NovelToon NovelToon
Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sekarani

Tari tiba-tiba jadi buronan debt collector setelah kekasihnya menghilang berbulan-bulan. Tari dipaksa melunasi utang Rp500 juta meski dirinya tak pernah mengajukan pinjaman sepeser pun.

Putus asa mendapat ancaman bertubi-tubi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Tari mendadak dapat tawaran tak terduga dari Raka.

Pewaris keluarga konglomerat tersebut berjanji melunasi utang yang dibebankan kepada Tari jika gadis itu mau menjadi istrinya. Raka bahkan bersedia membantu Tari balas dendam pada sang kekasih.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekarani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pangeran Tidur yang Tampan

Bertahun-tahun lalu, orang yang paling membenci Raka di dunia ini adalah dirinya sendiri. Setelah hari-hari panjang yang sangat melelahkan jiwa raga, Raka bertekad mengakhiri segalanya.

Raka tidak berharap diselamatkan siapa pun. Menghilang selamanya adalah hukuman terbaik untuknya, jadi tidak boleh ada seorang pun yang menemukan Raka sampai malaikat maut menyelesaikan tugasnya.

Sialnya, hari itu Raka tak jadi pergi. Seseorang kebetulan menemukannya, mengusir malaikat pencabut nyawa yang susah payah Raka panggil dengan caranya sendiri.

Tak menyerah, Raka kembali melakukan percobaan kedua. Namun, orang yang sama kembali menjadi pengganggu. Orang itu bahkan berhasil membuat Raka tiba-tiba kembali punya alasan bertahan hidup.

Selama aku masih hidup, Mas juga harus tetap hidup. 

*** 

"Jauh sebelum insiden kemarin, kita bahkan pernah duduk bersebelahan seperti ini. Ingat?"

Tari sudah berhari-hari memikirkan kemungkinan itu. Barangkali, dia pernah bertemu Raka sebelumnya. Mungkin pernah ada interaksi di masa lalu yang kemudian membuat Raka dan Tari saling terikat hingga kini.

Namun, sekuat apa pun Tari coba menggali ingatannya, tidak ada nama Raka dalam kotak memorinya. Tari sangat yakin, pria itu adalah pendatang baru dalam kehidupannya.

Raka menatap Tari yang diam seribu bahasa. Sorot matanya sayu, seolah memperlihatkan kepedihan bertumpuk yang sayangnya tidak bisa Tari pahami.

Kenapa aku jadi merasa bersalah?

Pasangan pengantin baru ini hanya saling tatap dalam diam untuk waktu yang cukup lama. Waktu seakan berhenti untuk beberapa menit.

"Kalian belum tidur?"

Suara Riska membuyarkan keheningan antara Tari dan Raka. Kaget tiba-tiba ada ibu mertua, Tari seketika mengalihkan pandangannya dari Raka dengan begitu gugup.

"Bu-bunda …? Ini abis buka-buka kado," kata Tari tergagap sambil berdiri dengan tergesa.

Sikap gugup Tari membuat Riska tersenyum. Menantunya memang masih sangat canggung saat berhadapan dengan semua orang di rumah ini. Menggemaskan.

"Bunda boleh masuk?" tanya Riska pada Tari.

"Boleh, Bun," jawab Tari cepat. "Silakan."

Saat melihat ibunya melangkah memasuki kamar, Raka memasang wajah tak suka.

"Bunda mengganggu malam pertama kami."

Celetukan Raka membuat Tari mendelik. Maksudnya apa coba?

Mengabaikan protes sang anak, Riska tampak antusias menghampiri Tari. Dia lalu bertanya apakah Tari menyukai hadiah pernikahan yang disiapkan semua orang untuknya.

Tari hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Terima kasih banyak, Bunda," katanya kemudian dengan suara lirih.

"Justru Bunda yang harus berterima kasih sama kamu," balas Riska.

Anak dan ibu ternyata sama saja. Sama-sama membuat Tari bingung.

"Bunda boleh peluk?"

Pertanyaan Riska kembali berbuah anggukan Tari. Setelahnya, Tari mendapatkan pelukan hangat dari sang mertua.

"Kamu pasti merasa aneh dan bingung dengan semua yang terjadi beberapa hari ini," ucap Riska sambil mengelus lembut punggung menantunya.

"Jangan takut. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Sungguh kami tidak berniat jahat sedikit pun," lanjutnya.

"Mulai hari ini, seperti yang mungkin sudah dikatakan Raka, kami semua akan melindungi kamu dengan lebih baik."

Sampai detik ini, Tari masih ragu untuk membalas pelukan Riska.

"Terima kasih sudah hadir dalam kehidupan Raka …."

Suara Riska terdengar bergetar, seperti menahan tangis. 

"Terima kasih karena telah menyelamatkan Raka …."

*** 

Tari akhirnya tidur di ranjang yang sama dengan Raka. Apa mereka melakukan ritual malam pertama? Tidak.

Tidak terjadi apa pun malam ini. Raka dan Tari benar-benar hanya tidur satu ranjang di kamar Raka yang kini menjadi milik mereka berdua.

Jika Sandra tahu, Tari pasti bakal dibilang sok naif. Hanya saja, Raka tampak sangat bisa dipercaya saat bersumpah tidak akan menyentuh Tari sejengkal pun. Itulah kenapa Tari setuju tidur bersama.

Raka bahkan sempat bertanya apakah dia harus tidur di sofa saja. Katanya, dia takut Tari merasa tidak nyaman. Namun, Tari menganggap tidak perlu sampai begitu. Ranjang Raka sangat besar, jadi rasanya mudah bagi mereka untuk menjaga jarak aman.

Meski begitu, ternyata Tari memang tidak nyaman. Dia tak bisa tidur nyenyak dan berulang kali terbangun meski tidak bermimpi buruk.

Hampir pukul tiga dini hari saat Tari kembali terbangun untuk sekian kali. Dia menoleh ke kiri dan mendapati Raka tidur miring ke arahnya. Pria itu kelihatan tidur lelap, sungguh berbanding terbalik dengan Tari.

Apa dia terbiasa tidur dengan orang baru?

Tari sungguh mengantuk, tetapi entah kenapa susah lanjut tidur. Jadi, dia memilih menikmati keindahan yang tersaji secara cuma-cuma di hadapannya.

Raka kelihatan sangat damai saat tidur. Suaminya ini sepertinya cocok memerankan karakter pangeran tidur dalam cerita fantasi yang pernah Tari baca.

Selain kaya raya, harus diakui Raka juga tampan luar biasa. Tari mengagumi betapa wajah Raka terpahat dengan porsi yang pas. Hidung mancung dan rahang tegas adalah perpaduan sempurna. Bibirnya pun tampak menggoda.

Astaga! Tari kaget sendiri karena mendadak ingat kembali rasanya berciuman dengan Raka. Sensasi yang didapat Tari sungguh membahayakan akal sehatnya.

Takut pada dirinya sendiri, Tari cepat-cepat balik badan. Tanpa sadar, Tari membuat pergerakan yang mengusik tidur Raka.

"Tari …," panggil Raka dengan mata terpejam.

Suara parau khas orang baru bangun tidur itu membikin Tari panik. Apa Raka terbangun gara-gara dirinya?

Tari bertahan memunggungi Raka sambil berdoa semoga suaminya itu hanya mengigau.

Oh, sebentar. Tari merasa ada yang aneh. Jika Raka cuma mengigau, kenapa juga harus menyebut namanya? Apa Raka sedang memimpikan dirinya?

Berbekal keyakinan Raka cuma mengigau, perlahan Tari membalikkan tubuhnya dan seketika menyesal. Betapa kaget Tari menemukan sang suami dalam kondisi terjaga dan menatap lurus padanya.

"Jam berapa sekarang? Kamu nggak bisa tidur?" tanya Raka lembut.

Sebelum mendapat jawaban, Raka lanjut berkata, "Nggak nyaman? Maaf, ya. Saya pindah sofa aja."

Raka tampak hendak beranjak, tetapi gerakannya langsung terhenti. Tari mencegahnya pergi dengan buru-buru meraih lengan kekar sang suami.

"Ini jam tiga pagi. Ngapain pindah? Tanggung," ujar Tari dengan suara setengah berbisik.

Raka diam-diam senang karena dicegah pergi. Dia pun kembali menyamankan posisi di kasur empuknya.

Namun, Raka sepertinya dalam kondisi setengah sadar. Jika tidak, mana mungkin pria itu melakukan hal yang membuat detak jantung Tari kacau balau.

Raka menggenggam tangan Tari yang barusan menyentuh lengannya, lalu bergerak mendekat sambil memejamkan mata. Raka memangkas jarak yang tadinya sengaja diciptakan di antara mereka.

Pria itu juga tersenyum begitu manis saat mengatakan sesuatu yang membuat pipi Tari mendadak hangat.

"Makasih, Sayang …," ucap Raka sambil mengecup lembut jemari Tari dalam genggamannya.

*** 

Okta sekali lagi memeriksa jam tangannya sambil bersiap membuka pintu. Dia tak sedikit pun terlihat panik saat mengetahui pintu itu ternyata dalam kondisi terkunci.

Di rumah ini, Okta adalah satu-satunya orang yang tahu password ruangan tersebut selain sang pemilik. Jadi, dia hanya perlu memencet kolaborasi angka yang sudah dia hafal di luar kepala.

Pintu kamar terbuka. Okta pun segera melakukan apa yang biasa dia lakukan selama bertahun-tahun: membangunkan sang bos yang bangun kesiangan.

"Selamat pagi, Pak Ra …."

Okta refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan. Beberapa detik kemudian, dia berjalan mundur dengan langkah yang sangat pelan. Okta perlahan keluar dari kamar, lalu kembali menutup pintu dengan ekstra hati-hati.

Tidak semestinya Okta melihat pemandangan yang baru saja dia lihat.

Sialan! Bisa-bisanya lupa kalau Bos udah nikah! 

Beberapa saat lalu, Okta tidak hanya mendapati Raka dan Tari yang masih tidur dalam kondisi berpelukan. Busana yang dikenakan pasutri itu juga tampak berantakan.

Sisa malam pertama?

1
Fitria Agustina
makin penasaran, sebenarnya saat terjadi peristiwa apa yg menimpa raka lalu tari menolongnya
Sekarani
maaf yaa menunggu lama/Hey/
Fitria Agustina
di tunggu lanjutannya thor..
R. Danish D
ah sakit telinga, tolong
R. Danish D
baru mulai udh kissu kissu
tapi aku suka gaya penulisan authornya
Sekarani: makasih yaaaa
semoga betah bacanya sampai ending nanti❤
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. Ceritanya keren.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan.
semangat menulis terus ya
Sekarani: wah makasih yaaaa /Smile//Smile//Smile/

semangat dan sukses selalu untuk kita🔥
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal thor..
Sekarani: halo! makasih udah mampir kak/Heart/
total 1 replies
Sekarani
Halo! Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat adalah karya pertamaku di NovelToon /Heart/

Terima kasih untuk dukungannya! Semoga suka dengan kisah yang disajikan /Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!