Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Rahasia Elang
"Rahasia apa? Bukankah kau punya banyak uang karena usaha cafe?" tanya Gusti heran.
Elang menarik sudut bibirnya ke atas. Dia mendekat satu langkah ke hadapan Gusti. "Kau pikir aku mendapatkan modal untuk membangun cafe-cafe itu dari mana?" bisiknya.
Mata Gusti membulat. Dia tentu dibuat penasaran. "Lalu kau melakukan apa?" tanyanya.
"Ini pekerjaan yang ekstrem. Tapi kalau kau memang ingin tahu, berjanjilah tidak mengatakannya pada siapapun," jawab Elang sembari menyilangkan tangan ke depan dada.
"Apa harus serahasia itu?" Gusti tak mengerti. Menurutnya Elang terlalu berlebihan.
Elang merangkul pundak Gusti. "Kau tertarik atau tidak? Kalau tidak, maka aku tak akan memberitahu," ujarnya.
"Tentu saja aku mau tahu. Kau bisa jadi kaya sekali seperti sekarang karena pekerjaan rahasiamu itu," kata Gusti.
Elang tersenyum. Dia membuat janji dengan Gusti nanti malam. Elang akan menjemput Gusti ke kostan sekitar jam delapan malam.
Gusti setuju saja. Dia justru bersemangat. Berharap bantuan Elang bisa melepasnya dari masalah ekonominya.
Saat waktu menunjukkan jam tujuh malam, Gusti berada di kamar. Dia sibuk berkirim pesan dengan Mawar. Mereka saling berkomunikasi setelah sekian lama.
Mawar terbilang jarang menghubungi Gusti. Mengingat di kampungnya sinyal masih sulit ditemukan. Terlebih Gusti juga mulai melupakan Mawar. Mengingat dia sudah oleng pada sosok Widy yang mempesona.
Ketika jam delapan malam, Elang datang menjemput. Gusti segera ikut pergi bersamanya. Tanpa menaruh kecurigaan sedikit pun. Gusti malah mengucapkan terima kasih karena Elang yang telah sering membantu.
"Santai aja, Gus. Kita kan teman. Sudah sepantasnya aku bantu kamu," ucap Elang. Dia dan Gusti akhirnya tiba di tempat tujuan. Mereka memasuki halaman gedung mewah yang sontak membuat Gusti berdecak kagum.
"Kita ke sini? Ini tempat apa? Mewah sekali," kata Gusti yang tak bisa mengalihkan pandangan dari penampilan gedung mewah di depannya.
"Kau akan tahu saat sudah masuk nanti. Ayo!" Elang mengajak Gusti masuk ke dalam gedung. Ternyata gedung mewah itu adalah hotel bintang lima. Tempat yang juga memiliki fasilitas hiburan seperti klub malam.
Namun kala itu Elang tidak mengajak Gusti ke klub malam. Melainkan ke sebuah kamar suit mewah.
"Apa ini kamar?" tanya Gusti. Saat dia dan Elang memasuki kamar suit.
"Ya, ini bisa juga dibilang kamar VIP," jawab Elang yang berjalan lebih dulu.
Gusti terus berjalan mengikuti Elang. Sampai akhirnya dia berhenti ketika menyaksikan seorang wanita cantik duduk di sofa. Dari penampilannya, Gusti yakin wanita itu seumuran dengan ibunya.
"Hai, Sayang. Aku sudah menunggumu," sapa wanita tersebut. Dia berdiri dan mencium kedua pipi Elang secara bergantian. Di akhir, wanita itu mengecup singkat bibir Elang.
"Kau semakin tampan saja," puji sang wanita setelah mencium Elang. Lalu menoleh ke arah Gusti.
Gusti terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Akan tetapi dia tak bisa membantah kenyataan.
"Apa dia teman yang kau katakan itu?" tanya wanita itu.
"Iya, luar biasa bukan?" tanggap Elang sambil menatap Gusti. "Kenalkan dia Kak Rilly, Gus," sambungnya. Memperkenalkan sang wanita kepada Gusti.
"El, apa ini?" Gusti menuntut penjelasan. Dia benar-benar bingung.
"Kenapa dia kebingungan begitu? Apa kau belum menjelaskan semuanya?" tukas Rilly.
"Belum. Aku bingung harus bagaimana untuk menjelaskannya," sahut Elang.
"Ayolah. Bukankah itu hal mudah?" Rilly menatap Elang dengan sudut matanya. Lalu menyuruh Gusti untuk duduk ke sofa.
"Duduklah! Aku dan Elang akan memberitahumu apa yang harus dilakukan," kata Rilly sembari duduk lebih dulu.