Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembar Namun Tidak Sama
Terdengar tangisan dua bayi yang tidak juga berhenti terdengar. Kedua bayi itu adalah bayi yang dilahirkan oleh Eliana dan dibawa pergi darinya. Ray membawa si kembar ke sebuah mansion di mana Morgan memang tinggal di sana. Eliana tidak akan pernah menemukan keberadaan si kembar jika dia mencari. Lagi pula dia sudah mendapat kabar jika Eliana sudah pergi setelah ibunya meninggal, itu kabar bagus bagi mereka karena dengan demikian Eliana mematuhi perjanjian dengan baik.
Putra pertama diberi nama Edwin Barnes dan putra kedua diberi nama Elvin Barnes. Usia mereka tidak terpaut jauh, hanya beda beberapa menit saja. Saat Eliana melahirkan mereka, Ray tidak pergi dari rumah sakit karena tugasnya membawa si kembar pergi. Tadinya Eliana akan diberi obat bius agar dia tidak tahu tapi tanpa obat itu, dia sudah pingsan terlebih dahulu.
Suara tangisan putranya yang tiada henti benar-benar membuat Morgan sakit kepala. Dia tidak bisa bekerja, tidak bisa melakukan apa pun bahkan untuk beristirahat saja sulit karena begitu kedua putranya bangun dari tidur mereka, dia yang akan kerepotan setengah mati.
Delapan pengasuh terbaik sudah dia pekerjakan untuk mengasuh putranya namun delapan pengasuh itu pun tidak bisa menghentikan tangisan putranya. Entah apa yang terjadi, kedua putranya akan berhenti menangis saat berada dekat dengannya.
"Apa sebenarnya yang kalian lakukan?" teriak Morgan marah seraya melangkah menuju kamar kedua putranya.
Delapan pengasuh yang hendak membujuk kedua putranya menunduk, tidak berani menatapnya. Kedua putranya masih saja menangis di atas ranjang, Morgan segera menghampiri dan menggendong Edwin dan pada saat itu, tangisan Edwin terhenti.
Kedelapan perawat itu saling pandang, seharusnya majikan mereka tahu jika si kembar hanya ingin bersama denganya. Mungkin karena tidak adanya sosok ibu membuat Edwin dan Elvin hanya mau bersama dengan ayahnya saja.
Setelah menggendong Edwin, Morgan menggendong putra keduanya dan tidak lama kemudian tangisan kedua putranya pun berhenti. Morgan membawa kedua putranya menuju kamarnya, dia juga berteriak memanggil Ray untuk menemuinya.
Ray segera mencarinya dengan terburu-buru, sepertinya dia akan mendapatkan perintah lagi setelah ini. Morgan menunggunya sambil menggendong kedua putranya di tangan, padahal dia pergi sebentar untuk mengerjakan sesuatu tapi para perawat itu tidak becus sama sekali.
"Tuan muda memanggil aku?" tanya Ray.
"Kenapa tidak ada satu dari mereka pun yang bekerja dengan baik? Bukankah kau berkata mereka adalah perawat terbaik yang memiliki lisensi? Apa gunanya surat mereka sedangkan untuk menghentikan dua bayi yang menangis saja tidak bisa?" tanyanya dengan nada kesal.
"Mereka memang para perawat terbaik yang aku ambil di beberapa tempat, Tuan Muda. Mereka pun sudah berpengalaman!" ucap Ray.
"Jangan membual! Pecat mereka semua dan ganti!" perintah Morgan.
"Tuan Muda, masalahnya bukan pada perawat itu."
Morgan berpaling. menatap Ray dengan tajam. Jika masalahnya bukan pada para perawat itu, jangan katakan kedua putranya yang bermasalah.
"Tolong jangan salah paham, Tuan Muda. Mereka masih bayi, mereka membutuhkan ibu mereka dan membutuhkan kasih sayang ibu mereka tapi mereka tidak mendapatkannya. Perawat yang paling baik untuk anak adalah ibu mereka sendiri namun sosok itu tidak mereka dapatkan oleh sebab itu mereka ingin bersama denganmu. Mereka lebih suka dekat denganmu dibandingkan dengan para perawat itu jadi kau harus bersabar."
Morgan diam, tatapan mata jatuh pada kedua bayi yang tidur di dalam gendongannya. Memang kedua putranya akan diam setelah digendong olehnya namun yang paling sulit adalah Elvin sedangkan Edwin masih mau dengan perawatnya. Seperti apa yang Ray katakan sangat benar, dia sudah mendapatkan pewaris yang dia inginkan jadi dia harus bersabar.
"Jika begitu pecat sebagian, aku hanya perlu dua orang untuk menyiapkan keperluannya!"
"Baik, Tuan Muda," Ray keluar dari kamar, meninggalkan Morgan.
Morgan memandangi wajah Edwin dan Elvin yang mirip dengannya. Mungkin rupa mereka akan berubah nantinya karena dia pernah mendengar, anak laki-laki lebih identik menyerupai wajah ibunya dibandingkan rupa ayahnya. Morgan melangkah mendekati ranjang, dia ingin membaringkan kedua putranya karena dia mau masuk ke kamar mandi.
Morgan melakukannya dengan hati-hati, jangan sampai salah satu dari mereka menangis karena yang satunya lagi juga akan menangis. Edwin sudah dibaringkan, sekarang tinggal yang paling cengeng karena putra keduanya memang lebih mudah menangis.
Elvin pun dibaringkan dengan perlahan, tanpa sadar dia sampai menahan napas. Morgan melakukannya dengan sehati-hati mungkin dan seperti yang dia duga, ketika dia hendak membaringkan Elvin, putra keduanya terkejut lalu suara tangisannya terdengar. Elvin menangis dengan keras, disusul dengan tangisan Edwin yang terbangun karena suara tangisan saudara kembarnya.
"Oh, Boy!" Morgan menggeleng. Mau tidak mau, Morgan kembali menggendong kedua putranya yang menangis semakin keras. Jujur saja kepalanya sakit, dia paling benci suara berisik tapi mulai sekarang dia benar-benar harus bersabar.
Tangisan Edwin dan Elvin yang tidak juga berhenti membuat Morgan harus menahan diri, niat ke kamar mandi tidak jadi. Dua orang perawat yang tersisa masuk ke dalam untuk memberikan dua botol susu. Si kembar sudah berbaring di atas ranjang, Morgan hendak memberikan susu untuk putranya namun mereka enggan meminum susu itu dan masih saja menangis.
"Ray!" Morgan berteriak, tentunya teriakannya membuat Edwin dan Elvin terkejut sehingga tangisan mereka semakin keras.
Ray masuk ke dalam kamar dan memberi perintah pada dua perawat yang tersisa untuk menggendong Edwin dan Elvin. Morgan terlihat depresi, setiap hari harus seperti itu bahkan saat malam pun dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Jika Elvin tidak berhenti menangis maka Edwin pun tidak akan berhenti menangis. Mereka memang kembar, wajah mereka sama namun sifat mereka sangat berbeda.
"Berikan Elvin padaku!" pinta Morgan. Sebaiknya dia menenangkan putra bungsunya terlebih dahulu karena Elvin yang paling sulit ditenangkan.
Elvin diberikan, Morgan membawa putra bungsunya ke balkon dan menenangkan tangisannya di sana. Suara tangisan Edwin masih terdengar namun tidak lama karena perawatnya memberikan susu sedangkan tangisan Elvin masih belum berhenti.
Ray memberikan botol susu pada Morgan, dia sangat senang tuan muda sudah memiliki anak. Dia harap dengan hadirnya Edwin dan Elvin merubah kehidupannya. Tiba-Tiba saja dia teringat dengan Eliana. Tiba-Tiba pula dia berharap mereka bertemu suatu hari nanti, dia harap Edwin dan Elvin bisa menyatukan mereka karena dia tidak mau, si kembar mengalami apa yang ayahnya alami. Dia tidak mau Edwin dan Elvin mengira ibu mereka mencampakkan mereka seperti yang Morgan alami padahal bukan itu yang terjadi.
Sesungguhnya dia tidak tega dengan Eliana saat mengambil kedua bayi yang baru dia lahirkan namun kesepakatan, tetaplah kesepakatan dan Eliana harus mematuhi kesepakatan yang telah mereka sepakati. Semua tergantung Eliana nantinya, jika dia kembali untuk mencari keberadaan kedua anaknya, maka kemungkinan mereka untuk bertemu sangatlah besar.
Tangisan Elvin sudah terhenti, Morgan pun membawanya masuk. Jujur saja dia sudah ingin ke kamar mandi. Edwin yang sudah tidak menangis tampak tidur di atas ranjang. Edwin sudah pulas, tinggal membaringkan Elvin maka dia bisa pergi ke kamar mandi tapi apa yang terjadi, seperti mengulangi apa yang telah terjadi, Elvin yang sensitif terhadap sentuhan terbangun lalu menangis dengan keras.
Morgan kembali terlihat frustasi, apalagi Edwin yang sudah pulas pun ikut menangis. sepertinya dia akan terus mengalami hal ini sampai mereka sedikit dewasa.