Perjalanan kisah seorang wanita, jatuh bangun dalam membangun karir dalam hidupnya, hingga akhirnya menjadi sosok wanita kuat dengan dukungan dari seorang laki-laki yang sangat berkuasanya.
Kehidupan yang penuh dengan luka, bahkan kepingan layar hidupnya ada yang hilang dari ingatan.
Sebuah Rahasia yang tak terduga akan ditemukan, bersama dengan sosok anggota keluarga Klan Nugraha yang tak lain adalah Aftan Brian Nugraha.
Misteri apa apa yang akan terkuak pada akhirnya?, yuk ikuti semua kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Tempat yang Sama
Andin membeku di tempat, bahkan untuk menjawab saja rasanya sangat berat.
"Tu Tuan Leon?"
"Anda sedang bekerja nona Andin?" Leon bertanya kembali.
"I iya, Tuan" Andin benar-benar merasa ingin mati, bukan Leon penyebabnya, namun saat tatapan tajam seseorang disamping Leon menembus manik matanya, seolah menelisik sesuatu akan dirinya.
Disaat yang tidak tepat, Erga keluar dari Toilet yang sama dengan wajah masih menahan sakit di perutnya.
Leon terdiam, terkejut yang ditahan, apalagi melihat Aftan yang wajahnya mengeras dengan tatapan tajamnya.
Sementara Erga hanya berlalu begitu saja ke arah yang berbeda, sambil mengumpat beberapa kali tanpa sadar telah di perhatikan oleh seseorang.
"Sebaiknya aku pergi dulu, semoga sukses nona Andin" Leon segera pergi, tak ingin terlibat urusan Pasutri.
Sementara Aftan masih berdiri ditempatnya, mengalihkan pandanganya kearah Andin yang diam mematung ditempatnya.
"Aku_"
Aftan segera melangkah, tak peduli dengan Andin yang akan menjelaskan sesuatu, hingga membuat rasa nyeri yang tak terduga di hatinya.
"Bagaimana ini" batin Andin nampak begitu cemas.
"Kenapa aku jadi memikirkannya, yang penting aku tidak melakukan apapun dengan Erga" ucap lirih Andin berusaha menenangkan dirinya sendiri, lalu berjalan pergi.
Saat sampai di ruangan itu, Andin terdiam, duduk dengan tenang seolah tak terjadi apapun antara dirinya dan Erga yang kini sudah duduk menempel pada Sheila.
"Okey, transaksi kita sudah selesai Tuan Erga, dan aku sangat senang karena kau memilih sesuatu yang tepat untuk calon istri tercinta" Deni menyalami keduanya.
Sementara Andin terus terang dalam diamnya merasa ji-jik dengan kelakuan kedua orang yang ada di depannya dan mengumbar kemesraan, bahkan saling berciuman seperti ja-lang.
Semua keluar dari private room, Erga segera disambut oleh sekretaris nya, dan memberikan kabar, bahwa di tempat itu juga akan di jadwalkan bertemu dengan pemilik perusahaan besar yang diincar untuk bekerja sama.
Sementara Sheila sudah pergi menuju ketempat kerjanya kembali, begitu juga dengan Andin yang sudah berjalan dengan Deni menuju mobilnya, namun sebuah penggilan dari ponselnya membuatnya segera berhenti.
"Tuan Aftan?" Ucap lirih Deni segera mengangkat panggilan, menoleh sejenak ke Andin yang sedang menunggu.
"Baik Tuan, tentu saja bisa" ucap Deni, tentu terdengar dengan jelas oleh Andin yang masih berdiri disampingnya.
"Maaf Nona Andin, sepertinya kamu tidak bisa beristirahat lebih awal"
"Ada apa pak?" Tanya Andin merasakan sesuatu yang tidak beres.
"Tuan Aftan membutuhkan bantuan mu saat ini"
"Apa?!" Andin sangat terkejut, padahal yang paling di cemaskan saat ini adalah bertemu dengan suaminya.
"Sudah-sudah, besok aku beri cuti jika kamu bekerja keras bersama Tuan Aftan hari ini sampai malam, bagaimana?"
"Tapi Tuan, pekerjaan saya di kantor juga masih banyak" Andin berusaha menolak.
"Itu masalah gampang, yang penting kamu segera menemui Tuan Aftan di ruang pertemuan, cepat!" Justru jawaban yang tak diharapkan dari Deni yang didengar.
Andin mendesah panjang, sebelum langkah kakinya terpaksa harus menerima perintah dari atasan.
"My God, apa yang harus aku lakukan?" Jantung Andin semakin berdetak kencang, saat mendekati pintu dimana Aftan telah memerintahkannya untuk datang.
Ceklek
"Astaghfirullah!" Andin terkejut saat pintu itu terbuka sebelum dia mengetuknya.
"Ada apa, masuklah" ucap Leon dengan senyum anehnya.
"Tuan, apa anda saja tidak cukup untuk membantu Tuan Aftan?" Tanya Andin menahan langkahnya.
"Tuan Aftan?, bukankah kamu istri Sah nya, kenapa memanggil Tuan?"
"Ck, itu bukan jawaban, tolong pertanyaan saya tadi saja yang di jawab tuan" protes Andin membuat Leon mengerti dan tertawa pelan.
"Aku tidak tau, permintaan Aftan mutlak harus di kabulkan, jika tidak_" Leon menunjukan jari yang di putar di lehernya.
Andin langsung melebarkan matanya, bukan menenangkan, jawaban Leon justru membuat Andin makin ketar ketir di buatnya, dan Leon berjalan di belakangnya sambil menahan tawa.
"Dia lebih mirip tawanannya dari pada istrinya" batin Leon.
Belum selesai satu masalah berat, justru kini Andin dibuat sesak nafas dengan adanya sosok yang baru saja dihajarnya, siapa lagi kalau bukan Erga Dirgantara, mantan kekasih bereng-sek nya.
Begitu juga Erga yang tak kalah kagetnya, saat Andin berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berada tepat di samping Aftan, kini dengan jelas melihat Andin di apit oleh dua laki-laki berkuasa, yang tak lain adalah Leon dan Aftan.
"Kita lanjutkan" ucap Aftan, lalu memberikan beberapa berkas ke Andin untuk segera di pelajari.
Leon sedikit memberikan Arahan dan penjelasan saat Andin membenarkan beberapa kata yang kurang pas dalam berkas-berkasnya, sementara Aftan memperhatikan semua penjelasan dari perusahan yang ingin bekerjasama dengannya.
"Prosentase yang kau berikan tidak sebesar harapanmu tuan Erga, apa kau menerimanya?" Tanya Aftan yang sebenarnya sangat kesal saat melihat beberapa kali Erga mencuri pandang ke Andin yang sedang bekerja disampingnya.
"Tentu saja tidak Tuan, saya setuju" ucap Erga yang sebenarnya hanya ada Andin di otaknya saat ini, dan berharap kerjasama dilakukan akan sering bertemu dengan Andin yang dikira bekerja untuk perusahaan Aftan nantinya.
Brug!
"Akh!" Sebuah teriakan.
Aftan menyeringai, lalu sedikit melakukan gerakan, hingga sesuatu terjadi dan membuat Erga terjengkang karena kaki kursinya tiba-tiba patah.
Umpatan kasar berkali-kali di lontarkan Erga, bahkan sumpah serapah akan menuntut pihak penyedia tempat karena merugikan dirinya.
Sementara Leon hanya tertawa sambil berjalan pergi bersama Aftan dan Andin yang masih terdiam disamping suaminya.
"Mau kemana?" Suara berat itu membuat Andin terkejut dan menghentikan langkah kakinya.
"Bukankah tugas saya sudah selesai Tuan?" Andin menjawab dengan ragu.
Aftan mengambil kunci mobilnya dari tangan Leon.
"Kembalilah bersama yang lain" ucap Aftan memerintahkan Leon yang langsung membulatkan mata.
"What!?"
"Jangan banyak tanya atau ku potong gajimu"
"Oh shiit!" Leon tak bisa berkata-kata.
Andin masih terdiam, tidak mengerti apa yang diinginkan Aftan, hingga sebuah suara membuatnya terkejut kembali.
"Masuk!" Ucap Aftan setelah menghidupkan mobil mewahnya.
"Semoga kau selamat nona Andin!" Teriak Leon disengaja, dan sukses membuat Andin semakin merinding, sementara Aftan menatap tajam ke arah Leon yang segera melesat pergi.
Jalanan terasa hening, Andin masih duduk diam disamping Aftan.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Aftan membuat Andin langsung menoleh.
"Aku, tidak melakukan apapun"
"Mengenang masa lalu?" Tanya Aftan lagi, membuat Andin terkejut dan juga tersinggung.
"Maaf Tuan, aku tidak melakukan apapun!"
"Jangan panggil aku Tuan!" Sentak Aftan membuat Andin tak menyangka reaksi Aftan akan seperti itu.
Lalu dengan cepat mobil itu melesat minggir dan berhenti di rest area yang sangat sepi.
"Dia menyentuh mu?"
Andin terdiam, bingung jawaban apa yang harus di berikan, dan Aftan semakin geram, melepas sabuk pengaman, lalu_
"Tuan, jangan!"
"Perbaiki panggilan mu!"
"Aftan, tidak!" Andin meronta.
Sementara tangan Aftan dengan cepat membuka dan mengekspos area tubuh Andin yang diinginkan, satu gigitan di berikan, membuat Andin berteriak namun kemudian ada reaksi yang berbeda.
Bersambung.
Yang masih lupa belum kasih VOTE, yuk Segera, dan kesempatan menang undian di Bab 40 dan 80 Akan lebih Besar.
