NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raline Menghilang

Malam hari Raline baru terbangun dari tidurnya. Dia bangun karena perutnya merasa lapar. "Ugh~ Tiba-tiba aku pengen makan rujak cingur." Ucap Raline lalu melihat jam di dinding. "Sudah jam delapan? Kenapa tidurku lama sekali. Pantas saja perutku sudah sangat kelaparan." Gumamnya terkejut.

Raline bangun dan segera ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian Raline memutuskan untuk mencari keberadaan Devan.

"Sayang~ kamu dimana?" Teriak Raline mencari Devan.

Mendengar suara Raline Devan segera keluar dari ruang kerja. "Kamu sudah bangun Sayang?" Tanya Devan basa basi. "Kenapa mencariku hemm? Kangen ya!" Lanjutnya.

Raline menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Aku mau minta tolong sama kamu bisa?" Ucap Raline dengan pandangan memohon.

"Kenapa harus minta tolong? Kan biasanya juga langsung bilang."

"Belikan aku rujak cingur ya." Pinta Raline dengan tatapan puppy eyes membuat Devan tidak bisa menolak permintaan istrinya itu.

"Hahh~ Baiklah. Tunggu dan duduk diam saja di rumah. Mengerti!" Kata Devan memberi pengingatan pada Raline.

"Eum mengerti." Jawab Raline dengan patuh.

***

Sudah hampir setengah jam Devan putar-putar mencari penjual rujak cingur yang masih buka, namun belum ketemu.

Saat melintasi jalan Delima, sekilas Devan melihat warung bertuliskan 'sedia rujak cingur, rujak petis, dan es cao' itu masih buka. Seketika membuat Devan bernafas lega.

"Syukurlah masih ada yang buka. Kalau tidak bagaimana aku akan menjelaskan pada Raline nanti." Ucap Devan lega.

Devan langsung turun dan masuk ke dalam warung. Beruntung warung dalam kondisi sepi pembeli, jadi tidak perlu lama mengantre. "Rujak cingur nya dibungkus satu ya Bu." Devan mulai memesan pesanan Raline.

"Pedas apa tidak Mas?" Tanya Ibu penjual itu membuat Devan bingung.

'Waduh, bagaimana ini? Tadi tidak bilang pedas apa tidak.' Gumam Devan dalam hati. "Eh kalau begitu bikinkan dua bungkus saja Bu. Satunya pedas, satunya lagi tidak." Putus Devan pada akhirnya.

Tak berapa lama pesanan Devan pun sudah jadi. Si Ibu menyodorkan rujaknya pada Devan.

"Berapa Bu?" Tanya Devan.

"Tiga puluh ribu Mas."

Devan mengambil dompet dan memberikan uang lebih pada Si Ibu, kemudian dia melangkah keluar dari warung itu menuju ke mobilnya.

Devan pulang dengan perasaan yang senang karena sudah berhasil mendapatkan apa yang istrinya inginkan itu. Buru-buru Devan mencari keberadaan istrinya saat dia sudah sampai di rumah.

"Alin Sayang~ Kamu dimana?" Panggil Devan. Kebetulan Devan berpapasan dengan Bik Ima. "Non Raline dimana Bik?" Tanya Devan.

"Seperti nya tadi ada di ruang keluarga lagi nonton TV deh Den. Loh kemana ya? Tadi Bibik lihat Non Raline di sana Den, benaran." Ucap Bik Ima bingung sambil menunjuk ruang keluarga, tapi disana tidak ada siapa-siapa.

"Tidak ada siapa-siapa di sana Bik! Ya sudah biar saya cari ke kamar. Mungkin dia ada di sana." Kata Devan kemudian dia pergi menuju kamarnya.

Ceklek... !!!

Kosong

Devan mencari ke setiap sudut yang ada di kamar Raline, namun dia tidak mendapati Raline dimana pun.

Dengan panik, Devan berlari keluar kamar dan segera mencari keberadaan Raline. "Bik, Ayah sama Bunda dimana?" Teriak Devan memanggil Bik Ima.

"Tuan dan Nyonya tadi katanya mau pergi sebentar." Jawab Bik Ima.

Tanpa buang waktu Devan berlari keluar rumah. Dia merogoh Ponselnya untuk menghubungi nomor Raline. Tapi nomor nya justru tidak aktif, membuat Devan semakin panik.

"Halo Ron, segera kerahkan anak buahmu untuk mencari keberadaan Raline. Dia tidak ada di rumah." Kata Devan. Devan kemudian mengendarai mobilnya untuk menyusuri jalanan berharap akan menemukan keberadaan Raline.

Dia mengemudi di atas rata-rata. "Kamu kemana sih Sayang~" Gumam Devan frustasi.

Sedangkan di rumah Alan, Iswara berteriak kesal dengan apa yang dilakukan oleh Alan.

"Kamu benar-benar sudah gila Hen. Kenapa kamu nekat menculik dia sih? Kalau polisi menggerebek rumah ini, aku juga bakal terlibat brengsek. Cepat antar dia pulang Hen. Aku tak mau terlibat urusanmu." Teriak Iswara memaki Alan.

"Sstt~ Diamlah Is, nanti kekasihku bisa terbangun mendengar suara berisik mu itu." Ucap Alan sambil memandangi wajah Raline yang tengah tertidur dengan nyenyak akibat obat bius yang diberikan oleh Alan.

"Yak apa kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan Hen? Kenapa kamu malah berbuat hal yang nekat heh?" Iswara masih tidak berhenti berteriak kesal.

"Aku hanya ingin dia selalu berada di dekatku Is, apa itu salah?" Ucap Alan sambil tersenyum senang.

"Hei aku sudah curiga sejak awal saat kau mengatakan akan mendapatkan kembali apa yang menjadi milikmu, kupikir kau akan mendekati Raline dengan pelan-pelan tak ku sangka malah dengan cara yang pengecut." Iswara tidak berhenti memaki Alan dengan kata-kata dan umpatan kasar. Dia ikut frustasi menghadapi Alan. "Aku mohon antar dia pulang Hen. Sebelum suaminya melaporkan ke polisi." Bujuk Iswara.

Tapi Alan seolah-olah sudah tidak menganggap keberadaan Iswara. "Sayang~ Sekarang kamu sudah berada di tempat yang aman. Aku berjanji akan melindungi dan menjagamu." Gumam Alan sambil terus memandangi wajah pucat Raline.

Di sisi lain, Devan terus mengemudi mobil menyusuri setiap sudut kota Sili.

"Arrgghh~ Sial. Dimana kamu sebenarnya Al?" Teriak Devan frustasi sambil memukul kemudi saat dia tidak juga menemukan keberadaan Raline, bahkan Devan sudah hampir berkeliling kota Sili, namun tanda-tanda keberadaan Raline juga tidak ada.

Roni juga sudah mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Raline, namun belum membuahkan hasil.

Lestari dan Pramudya yang mendapat kabar bahwa Raline menghilang pun segera pulang ke rumah. Pramudya bahkan ikut mencari Raline setelah menurunkan Lestari saat mereka baru tiba di rumah.

"Kumohon jangan takut Sayang. Ayah dan suami mu pasti akan segera menemukan mu Nak." Ujar Pramudya lirih. "Andai tadi kami tidak pergi meninggalkan Raline sendiri, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Aku sudah gagal menjadi Ayah yang baik untuk putri ku. Bahkan untuk menjaga putriku sendiri saja aku tidak becus." Pramudya bersedih dan merasa bersalah. Air matanya menetes karena merasa ketidakberdayaannya. Sebagai Ayah, dirinya benar-benar merasa telah gagal melindungi putri nya.

Pencarian terus dilakukan oleh Devan dan Pramudya dibantu oleh Roni dan anak buahnya, namun sampai waktu hampir tengah malam, belum ada yang menemukan Raline. Di rumah Lestari terus saja menangis menyalahkan dirinya.

"Ini semua salah ku, Bik. Kami pikir dengan kondisi Alin yang seperti tidak terjadi apa-apa akan aman meninggalkan nya sendiri. Kami bahkan mengabaikan ucapan Devan hiks. Maafkan Bunda, Sayang~" Lestari terus meracau menyalakan dirinya.

"Bibik juga salah Nyah, karena tidak menjaga Non Raline dengan benar."

Di sisi lain, Alan tidak beranjak sedetik pun dari tempatnya. Dia takut ketika dia berpaling sebentar saja, Raline akan pergi lagi meninggalkan dirinya.

"Eungh~" Raline melenguh. Matanya mengerjap pelan beradaptasi dengan cahaya yang masuk retina matanya. "Ini bukan kamarku sshh~" Gumamnya mendesis pelan.

"Kamu sudah bangun Sayang~ Katakan apa yang kamu inginkan hemm!" Kata Alan saat melihat Raline sudah membuka matanya.

Raline langsung beringsut ketakutan saat melihat Alan berada dalam jarak yang terlalu dekat dengannya.

"Tenanglah Sayang~ Aku tidak akan menyakitimu. Percayalah padaku..." Kata Alan meyakinkan Raline.

"Ku mohon pergi dari hadapanku hiks... Ku mohon lepaskan aku hiks... Hiks... " Racau Raline di tengah-tengah rasa takutnya.

Deg...

Alan langsung berdiri dan mundur sedikit menjauh dari Raline. Dia merasa terluka melihat respon Raline saat di dekatnya.

"Ini aku Al. Aku kekasihmu, A' Alan-mu." Ucap Alan pelan. "Apa aku terlihat seperti penjahat Al?" Tanyanya. "KENAPA KAU TAKUT SAAT MELIHATKU AL?" Teriak Alan yang membuat Raline justru semakin ketakutan.

Iswara datang karena mendengar teriakan Alan. "Apa yang kau lakukan Hen? Lihat! Dia justru ketakutan melihat mu." Tanya Iswara lalu melayangkan sebuah tamparan pada Alan agar dia sadar apa yang telah dilakukannya.

Alan tersadar kemudian tubuhnya terjatuh bersimpuh di depan Raline. "Maafkan aku Al, aku menyakitimu. Antar dia pulang Is, sebelum aku berubah pikiran." Alan meminta maaf pada Raline sambil menundukkan kepala tidak berani menatap wajah Raline yang tengah menangis ketakutan. "CEPAT IS, BAWA RALINE PERGI!" Bentak Alan membuat Iswara langsung membawa Raline pergi dari hadapan Alan.

Iswara mengantar Raline dengan mobil Alan sampai depan rumahnya. Sepanjang perjalanan, Raline hanya diam. Dia tampak terguncang dengan yang dialaminya barusan.

"Tolong maafkan perbuatan Hendra padamu. Sekarang masuklah, kau sudah aman." Ucap Iswara saat mereka sudah sampai di depan rumah Pramudya.

Raline turun dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan linglung. Lestari yang melihat Raline sudah pulang pun langsung berlari dan memeluk putrinya itu. "Huhuhu kamu kemana saja Sayang? Suami dan Ayahmu dari tadi mencarimu Al." Tanya Lestari pada Raline. Namun, yang ditanya hanya diam tak bergerak sedikit pun. Lestari langsung melepas pelukannya dan menatap Raline curiga. "Sayang, kamu kenapa? Katakan pada Bunda Nak, apa yang terjadi?" Tanya Lestari panik. "Bik, antar Non Raline ke kamarnya, aku akan menghubungi suami dan menantuku dulu. Tolong, jangan ditinggal, tunggu dia dulu sampai mereka pulang." Lanjut Lestari memberi perintah pada Bik Ima.

"Baik Nyah."

Lestari pun mulai menghubungi Pramudya kemudian Devan. Lestari mengatakan bahwa Raline sudah pulang dan meminta keduanya untuk segera kembali ke rumah.

Bersambung....

Huahh entah lah jalan ceritanya kenapa tidak seperti yang aku gambarkan malah makin melenceng jauh. Semoga kalian suka ya. Maaf kalau tidak sesuai harapan kalian, maaf juga kalau alurnya terlalu cepat menurut reader #Bow

Semoga ke depannya author bisa lebih memperbaiki dan memberikan yang terbaik untuk pembaca semua.

Love banyak-banyak buat reader semua 😘 😘 😘

Salam sayang dari bumi reog

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!