Pelukan Untuk Argezia

Zia menarik kopernya,ia melihat kedua orang tuanya,dan kedua abang kembarnya,tengah terduduk di sofa,dengan diam.

Tak

Tak

Tak

Zia menuruni tangga satu persatu,langkahnya itu membuat mereka melihat kearah zia,dan melihat zia yang sudah membawa koper.

Zia perlahan melangkah,dan berhenti tepat di hadapan mereka.

"Saya akan pergi dari rumah ini,tapi ingat,apa yang sudah kalian lakukan terhadap saya,akan selalu saya ingat,mungkin pepatah mengatakan Memaafkan itu mudah,tapi untuk melupakan itu sangat sulit,dan itu terjadi dengan saya":Ucap zia dengan formal.

"Yah silahkan,silahkan pergi dari rumah saya,dan kamu pikir kami menyesal?,Hahaha tentu saja tidak.Jika anak pembawa sial sepertimu pergi,maka hidup kami akan tentram":Ucap papa zia dengan menatap zia tajam.

"Baiklah,dan saya juga tidak akan pernah mau untuk menginjakkan kaki saya disini lagi,walau mendengar kalian sakit sekali pun.Saya bukan kejam,tapi saya ingin kalian merasakan apa yang sudah saya rasakan selama 17 tahun ini":Tegas zia,Lalu ia pun melangkah tanpa menoleh kebelakang lagi,ia ingin bebas dan menentukan jalan kehidupannya.

...

Zia pun tiba di rumah barunya,yah walau pun tidak begitu besar tapi mampu membuat dirinya nyaman,dan zia sangat menyukai rumah nya sekarang.

Zia menata barang-barangnya,dan setelah itu ia akan membuat makan malam,ia terasa begitu lapar,karena seluruh tenaganya terkuras untuk berdebat.

Untuk luka di tangan zia,ia sudah obati ke rumah sakit,dan ia juga tak perlu tinggal di rumah sakit,ia hanya butuh istirahat saja.

"Semangat zia,kamu pasti bisa menjalani kehidupan kamu sekarang,dan kamu juga sudah bebas dari siksaan papa kamu":Gumam zia.

Selagi menunggu pengumuman pendaftaran masuk kuliah,zia juga perlu mencari pekerjaan selain bekerja sebagai pelayan/Witers di Cafe,ia harus mencari pekerjaan yang bisa membuat hidupnya terjamin.

Dan untuk bukti-bukti zia juga harus mencari dengan benar,ia tak mau jika dirinya tak mendapatkan keadilan,ia mau bukti itu ada,dan membuat mereka menyesal.

Dan zia juga berharap di kuliahnya nanti,ia akan mendapatkan teman-teman yang baik,dan tak memandang dirinya rendah,zia hanya butuh teman yang bisa menjadi tempat ia bercerita keluh kesahnya.

Setelah selesai menata barangnya,zia pergi menuju kamar mandi,tubuhnya terasa begitu lengket akibat keringat,dan ia juga butuh makan.

15 menit berada di kamar mandi,zia pun keluar dengan menggunakan kaos putih dan Hotpans.

Lalu ia pun keluar dari kamar menuju dapur,yang tidak jauh dari kamarnya.

Ia membuka kulkas,dan melihat bahanya dan ternyata bahannya tinggal sedikit,ia juga harus membeli bahan untuk 1 bulan kedepannya.

Zia mengeluarkan telur dan naget,lalu ia pun mulai menyiapkan masakannya,walau sederhana tapi ini saja ia sudah bersyukur,dan ia juga sangat berterima kasih dengan apa yang ada,walaupun kehidupannya terasa begitu pahit.

masakan ala kadar miliknya pun sudah siap,ia pun membawanya ke meja makan,zia menyukai kenyamanan ini,tak ada lagi yang menggangu dirinya ataupun siksaan yang di berikan Untuknya.

Walaupun ia tak tau kedepannya akan seperti apa,tapi ia akan berusaha berani melawan orang yang membullynya.