NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Hentikan Pesugihan Ini!

...Bab 21 - Hentikan Pesugihan Ini!...

Brak!

Ratu membuka pintu ruang perpustakaan yang kini dijadikan ruang kerja milik Mira, dengan keras. Membenturkan ke sisi dinding yang langsung membuat sang nyonya tersentak.

“Apa-apaan ini?!” bentak Mira.

Tatapan tajam melotot itu menusuk langsung ke wajah Ratu.

“Aku tidak mau menjadi pengganti bapak! Aku juga tidak mau ditumbalkan!”

Gantian Ratu yang membentak. Mura bangkit dari kursinya lalu menghampiri Ratu.

“Apa yang kamu katakan barusan? Saya benar-benar tidak mengerti!” Mira berkacak pinggang di hadapan Ratu.

“Halah! Jangan sok polos kamu, Tante! Bapak punya pesugihan, kan? Keluarga ini punya pesugihan makanya bisa kaya raya seperti ini. Aku tak salah, kan?”

Suara Ratu terdengar meninggi.

Plak!

Tamparan keras dari Mira mendarat di pipi gadis itu.

“Jaga ucapan kamu! Anak bau kencur macam kamu tau apa, hah?!” sentak Mira.

Sementara di depan ruang perpustakaan tersebut, Sari menahan tangan Siti agar tidak masuk ke dalam untuk ikut campur. Cengkeraman tangan itu sangat kuat. Ditambah tatapan tajam Sari yang membuat Siti akhirnya menciut. Pada akhirnya mereka tetap terpaku di tempatnya.

Mira meraih beberapa map yang berisi laporan penjualan yang ia kelola, lalu melemparkannya ke arah Ratu. Gadis itu meringis ketika salah satu sisi map menggores pipi mulusnya sedikit.

“Mati-matian saya berjuang agar pabrik furniture milik bapakmu tidak bangkrut! Semua harta ini berkat kerja keras bapakmu. Dan sekarang berkat kerja kerasku. Tapi, kamu tuduh keluarga kami melakukan pesugihan? Kamu tuduh bapak kamu? Anak macam apa kamu? Oh iya, kamu hanya anak panti yang tidak tahu apa-apa dan hanya berasumsi!” tuturnya penuh amarah.

Ratu meraih map-map yang berjatuhan itu. Ia memang tak mengerti dengan berkas-berkas di dalamnya yang berisi tabel serta grafik penjualan. Namun, mungkinkah Mira berbohong untuk menutupi pesugihan keluarga Hadinata? Batinnya terus saja bergejolak seraya meletakkan map-map tersebut ke atas meja.

“Tapi, mimpiku itu jelas, Tante. Bapak bilang aku harus memberikan makan para makhluk kerdil itu,” lirih Ratu.

“Apa? Makhluk kerdil? Persis seperti perkataan bapakmu sebelum dia sakit dan mati. Ibumu juga pernah bilang seperti itu. Apa penyakit gila ini turunan?” cibirnya seraya tertawa kecil.

Ratu tak dapat lagi menguasai amarahnya. Ia maju dengan cepat menghampiri Mira, lalu mencekik wanita itu.

“Ratu, lepaskan!”

Sari akhirnya masuk ke dalam ruangan untuk menghentikan aksi Ratu. Siti juga berusaha menarik tangan sang majikan agar terlepas dari leher sang nyonya yang mulai kesulitan bernapas.

“Non, hentikan!” Siti berhasil meraih tangan Ratu lalu memeluk gadis itu dengan erat.

“Lepaskan aku, Ti! Dia sudah keterlaluan!” seru Ratu yang masih berusaha menghampiri Mira.

“Mama, nggak apa-apa kan?” tanya Sari dengan nada khawatir pada ibunya.

“Nggak apa-apa, Ri. Sepertinya dia mulai gila dan berulah,” ucap Mira seraya memegangi lehernya yang sakit.

“Aku nggak gila! Lihat saja, akan aku buktikan kalau keluarga ini pelaku pesugihan!” ancam Ratu.

“Keluarga ini? Kamu lupa kalau kamu dibawa ke sini karena kamu juga bagian dari keluarga ini, hah? Kalau kamu menuduh kami pelaku pesugihan, kamu juga pelakunya!” teriak Sari.

“Ono opo toh Iki?” Suara Mbok Mar terdengar.

Wanita tua itu memasuki ruangan perpustakaan diikuti Karyo di belakangnya.

“Iya, ada apa ini?” tanya Karyo yang juga ingin tahu.

“Siapkan kamar untuk dia di rumah belakang! Saya tidak mau tinggal satu rumah dengan gadis yang mulai gila ini!” titah Mira pada Mbok Mar dan Siti.

“Heh, enak saja! Kamu yang gila bukan aku!” Ratu kembali meradang.

Namun kali ini, Karyo yang menahan gadis itu dengan kuat.

“Kalau kamu tidak mau, ya tinggalkan saja rumah ini!” seru Mira lagi.

“Nyonya, rumah ini dan semua harta Bapak Hadinata atas nama Non Ratu. Anda tidak berhak mengusirnya. Apa Nyonya lupa dengan wasiat dari Bapak Hadi?” Karyo angkat bicara.

Sari menatap ibunya dan mengangguk, seolah setuju dengan ucapan yang baru saja Karyo utarakan. Jika ibunya bersikeras menentang Ratu, justru mereka yang malah bisa terusir dari rumah.

“Mama tenang dulu,” bisik Sari pada ibunya seraya memeluk sang ibu dari samping.

“Sungguh, aku nggak akan sudi menerima semua harta ini jika memang hasil pesugihan! Ingat, aku akan hentikan dan hancurkan pesugihan keluarga ini!” sentak Ratu.

Ia melepas tangan Karyo dengan kasar. Gadis itu lalu melangkah keluar ruangan menuju kamarnya. Karyo meminta Siti mengikutinya.

“Aku mau dia tinggal di rumah belakang saja, Yo!” titah Mira pada Karyo.

“Baik, Nyonya. Saya akan coba nanti minta Non Ratu tinggal di rumah belakang. Tapi, bertengkar dengan Non Ratu bukanlah perkara gampang. Ingat wasiat dari bapak. Jadi, Nyonya harus sabar menghadapi keponakan Anda sendiri,” ucap Karyo.

“Tapi anak itu sudah keterlaluan! Aku takut kalau dia tidak bisa menjaga mulutnya sendiri!” ucap Mira.

“Maksud Mama? Apa jangan-jangan yang dikatakan Ratu itu benar?” tanya Sari.

“Ini lagi, kamu jangan buat Mama tambah murka. Anak itu hanya ngelantur,” kata Mira.

“Maaf, Non Sari, sebaiknya Anda kembali ke kamar. Saya mau berbicara dengan Nyonya empat mata,” pinta Karyo.

“Ngomong aja sih depan aku, biar aku tahu juga sebenarnya apa yang terjadi di sini!” seru Sari.

“Sari! Balik ke kamar sekarang!” pinta Mira dengan tatapan geram ke arah putrinya.

“Baik, Ma.”

Sari tak dapat lagi membantah. Gadis itu melangkah gontai menuju kamarnya meskipun rasa penasaran masih menggelayut di pikirannya. Entah apa yang dibicarakan ibunya dan Karyo kala itu.

...***...

Tepat pukul delapan malam di kediaman Karyo, Adam baru saja selesai membuat laporan praktek kerja lapangan hari itu. Ia melihat Sule yang masih asik dengan permainan mobile legend di gawai.

“Si Ndut mana, Le?” tanya Adam.

“Kayaknya bikin mie rebus di dapur,” sahut Sule.

Adam mengusap perutnya. Rasa lapar juga memanggil. Membuatnya bangkit dari kursi dan menuju dapur.

“Elu mau ke mana, Dam?” tanya Sule dengan tatapan yang masih fokus ke gawai.

“Mau bikin mie juga gue,” sahut Adam.

Akan tetapi, saat Adam sampai di dapur, ia tak mendapati Adit di sana.

“Ndut, elu di mana?”

Tak ada jawaban dari sahabatnya itu.

“Apa jangan-jangan dia di kamar mandi, ya. Mana ninggalin kompor nyala gini.”

Air sudah mendidih sedari tadi. Adam lantas mematikan kompor tersebut. Ia mencari Adit ke dalam kamar mandi yang letaknya tak jauh dari dapur. Namun, tak ada siapa pun di dalam kamar mandi.

“Lah, si gendut ke mana ini?” lirihnya.

Adam lantas menoleh pada pintu dapur yang terbuka. Pintu yang menuju kebun belakang rumah.

“Apa si gendut keluar, ya? Tapi mau ngapain dia ke luar rumah malam-malam gini?”

Tanpa menunggu lama, pemuda itu langsung saja melangkah menuju kebun belakang. Memanggil nama Adit berkali-kali sampai ia dapati sosok pocong penunggu pohon pisang, muncul menakuti.

“Waaaaaaaa!”

Pocong itu berdiri di hadapan Adam dengan mulut terbuka menakuti.

...******...

...To be continue…...

1
Haryati
selamat berjuang menuntaskan misteri Adam ..
Zuhril Witanto
lagi thor🤭
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
gimana mau ada...pastilah arwahnya di sekap ma pesugihan pak Hadi .kan Karyo pernah bilang kalau wabah penyakit nya ilang bakalan ada yang mati sebagai ganti
Mama Jasmine
curiga sama Karyo yg bunuh pak sugeng
tah dikasi racun atau apa ???

ahhhh curigaan mulu kan gara2 kak vie bikin cerita beginian /Facepalm/
Mama Jasmine
aku mulai curiga sama si sule
bisa jadi dia terlibat dgn sengaja membawa Adam ke desa itu
kali aja ini ada hubungannya dgn nyi ageng atau masako lagi yg ngincar keluarga kencana ungu

lahhhh aku mulai traveling tebak2an nih hehehehe
Mama Jasmine: iya nih lama gak men petak umpet disini
soalnya sedang kembali di dunia nyata wkwkwkwk/Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Vie Junaeni: aku suka aku suka tebak²an nya

/Smile//Smile//Smile/
total 2 replies
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
tuh kan Karyo tau tapi pura2
Zuhril Witanto
kayaknya ratu gak sadar kalau udah makan kambing
Haryati
mas Karyo pasti tau itu pesugihan dan rahasia tu uan Hadi...🤔🤔
Vie Junaeni
ngeri kena mental sama Adam ya
Tini Timmy
ini jatuhnya pocong yang kena mental /Joyful/
Tini Timmy
Adam bener" ya/Sob//Facepalm/
Tini Timmy
/Facepalm//Facepalm/
Haryati
cong.....pocong wes tak bilangin jangan gangguin Adam,.kena mental kan lu....😂😂😂😂
Zuhril Witanto
ngakak🤣🤣🤣🤣
Zuhril Witanto
apa iya ratu
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣Adam di lawan
Mama Jasmine
udah Dam minta info aja sama tuh pocong soal Adit
kalau tuh pocong tutup mulut sumpel aja mulutnya pakai jantung pisang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!