤝🤝
Yani
Memang jangan suka liat tampang sama penampilannya tapi tetap aja suka takut 🙏
Yani
Heru karma di bayar kontan
Melki
next
Meymei: siap kak 😊
total 1 replies
Ai Maswah
Luar biasa
Meymei: Terima kasih dukungannya kakak ☺
total 1 replies
Melki
next
Meymei: ditunggu yah..
total 1 replies
yunita
lnjut
Meymei: siap kak.. ditunggu yah☺
total 1 replies
Ria Nasution
sesuatu yang direbut belum tentu akan menjadi milik kita selamanya
Meymei: bener banget kak, karena bukan rezeki kita..
total 1 replies
Tri Yani
wah ternyata....
Meymei: ternyata... 🤭
total 1 replies
Melki
next
Yani
Ada dengan Heru ko panik gitu ?
Meymei: ada di bab selanjutnya kak.. hihihi
total 1 replies
Nabilah
setuju ini thor
Nabilah
please selesai sampai sini aj thor!
Meymei: ikuti terus kelanjutannya ya kak.. hihi
total 1 replies
Yani
Semoga Qiana cepat sembuh dari rasa takutnya
Meymei: aamiin..
total 1 replies
Yani
Semoga setelah kejafian ini si Novi bisa menjadi orang baik
Meymei: aamiin...
total 1 replies
Yani
Kasih orang tuanya kelakuan si Novi biar jera
Meymei: kasih tau maksudnya kak? 😅
total 1 replies
Yani
Makasih thor rencana ulet bulu ga berhasil
Meymei: hihihi 😆
total 1 replies
Yani
Jsngsn ssmpsi berhasil thor recana busuk si Novi jangan biar ulet bulu menang thor
Meymei: pantengin SMP akhir kak
total 1 replies
Melki
next
Meymei: siap kakak... ☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!