Haura, gadis manja yang menikah dengan Alkana, laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya. Laki-laki yang sudah ia impikan untuk menjadi suaminya sejak kecil.
Alkana menikahi Haura karena permintaan sang Mami. Bahkan ia sempat sesumbar tidak akan menyukai perempuan yang dalam bayangannya dulu hanyalah anak culun yang mengekorinya kemanapun pergi.
Namun, setelah akad Alkana malah menjilat ludah sendiri. Ia akui ia sudah jatuh hati sejak melihat Haura stelah bertahun-tahun lamanya tidak berjumpa. Haura kini menjelma menjadi gadis cantik.
Bagaimana perjalanan pernikahan mereka disaat ada sosok Melodi yang hanya diakui Alkana sebagai sahabat namun, memendam perasaan pada Alkana dan tidak terima bahwa wanita lain yang jadi pendamping hidup lelaki pujaannya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIPDD 17 Lain Di Mulut Lain Di Hati
Haura, Istri Pilihan Dari Desa (17)
" Kemana saja sih, kangen tahu. Dua Minggu gak kuliah," tanya Khalisa memeluk Haura erat.
Haura pun memeluk teman satu-satunya itu. Haura memang tidak masuk kuliah hampir dua Minggu. Seminggu karena liburan, seminggu lagi karena ibu mertuanya tidak mengizinkan. Masih khawatir pada menantu kesayangannya.
" Hehe honeymoon," jawab Haura membuat Khalisa terkejut.
" Otw dong di dalam sini?," tanya Khalisa sambil mengusap perut Haura.
" Aamiin,"
Hingga uforia mereka terhenti karena Alkana mendekat. Keduanya memang bertemu di depan kampus.
Khalisa yang datang dengan berjalan kaki langsung menemui Haura yang ia lihat. Rasa rindu sudah menggebu.
Khalisa nyaman berteman dengan Haura karena ia sangat baik sama seperti dirinya berasal dari kampung.
" Khalisa ya?," sapa Alkana.
" Ah iya. Saya Khalisa. Panggil Ica saja kak," Khalisa menangkupkan kedua tangannya.
" Oh ok. Ica. Pulang dari kampus ada kegiatan lain kah?," tanya Alkana
" A, ih . Lala bilang gak apa-apa. Lala bisa tunggu di pos satpam,"
Alkana tidak bisa menjemput Haura tepat waktu. Karena itu, Alkana berencana menitipkan Haura di tempat Khalisa karena Alkana tahu dari cerita Haura bahwa Khalisa adalah salah satu temannya yang tinggal kos-kosan di dekat kampus.
" Pokoknya enggak. Aku khawatir,"
" Memangnya kenapa, Kak? Kebetulan aku free sih."
" Boleh Lala ke kosanmu sambil menunggu jemputan? Kebetulan hari ini aku ada urusan penting jadi pastinya telat untuk jemput Haura,"
" Tentu saja. Mereka juga pasti senang kalau Lala datang." seru Khalisa
Alkana tenang karena Khalisa bisa. Ia pun tahu siapa mereka yang di maksud. Haura sudah bercerita tentang teman-teman satu kos Khalisa yang ternyata adalah kakak tingkat Haura sekaligus adik tingkat Alkana.
Setelah berpamitan, Haura dan Khalisa memelanjutkan langkahnya menuju ruang kelas. Tidak jauh dari mereka orang-orang yang tergabung dalam kelompok para fans Melodi dan Alkana memandang sinis keduanya.
Semua masih beranggapan bahwa Haura adalah perebut alkana dari Melodi.
"Dia sepertinya belum Jera dengan apa yang sudah kita lakukan?,"
" Hmm, memang enggak punya malu ya. Padahal kita sudah bilang hubungan Melodi dan Alkana seperti apa,"
" Kamu lihat tadi, Perutnya di usap-usap? Jangan-jangan sudah hamil lagi,"
" Bisa jadi."
" Kalau hamil juga emang kenapa? Udah nikah ini," seorang perempuan yang duduk di sekitar mereka dan benci dengan para penggosip itu angkat bicara.
" Ish, baca ya baca aja."
" Kalau begitu pergilah. Kalian menggangguku yang sedang membaca,"
" Hish, kalau keganggu kan tinggal ke perpustakaan. Salah siapa baca di taman?,".
Sekalipun mendumel, mereka meninggalkan orang itu.
" Kasihan dia. Jadi korbannya Melodi," lirihnya.
...******...
Seperti janji Haura pada Alkana, ia menunggu di kosan Khalisa. Semua menyambut kedatangan Haura yang sudah lama tidak mereka ketahui.
" Gimana enak gak seblaknya?," tanya Ayu
" Enak banget, Teh. Mantap" puji Haura membuat semua terkekeh.
Kosan tempat Khalisa tinggal terdiri dari enam kamar yang terdapat dalam satu rumah. Dapur digunakan bersama. Sementara kamar mandi terdapat dua. Di lantai satu dan di lantai dua, masing-masing satu.
Kosan putri milik seorang dosen di tempat mereka kuliah memang khusus putri. Dengan penjaga keamanan di depan dan aturan ketat pula.
Jarang yang betah karena tidak boleh memasukkan laki-laki kesana. Kecuali sampai tempat satpam.
Berbeda dengan Khalisa dan yang lainnya. Mereka betah-beyah saja.
" Seenak itu kah?," Khalisa jadi tergiur.
" Enak banget , Ca. Serius," ucapnya sambil terus memasukkan seblaknke mulutnya.
Keringat yang memenuhi dahinya tak menyurutkan untuk tetap melahap makanan itu hingga tandas.
" Tapi, itu pedas kan pastinya? Cabainya sepuluh loh,"
" Seblaknya mana enak kalau gak pedas,"
" Betul itu," timpal Rifka yang memang suka makanan pedas. Ia bersemangat karena ada teman yang sama-sama suka pedas.
Di kosan selain Ayu, tidak ada yang suka pedas. Ajeng, Humaira dan Alma semuanya tidak suka pedas.
" Hah .. Pedas.. Pedas ..!!," Khalisa langsung minum air putih saat ia mencoba mencicipi sedikit.
" Hahaha. Tapi, kan mantap,"
" Mantap apanya sih , Teh? " keluh Khalisa.
Humaira hanya menggelengkan kepalanya. Ia sudah tahu pasti makanan itu pedas dari warnanya saja sudah terlihat.
" Dek, ini sudah bumbu rujaknya."
" Pedas kan mbak?" tanya Haura.
" Enggaklah. Tadi seblak udah pedas. Masa ini pedas juga,"
" Rujak mana enak kalau gak pedas , mbak?," keluh Haura.
" Enak aja sih. Bumbu buatan Mbak Maira kan enak," timbal Alma yang meletakkan piring berisi mangga muda yang baru di petik dari pohon mangga di depan.
" Kamu gak lagi isi kan?," tebak Ajeng tiba-tiba.
" Hah? Isi? Isi apa?," heran Haura.
" maksudnya hamil." timpal Humaira.
" Gak tahu." jawab Haura
" Bisa jadi sih ini mah udah hamil. Dari tadi minat bikinin rujak pedas, seblak pedas. mana minta mangga muda juga"
Haura memikirkan jadwal datang bulannya yang harusnya hari ini.
" Cek aja dulu." timpal Humaira
" Kalau hasilnya negatif?,"
" Ya, usaha lagi," celetuk Khalisa membuat wajah Haura memerah.
Dibilang usaha lagi ia jadi ingat bagaimana mereka menghabiskan malam bersama kan?
" Jangan dipikirkan, " Ajeng ikut menggoda.
" Ish, enggak kok,"
" Wajah kayak kepiting rebus begitu kok," Semua ikut tertawa.
Hingga notifikasi pesan Haura berbunyi dan membuat wajah Haura murung.
" Kenapa?," tanya Khalisa
" Gak apa-apa, kok," wajah Haura kembali tersenyum.
Namun, siapapun tahu senyum itu terpaksa.
...******...
" Maaf, malah makin telat jemput nya," ucapan Alkana entah keberapa kali.
Haura hanya berdehem dan tetap membuang muka.
" Memang sibuk apa sih, A?,"
" Kerjaan lah. Apa lagi?," jawab Alkana disambut senyum tipis Haura.
" Bukan sibuk yang lain?,"
" Maksudnya?,"
" Enggak. Lupakan,"
Keduanya sama-sama diam.
" Marah?," tanya Alkana. Ia ak suka keheningan ini.
" Enggak. Cuma mau tidur aja. Ngantuk," ucapan Haura memejamkan matanya.
" Ya, sudah tidur aja. Nanti, aku bangunin. Maaf ya,"
" Lain kali kalau gak bisa jemput bilang aja. Teh Reva bilang mau jemput Lala kalau Aa sibuk," ucapnya dengan mata terpejam.
Hingga nafas Haura terdengar teratur. Alkana yakin istrinya tidur. Alkana merasa sangat bersalah. Ia sudah telat menjemput bahkan hari sudah jam sembilan malam.
Sementara Haura tiba-tiba meneteskan air matanya dalam tidurnya. Hal itu dilihat Alkana.
" Mimpi apa hmm?," tanyanya pelan sambil menghapus air mata Haura disela-sela menyetir.
Haura yang sebenarnya pura-pura tidur,hanya berusaha tetap berpura-pura. Ia sedih ternyata suaminya sibuk dengan hal yang lain. Bukan pekerjaan.
Kalau Lala tidak dapat kiriman foto dan video itu. Lala mungkin enggak tahu kalau Aa menemui dia. Batin Haura
Setelah sebuah pesan gambar, seseorang mengirimkan video juga.
Haura menonton itu saat hanya seorang diri di kamar Khalisa karena Khalisa pergi bekerja.
Lain di mulut, lain di hati. Batin Haura
TBC
jyn kasih celah al buat pelakor yg berkedok sahabat
buat reva semangat ya nanti ada saatnya km ketemu jodoh yg terbaik
next thor
baru begitu aj alkana udah cemburu apakabar haura gimana ga cemburu sm melodi