Kagum, SHILLGE

“Aamin, aku pamit pulang dulu, Mas jangan pulang terlalu larut malam nanti Umi khawatir”.

“ Mas mau ke suatu tempat dulu, oh ya mungkin beberapa hari ini Mas gak bisa antar jemput kamu karena ada urusan”.

“Iya gak papa, Mas jaga kesehatan ya jangan lupa makan, ingat kurangin minum kopi nya nanti asam lambung mas kumat”.

“Iya adik ku yang paling the beast ini”.

Shilla pergi meninggalkan Faren dengan senyuman manis walaupun hatinya terasa sakit ia tak akan memperlihatkan itu semua. 

Benar saja setelah kejadian malam itu Faren menghilang entah kemana sudah terhitung setengah bulan hari ini. 

“Eh jangan ngelamun nanti kesambet , kamu lagi mikirin siapa sih kok sampai galau begitu?”Tanya Eni. 

“Em gini aku itu salah gak sih jawab hanya anggap sebatas teman ke dia waktu itu”.

“ Maksudnya?”Shilla menceritakan semuanya tanpa tertinggal suatu apapun, Eni memahami setiap Shilla menjelaskan perasaan nya. 

“Ya kamu suka gak sama dia?”.

“ Aku suka tapi saat itu aku hanya menjawab seadanya saja , aku tak berani menjawab tentang sebenarnya perasaan ku”.

Menghela nafas “Kamu ini ya, coba chat aja dia sekarang tau-tau dia lagi terpuruk atau apa kek”.

Shilla berfikir sejenak dengan Eni yang coba menyakinkan Shilla. Ia buka handphone lalu mencari ruang arsip dan ingin mengeluarkan nomor Faren dari arsip namun ia salfok dengan foto profil nya seorang wanita. Hatinya terasa nyeri dan sesak pikiran nya langsung kemana-mana. 

Tangannya juga bergetar sambil menekan handphone nya, Eni yang kebingungan ikut melihat layar handphone Shilla. Matanya membulat sempurna kala melihat foto profil Faren. Ia masih tak yakin sampai mungkin ia sedang salah melihat sampai ia mengucek kedua matanya bahkan mencubit pipinya. 

Ia terkejut karena Eni tau jika Faren adalah lulusan santri dan tak mungkin kah dia  berpacaran karena pasti tau larangan nya. Shilla dengan gemetar ia menekan status whatsapp Faren seorang perempuan berfoto bersama Faren bahkan ada temannya yang waktu itu menolong nya saat motor Faren mogok. 

“Udah-udah gak usah diteruskan, nanti kamu akan tambah sakit, dah ya lupain dia oke. Kamu tunggu penjelasan dia saja”.

“En ini apa En kenapa harus begini, aku salah apa En, aku salah apa” Ujarnya sambil menahan genangan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya. 

“Dia udah ada pacar Shill, ayo kamu berusaha lah lupain dia”.

“Iya ternyata aku telah salah dari sejak awal karena menaruh harapan lebih terhadap nya. Sekarang aku tau jika kita terluka maka jangan cari orang baru karena nanti nya kita akan tersakiti oleh nya juga”Seraya menahan air mata nya yang mulai luruh membasahi pipi nya. 

Eni mengusap punggung nya pelan, ia tau betul apa yang dirasakan Shilla. Karena dia juga melihat seberapa effort Faren dan perhatian nya juga seakan ia sangat mengharapkan Shilla membalas perasaan nya. Namun saat waktu nya tiba ia malah dengan yang lain. 

Mungkin Shilla salah karena tak mengakui perasaan nya, namun harus nya Faren ingat Shilla hanya mau yang langsung ke jalur halal bukan berpacaran. Eni masih tak menyangka apakah Faren itu belajar ilmu untuk main-main saja karena tertulis dengan jelas dalam hadist tentang larangan tersebut. 

“Aku salah ya En karena menolaknya”.

“Ingat Shilla kamu gak boleh menyesal karena mengakui hal tersebut, kamu harus ingat lelaki yang serius menjadikan kamu tujuan itu akan langsung mengajak ke jalur halal bukan berpacaran kamu pernah bilang itu kepadaku. Sekarang sudahi sedih mu air mata mu itu mahal jadi tak semua orang boleh kamu tangisi”Nasehat nya sembari memeluk erat Shilla yang sesekali menghapus air matanya.

“Oke ini yang terbaik, aku harus lupakan semua nya karena untuk apa aku mengharapkan nya lagi” Batinnya. 

Setelah merasa tenang mereka kembali bekerja lagi hingga jam menunjukkan pukul 20:00 baru saja ia ingin membalik kata open menjadi close, tiba-tiba  ada pelanggan yang datang. Tubuhnya sudah lelah namun kasian karena pelanggan itu datang dari luar kita dan baru sampai karena terjebak macet. 

Eni menghela nafas awal nya ia tak setuju untuk melayani pelanggan tersebut namun Shilla menjelaskan secara perikemanusiaan sehingga menyadarkan dirinya jika ia diposisi itu akan seperti apa. Keduanya duduk bersebelahan dan bersebrangan dengan customer. Dengan ramah, sopan menjelaskan beberapa model gaun pengantin yang ada dibutik jika ada request juga dengan senang hati mereka bahan membuat kan pesanan. 

Shilla menggambar beberapa model lalu menjelaskan jika model A bisa untuk 2 acara karena ada lengan yang bisa dipasang lepas. Jika yang B itu lebih cocok untuk hijab kabul karena sepaket dengan hijab serta mahkota. 

Pasangan calon pengantin itu masih berfikir mereka akan berencana untuk mengunakan adat Jawa dan wedding internasional. Shilla yang mendengar itu meminta Eni untuk mengambil kan baju adat Jawa sepaket dengan sanggul, hijab, serta aksesori lainnya. Tinggal ikut yang amu pakai hijab atau bersanggul, butik itu juga menyediakan jasa make up jika ada yang ingin menyewakan. 

“Baik mbak saya ambil yang adat Jawa solo putri ya sama yang gaun A kalau bisa sekalian aja mbak paket wedding saya kalian yang pegang sekaligus pencarian wo. Soalnya calon suami saya masih tugas dan hanya libur saat hari pernikahan jadi saya mau sepaket aja biar saya bisa gampang urusnya. Dan juga buruk ini kan sudah terkenal pasti bagi ya kan mas”.

“Iya saya percayakan momen sekali seumur hidup ini dengan UTY galery saya yakin kalian tidak akan mengecewakan serta saya percaya  kalian bisa meng-handle semua ini”Timpal si lelaki. 

“Terima kasih atas kepercayaan nya kami dari UTY galery insya allah akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan momen sakral kakak dengan adat Jawa” Jawab Shilla diiringi senyuman manis. 

“Betul kami akan berusaha semaksimal mungkin semoga lancar sampai hari H kita bertemu dan akan menjadi keluarga yang bahagia tanpa kurang suatu apapun” Imbuh Eni. 

Setelah setuju dengan segala pembahasan mereka berjabat tangan lalu pamit pulang, Eni dan Shilla juga ikut bersiap untuk pulang karena malam semakin larut. Sepanjang perjalanan pulang Shilla fokus dengan pikiran nya yang sedikit kalut mengingat kejadian tadi siang, entah mengapa tiba-tiba ia ingin makan martabak langganan nya. Memang jika sedang sedih ia langsung makan yang manis atau makanan favorit nya. 

Ia terus melaju hingga tiba di kedai martabak manis Mas izam , disambut hangat oleh istri mas Izam yang sudah dikenal nya sejak lama. 

Tiba-tiba ada wanita datang membeli martabak.