Hana Deborah, putri angkat dari mendiang seorang mucikari ternama di kota Camelot! yang mencoba untuk tetap kuat menjalani pahit nya kehidupan pasca ditinggal sang ibu! ketidaktahuan Hana perihal pekerjaan sang ibu angkat membuat gadis itu selalu di pandang rendah oleh orang-orang sekitar bahkan sahabat nya sendiri.
'Wanita mana yang rela menyakiti hati perempuan lain?'
Hal itu terus saja berputar di pikiran Hana, namun Raya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja!
Keberuntungan yang berpihak pada Raya membuat Hana akhirnya tunduk dan menuruti keinginan sahabatnya untuk menjadi wanita penggoda bagi Edward.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPG-18
"Segeralah kembali pulang ke rumah Tuan!"
Hana mencoba mengingatkan Edward namun pria yang jauh lebih tinggi darinya itu justru menerobos masuk ke dalam pintu apartemen.
"Aku ingin menginap!" pria itu berucap datar dan tak menghiraukan Hana yang kini sibuk menata sepatu Edward yang lagi-lagi tergeletak dibawah rak dekat pintu.
"Tidak! saya mohon! ini sudah lebih dari tiga Minggu, Tuan harus segera pulang menemui istri Tuan! dia pasti akan merasa kecewa jika tiba dirumah tanpa mendapati kehadiranmu Tuan!" Hana kembali mengguncang pelan lengan Edward sembari mengoceh serta mendongakkan kepala.
"Dia sudah kembali dari tour kapal pesiar itu dari beberapa hari lalu, Hana! dan dia sama sekali tak menghubungi ku saat pertama kali tiba di Cranberries!"
"Apa? jadi Nyonya Bertha sudah kembali ke kota ini?" Hana yang tak mendapat informasi apapun dari Raya seketika tertegun.
"Begitulah! aku lelah! aku ingin beristirahat disini! jadi aku mohon! jangan mengusir ku, Nyonya Jadenz!"
"A-apa?"
Edward melerai perlahan genggaman tangan Hana, ia tersenyum menatap Hana yang masih membeku dengan mulut terbuka.
"Aaaah! sepertinya jas ku juga basah! aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu! apa kau keberatan?"
"E-iyaa! maksud saya tidak! Tuan bisa membersihkan diri terlebih dulu! saya akan segera mengeringkan jas kemeja milik Tuan," jemari gadis itu kembali nampak sibuk membantu sang Tuan untuk melepas kemeja hitam yang cukup tebal dari tubuh Edward.
Raya ..., apa sebenarnya maksudmu? kenapa kau tak juga bertindak dan justru menyerahkan Tuan Edward padaku? suami mu hanya butuh kasih sayang juga perhatian darimu Raya! tapi kau-, kau selalu memilih untuk menghabiskan waktu karena hobi bersama teman-teman mu.
Hana membeku, ia hanya mampu menatap punggung lebar Edward yang kini melangkah lebar menuju ruang kamarnya.
****
🤍 'Honey! aku mencintaimu! aku ingin kita memiliki seorang putra dan putri yang lucu dari dirimu.'
'Ayolah Edward! aku masih ingin menikmati masa-masa kebebasan ini, lagipula memiliki seorang anak diantara kita berdua, itu rasanya sungguh merepotkan bukan? mereka akan selalu berisik dan mengganggu kegiatan kita!'
🤍'Tapi honey-,'
'Sudahlah Ed! aku lelah! kau tahu Minggu depan akan diadakan beach party di pesisir kawasan elite Cranberries! dan aku ingin menghadiri nya! kau memberikan izin bukan?'
Bertha nampak kembali membuka mata, ia menegakkan gesture duduknya sembari menuang wine dalam gelas seksi yang kini berada di genggaman.
"Apa Edward benar-benar menginginkan seorang bayi? haruskah diriku membahas hal ini dengan Hana? gadis kampungan itu! dia tak mungkin menolak jika diriku memberikan upah yang lebih banyak dari sebelumnya bukan? akan ku biarkan Edward membuahi rahimnya! dan setelah bayi itu lahir! diriku yang akan mengasuh anak dari suamiku dengan perempuan jalang kampung itu! aaaah! kau ini sungguh pandai Bertha! lagipula untuk apa diriku bersusah-payah untuk hamil dan melahirkan? itu hanya akan merusak bentuk tubuhku! money can do anything!"
Raya Albertha Fideline! wanita itu akhirnya beranjak, melangkah perlahan mendekati kaca jendela area living room yang tampak berembun di kediaman mewah Edward, ia juga kembali meneguk wine dengan menyunggingkan senyum kemenangan.
*****
Hujan kembali turun,
Bujuk rayu Hana tampak sia-sia, karena Edward sama sekali tak ingin kembali ke kediaman nya untuk menemui Bertha,
Dan ya ...,
Kedua insan yang tak seharusnya tinggal satu atap itu justru kembali terlihat terduduk mesra di atas sofa,
"Bagaimana rasanya?"
"Cukup mengesankan, apa Tuan ingin mencobanya?" Hana menyodorkan ice cream vanilla dari mulutnya ke bibir Edward.
"Tidak Hana! lagipula, kau ini sungguh aneh! menikmati ice cream di malam hari! tunggu-,"
"A-apa? apa yang kau lakukan Tuan Edward?" bibir Hana seketika mengerucut saat Edward sedikit menekan tangkupan tangan di wajahnya.
"Apa kau merasakan nyeri atau semacamnya? kau tidak sedang demam kan, Hana?"
"Tuan! saya baik-baik saja! tolong lepas!"
Edward terkekeh, ia kembali menatap bibir Hana yang kini sedikit belepotan karena ice cream.
"Aku hanya khawatir jika alergi dingin yang kau alami kembali kambuh, Hana!"
"Itu tidak akan terjadi jika saya tidak terlalu banyak terpapar air hujan, Tuan!" Hana menanggapi kalimat Edward dengan tetap fokus pada ice cream yang berada dalam genggaman tangan.
"Eehmm! can I tell you something, sweetheart?"
Pergerakan tangan serta bibir Hana pun terhenti seketika, ia menelan saliva sebelum akhirnya mencoba untuk menatap Edward.
"Something?" Hana mengangguk ragu,
"Bukan seperti itu cara menikmati ice cream!"
"E-em! benarkah? bukankah sama saja? atau orang kaya seperti mu memiliki etika tersendiri dalam menikmati makanan atau minuman semacam ini? apa saya terlihat kampungan, Tuan?"
Astaga, Edward! Hana bukanlah gadis yang benar-benar liar, ia pasti tak memahami bahwa kau telah menggodanya saat ini!
Pria tampan dengan rambut hitam pekat itu kembali tertunduk dengan menahan tawa.
"Apa Tuan sedang menertawakan saya? saya tahu! saya ini bukanlah gadis yang elegan!" gadis itu menggeser posisi dan seketika membelakangi Edward.
"Sweetheart! kau sungguh semakin menggemaskan jika bertingkah seperti ini! aaaaaaggghhhh! ingin rasanya diriku memakan mu, mentah-mentah!"