NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Muncul yang Lain

Lab bahasa menjadi tempat perumusan misi. Fatma, guru Bahasa Indonesia yang merupakan mantan asdos di tempat kuliah Febri sekaligus teman Mirandani hadir pula sebagai saksi. Gambar Sandi sesuai penjelasan Hanum pun telah jadi. Kini, tinggal berbagi tugas. Mengejar pelaku kejahatan yang masih berkeliaran bebas.

Gambar karya Sandi difoto lalu dikirim ke grup chat yang beranggotakan tim baru. Kartika, sesuai bidang keahliannya, juga sudah membuatkan akun IG khusus untuk menyebarkan sketsa wajah pelaku. Bahkan membuat satu channel YouTube dengan nama samaran yang khusus membahas teori-teori kejahatan dan misteri pembunuhan. Sedangkan Pak Dirman, sudah berangkat ke basecamp di hutan Wilangan setelah dua jam lalu berpamitan.

Whiteboard lab bahasa penuh dengan coretan marker. Febri mondar-mandir di depan papan tulis itu sambil berpikir keras. Pasalnya, diskusi mereka sempat mendapat jalan buntu karena Kartika tak bersedia meretas beberapa CCTV di jalanan kota. Terlalu berisiko, begitu katanya.

“Saya setuju sama yang dibilang Tika kalau emang tujuan kita pakai cara sendiri dan berusaha nggak ketahuan polisi,” ujar Fatma. “Jangan sampai kita ketahuan terlibat gara-gara mengutak-atik sarana umum.”

Yang juga masih tak bisa Febri terima adalah Kartika menolak memasang kamera-kamera di berbagai tempat seperti yang dulu pernah dilakukannya bersama Mirandani di desa. Alasannya karena berisiko besar juga. Di desa tak mudah ketahuan orang, tapi di kota tentu lain lagi ceritanya. Febri hanya bisa mendengus panjang.

Jalan satu-satunya adalah dengan mengandalkan mimpi Hanum lagi. Malam ini.

Tapi kenyataan tak sesuai harapan. Hanum tak bisa segera terlelap. Meski sudah memejamkan mata sambil membatin perkalian, ia tak tertidur juga. Terlebih, ada suara-suara aneh yang memenuhi telinganya. Suara tangisan pelan, rintihan kesakitan, permintaan tolong, raungan, burung hantu, gemerisik dedaunan, dan suara-suara lain yang membuat Hanum tetap terjaga.

Hanum mengedar pandang. Dilihatnya teman-teman sudah terlelap mengarungi dunia mimpi melewati malam yang tenang. Hanum turun dari ranjang lalu keluar kamar. Diamatinya lorong-lorong panti yang diterangi lampu-lampu dengan cahaya temaram.

Tiba-tiba ekor mata Hanum menangkap kelebat seseorang dengan postur mirip pria dewasa berbadan gempal yang mengenakan pakaian hitam. Hanum mengernyit, heran, yakin bahwa di penjuru panti tak bisa dijamah lelembut karena Taufan pernah bilang bahwa dulu mendiang bunda sudah memagari tempat itu dengan bantuan Mirandani. Hanum pun tak melihat penampakan setelah mimpinya yang seram di hari kemampuannya bangkit beberapa minggu lalu.

Hanum celingukan mengamati sekitar. Sepi, senyap, pintu-pintu tertutup rapat. Perasaan Hanum tak enak. Ia yakin sosok barusan adalah manusia. Mungkin maling? Atau bahkan punya niat yang lebih buruk dari itu.

Dengan langkah tegap nan mantap, Hanum menuju tempat sosok pria yang tadi terlihat. Disambarnya sapu yang tergantung di sudut tiang lorong untuk dijadikannya sebagai senjata. Sosok hitam barusan berkelebat lagi. Tampak sedang berjalan mengendap menuju belakang panti. Hanum seketika teringat pada perkataan Febri bahwa ada gudang tua yang menjadi tempat penyimpanan rahasia barang-barang Mirandani.

“Apa jangan-jangan Pak Febri atau Pak Mahesa niat mau nyuri?” tanya Hanum dalam hati.

Hanum yakin postur pria tadi memang setinggi dua pelatihnya itu. Jadi dengan perasaan yang tak lagi tegang, Hanum menghampiri pria yang kini tengah mengutak-atik lubang kunci di pintu sebuah bangunan tua di belakang sana.

“Pak?” sapa Hanum dengan suara lirih.

Gerak tangan si pria yang mengenakan topeng kain hitam itu kontan terhenti. Perlahan ia menoleh ke arah Hanum yang menatapnya lekat-lekat. Lalu gadis itu melotot. Karena pria busana hitam itu ternyata tak sesuai perkiraan.

“Siapa kamu?!” hardik Hanum. Ia yakin bahwa bentuk mata dan alis yang sedikit terlihat dari lubang topeng kain itu belum pernah ia jumpai.

Pria itu celingukan dengan panik. Lalu kakinya mengentak ke tempat Hanum. Hanum menggenggam gagang sapunya dengan erat lalu mengacungkannya ke udara. Si pria menjulurkan tangan hendak menangkap Hanum. Tapi Hanum lebih gesit memukulkan gagang sapu ke tangan pria itu dengan cukup keras.

“AAARGH!!” jerit si pria. “BRENGSEK! SAKIT! ANJ—”

Hanum memukul lagi. Semakin yakin bahwa suara dan cara bicara kasar pria itu memang belum pernah ditemuinya. “MAAALIIING!” teriak Hanum sekencang-kencangnya.

Si pria panik. Sambil memegangi tangan kanan yang nyaris patah tulang, ia melompat ke badan Hanum. Hanum dengan cepat menyodok perut pria itu dengan ujung sapu sekuatnya.

“Ohokk!” Si pria jatuh bergulingan di lantai.

“Maling! Maling! Maliiing!” teriak Hanum lagi. Sejurus kemudian, terdengar suara pintu-pintu dibuka dan bunyi derit gerbang samping yang menghubungkan panti dengan rumah Taufan. Lampu-lampu yang lebih terang pun menyala. Membuat panik si pria.

“Sialan!” desis pria itu. Sekuat tenaga ia merayap di dinding untuk berdiri. Dengan cepat ia dorong bahu kiri Hanum yang sedang celingukan memperhatikan sekitar. Hanum yang lengah kontan terjerembab dengan keras di lantai. Memanfaatkan kesempatan, pria itu lalu berlari dengan agak tertatih menuju sudut dinding pagar belakang. Ternyata ada tangga lipat bersandar di sana yang menjadi sarana keluar masuknya.

“Tunggu!” teriak Hanum. Warga panti yang keluar dari kamar setelah mendengar teriakan langsung menghampiri Hanum. Dua teman membantunya berdiri. Lalu Hanum pura-pura menangis ketakutan saat melihat Taufan dan istrinya juga datang.

“Mana malingnya?!” tanya Taufan. “Hanum, kamu nggak apa-apa? Ada yang luka?” tanya istrinya.

Hanum menggeleng pada ibu panti. “Saya cuma didorong sampai jatuh.” Lalu Hanum mengarahkan telunjuk tangannya ke arah sudut pagar belakang. Namun tak ada seorang pun terlihat di sana. Bahkan tangga lipat juga sudah tak ada. “Dia kabur pake tangga lipat, Pak!”

“Dia berhasil bawa barang-barang?” tanya seorang teman.

Hanum menggeleng lagi. “Aku keburu mergokin sih jadi dia kabur dengan tangan kosong.”

“Kamu berani banget sih, Num?!” Teman-teman langsung gaduh memeriksa kondisi Hanum sekaligus bangga pada keberaniannya. Sedangkan Taufan tampak bergegas bersama istrinya.

“Anak-anak, kalian ambil senter sama bawa apa pun yang bisa dijadiin senjata trus periksa seluruh panti secara berkelompok,” perintah Taufan. “Kami mau cek ke luar sekalian lapor RT. Kalian hati-hati, ya, saling menjaga,” timpal istrinya.

“Siap!” sahut anak-anak.

Hingga dua jam kemudian, ketegangan berangsur tenang. Meski maling tak berhasil tertangkap, pihak keamanan berjaga di sekitar panti asuhan. Anak-anak sudah kembali ke kamar masing-masing. Taufan berjaga di kantor panti sambil mengecek kamera pengawas yang terpasang.

Hanum merebahkan diri di kasurnya lalu meraih HP dari bawah bantal. Ia kirim chat di grup. Dan Febri membalas dengan cepat. Ia geram, berjanji akan menemui Taufan esok hari untuk mendiskusikan perihal gudang tua panti.

Mungkin karena baru mengalami kejadian, Hanum kini bisa terlelap dengan cepat.

***

Tiba-tiba Hanum merasakan angin dingin menyelimuti sekujur tubuhnya. Napas yang semula tenang pun terasa berat, sesak. Merasa ada yang tak beres, Hanum secepatnya membuka mata. Membelalak, Hanum terkejut bukan main mendapati dirinya tengah terjun bebas dari atas sebuah gedung. Ditatapnya seseorang yang berada di puncaknya. Dan—

BRUKK!!

Hanum menjerit histeris lalu segera bangun. Teman-teman terlonjak dari tempat tidur masing-masing. Mereka berjingkat ke ranjang Hanum.

“Kamu kenapa, Num?” Teman-teman tampak panik melihat Hanum pucat pasi dengan keringat membasahi wajah dan rambutnya.

“Mimpi buruk lagi?” timpal teman satunya. “Pasti karena kamu semalem ngalamin kejadian mergokin maling?”

Teman-teman berusaha menenangkan Hanum yang masih termangu dengan posisi duduk. Hanum yakin barusan merasuki korban pembunuhan lagi. Kali ini dengan cara berbeda, dilempar dari atas gedung yang tak terlalu jelas siapa pelakunya.

Sontak Hanum bergidik dan buru-buru memejamkan mata. Ia dekap erat dirinya sendiri. Berusaha kuat mengendalikan emosi.

“Aku panggilin Bapak, ya!" kata temannya.

Hanum segera menggeleng. “Nggak usah. Aku nggak apa-apa. Jangan ganggu beliau lagi.”

“Yaudah, yuk, kita siap-siap ke musala aja,” ajak teman lainnya.

Hanum mengangguk lemah. Bersyukur pagi telah tiba. Jadi ia bisa menceritakan mimpi buruk itu pada Febri dan yang lain secepatnya. Meski ada yang mengganjal di pikiran tentang tiga orang yang menurutnya berbeda. Pelaku pembunuhan kendi pecah, maling topeng hitam, dan pembunuh dari atas gedung. Walaupun memang berbeda, Hanum yakin mereka bertiga merupakan warga desa yang sedang dicari Febri dan timnya.

1
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
Ali B.U
apa yang terjadi sama Pak Dirman.?

lanjut
n e u l: masih misteri ya pak /Joyful/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!