Camaraderie berarti rasa saling percaya dan persahabatan diantara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama.
Seperti halnya dengan dua anak manusia yang bertemu dan berteman sejak mereka kecil, namun karena tuntutan pekerjaan orang tua, mereka harus terpisah.
Mereka percaya bahwa dikemudian hari mereka akan bertemu dan bersama kembali, entah sebagai teman bermain seperti dulu atau sebagai teman hidup di masa depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesayangan
"Makan malam dulu yah, habis itu aku anterin kamu pulang." tawar Air.
"Boleh, kak." jawab Ale. Ia juga sekalian ingin membahas berapa banyak uang yang Air keluarkan hari ini.
Air memilih restoran omanya kali ini. Ia begitu merindukan masakan sang oma.
"Sekarang mau makan apa?" tanya Air lagi.
"Coto enak sepertinya. Kak Air mau makan apa? Biar Ale saja yang pesan."
"Rendang sepertinya enak. Gak usah berdiri, Sha, ada ini kok" Air menunjuk tablet di depannya.
Ale berdecak kagum, meskipun restoran nya terbilang sederhana dengan gaya klasik, ternyata pelayanannya cukup canggih juga. Tidak perlu antri untuk memesan seperti sebelumnya.
"Kali ini aku yang bayar yah kak." ujar Ale.
"Nggak bakalan diterima, Sha. Jadi simpan uangmu."
"Ih, kok bisa?"
"Punya oma, ibunya ayah. Lagi rindu, makanya bawa kamu ke sini." ringis Air.
"Owalaah. Tapi serius kak, aku mau bayar. Gak enak juga udah ditemani kemana-mana malah gak ada effort."
"Uang kamu disimpan dulu yah, Sha." ujar Air.
"Kapan-kapan aku yang traktir kakak kalau gitu." janji Ale.
"Boleh." Air mengangguk setuju.
Setelah makan malam , Air lantas mengantarkan Ale pulang. Tidak hanya itu, ia tak lupa berbicara dengan Altair dan melaporkan semua kegiatan mereka tadi.
"Terima kasih sudah membantu om dan Tante. Maaf selalu merepotkan kamu." ucap Altair.
"Terima kasih kembali, om. Kalau begitu, saya langsung pamit." ucap Air, ia tak lupa mencium punggung tangan Altair.
"Hati-hati."
Air mengangguk dan tersenyum, tak lupa juga membunyikan klaksonnya sebelum menginjak pedal gasnya.
Setelah melihat Air sudah pergi, barulah Altair memasuki rumah. Di ruang keluarga, ketiga anaknya sudah berbaring dengan berbagai posisi. Sepertinya twins juga sedang kecapean karena seharian ini diajak pergi oleh kedua orang tuanya.
"Tadi kemana? Kok sampai ganti mobil segala?" tanya Altair kepada anaknya. Ini hanyalah formalitas, sekaligus menguji kejujuran anaknya. Sebab sejak tadi, apapun yang Ale lakukan selalu Air laporkan kepadanya.
Ale yang sedang berbaring menyamping sambil memeluk bantal guling, menatap sang papa.
"Ke bukit, papa. Kasian mobilnya kak Air kalau dipakai ke bukit, makanya diganti."
"Suka diajak kesana?"
"Suka." Ale mengangguk.
"Tapi pa, kak Air gak mau terima uang kakak waktu bayar makanan " curhat Ale.
"Namanya laki-laki, kak." Ara ikut nimbrung. Ia duduk di sebelah suaminya yang menghadap ke arah ketiga anaknya.
"Laki-laki begitu yah?"
Keduanya kompak mengangguk mendengar pertanyaan anaknya.
"Kalau twins sudah lebih besar lagi, berarti papa harus kasih uang yang banyak ke mereka." ucap Ale.
"Kenapa harus minta ke papa, kak? Al akan bekerja dan menghasilkan uang sendiri nantinya." ujar Aldric.
"Aric juga akan menjadi tentara dengan pangkat letnan sebelum mendekati perempuan." Aric ikut berkata.
"Anak papa hebat semua." ujar Altair. Entah mengapa, ia merasa begitu bangga dan senang hanya karena hal sederhana seperti ini.
"Kak, tadi papa bawa kami pergi ke Kodam. Disana seru sekali, ada pertandingan operasi penyelamatan sandera gitu." cerita Aric.
"Iya, kak. Aric terlihat senang sekali." ujar Al, ia mendukung cerita adiknya.
Dan malam ini ditutup dengan ketiganya bertukar cerita tentang kegiatan mereka siang tadi.
"Mereka sudah tidur, mas?" tanya Ara saat pintu kamarnya dibuka dari luar.
"Iya, Ra. Mungkin karena kelelahan." Altair menjadikan paha Ara sebagai bantalannya.
"Lagi merajut ini lho, mas." ujar Ara.
"Gak lama kok." janji Altair.
Ara lalu menyimpan rajutannya ke dalam kotak, lalu tangannya berpindah ke rambut suaminya.
"Tadi waktu anak-anak ngobrol, saya tuh senang sekali, bangga juga. Ternyata mereka sudah sebesar ini, sudah bisa menyusun rencana hidupnya sendiri." ucap Altair.
"Iya, mas. Waktu berlalu sangat cepat. Aku juga kadang merasa jika baru kemarin kita memiliki tiga batita yang kadang buat hati menjerit. Sekarang mau menjerit, mau ngomel, gak bisa lagi, karena mereka gak ada yang nakal. Hidup mereka tuh lurus-lurus banget perasaan. Aku sampai pusing, kadang over thinking, ini gak ada yang dipendam kan? Takutnya mereka gak cerita ke kita." cerocos Ara.
Altair terkekeh.
"Agak lain yah kitanya. Orang tua lain khawatir anaknya kalau melanggar, kita kok yah malah khawatir anak-anak gak pernah melanggar."
Ara ikut tertawa kecil.
"Pelanggaran nya habis waktu kecil sih, mungkin mereka lelah sendiri karena waktu kecil di suruh lari terus."
✨✨✨
Keesokan harinya setelah Ale membantu mamanya masak-masak, Ale kembali goleran di atas beanbeag. Ia seolah melupakan buku-bukunya yang ada di atas meja belajar yang minta dibuka. Sementara kedua adiknya juga belum pulang dari danau.
Altair dan Ara dibuat tersenyum puas karena misinya berhasil. Misinya apa? Membuat ketiga kesayangan nya jauh-jauh dari buku. Padahal ujian semester akan dilaksanakan besok secara serentak.
"Masih capek yah?" tanya Ara kepada putrinya.
"Gak capek, ma. Tapi malas gerak." Ale menyembunyikan wajahnya pada perut sang mama yang baru saja duduk disebelahnya.
"Istirahat yang baik kalau begitu , sayang. Tunggu sebentar lagi yah, kalau adik-adik sudah pulang, kita bisa langsung makan siang, habis itu istirahat lagi." ujar Ara.
"Iya, mama."
"Liburan nanti mau kemana?"
"Ke Cakrawala, mau ketemu Abah dan Ambu."
"Okay, noted. Abah dan Ambu nya kakak pasti senang kalau kakak berkunjung nantinya." Ara mencubit pelan hidung mancung anaknya.
Suara grasak-grusuk terdengar dari luar, ternyata Altair dan kedua anaknya sudah kembali ke rumah.
"Bersih-bersih dulu, terus nanti langsung makan siang." suruh Ara.
"Ma, kami mau makan di mess bujang. Diajak om Yahya, tadi mancing sama-sama." beritahu Aric.
"Makan di rumah dulu yah, sejak tadi kakak dan mama nunggu kalian pulang, makanya papa susul. Gak apa-apa, sedikit saja." ujar Altair.
"Siap, papa." keduanya lalu berpisah dan masuk ke kamar masing-masing untuk mandi dan berganti pakaian.
Melihat kedua adiknya sudah siap, Ale lalu menyusul ke ruang makan dan makan bersama keluarganya.
"Kakak mau ikut ke sebelah?" tanya Aldric.
"No, Al. Kakak di sini saja, mau tidur seharian." jawab Ale.
"Oce, biar aku dan Aric saja kalau begitu."
Setelah makan dan membantu mamanya bersih-bersih, Ale benar-benar pamit ke kamarnya untuk tidur.
"Kok yah lebih suka anaknya tidur sepanjang hari daripada belajar keras seperti kemarin." ringis Ara.
"Limited people kita mah, Ra." Altair terkekeh.
"Kamu juga istirahat, saya mau gabung dengan yang lain di depan. Atau mau ikut?" tawar Altair.
"Nggak, mas. Mau merajut saja." tolak Ara.
"Okay. Saya pamit yah." Altair tak lupa mencium kening istrinya sebelum pergi mess sebelah jalan.
mksih ya kak jd ikut happy sama geng nya Alesha... 😍😍
kapan terbongkarnya ini kayaknya semakin seru 😁
Kapan nihh ale sama air nikah hehe 😂