Kematian sang kekasih membuat Anna memutuskan untuk mengasingkan dirinya di tempat yang sangat jauh dari negaranya. Ia berdiri di ujung tebing curam sambil melihat ke dalam lembah itu tanpa rasa takut sedikitpun.
Sepasang kekasih yang sedang melakukan selfie menangkap gambar Anna sebagai background dari foto mereka karena berada di seberang di tempat mereka melakukan selfie.
Yang menyadari keberadaan Agatha hanya pria tampan sedangkan kekasihnya tidak. Pria tampan yang bernama Wira itu membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang dilihat di kameranya bukan mahluk jadi-jadian.
Namun sang gadis berjalan pulang kembali ke villanya dan sempat terlihat oleh Wira yang begitu penasaran dengan Anna.
Siapa sebenarnya Anna? mengapa dia selalu mendatangi tebing curam itu? apakah Wira rela meninggalkan kekasihnya demi mencari siapa sosok Anna yang telah mencuri perhatiannya?
"Ayo kita ikuti bagaimana pertemuan Wira dan Anna selanjutnya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Alibi
Di saat ketegangan terjadi diantara Zidan dan tim dokter bedah tentang Anna, tiba-tiba saja helikopter medis milik rumah sakit tuan Aditya tiba di atas landasan gedung rumah sakit tersebut.
"Bos. Kita sudah di jemput. Bawa brangkar Anna ke atas root up. Kita bisa tiba di rumah sakit dalam waktu tiga menit saja," ucap asisten Agam yang cepat tanggap memanggil helikopter medis milik rumah sakit mereka.
"Alhamdulillah. Terimakasih Agam. Aku tidak akan lupakan kebaikanmu ini," ucap Zidan langsung mendorong brangkar Anna menuju lift khusus untuk petugas medis menuju ke atas root up di bantu sekertaris ChaCha dan asisten Agam.
Para tim medis rumah sakit tersebut yang sudah bekerjasama dengan Vini dan ibunya tampak ketar-ketir karena mereka pasti akan di pecat oleh kedua wanita itu.
Setibanya di atas atap rumah sakit itu, beberapa tim medis yang ada di dalam helikopter siap membantu Zidan untuk memindahkan tubuh Anna ke dalam helikopter.
"Tuan Zidan dan yang lainnya bisa ikut helikopter yang satunya lagi. Kami harus menyelamatkan nona Anna lebih dulu," ucap dokter Vega.
"Baik dokter. Tolong selamatkan istri dan bayiku," mohon Zidan terlihat sangat tertekan saat ini.
"Insya Allah. Tuan Zidan harus yakin karena akan pertolongan Allah. Kami hanya sebagai tim pelaksana saja. Kami pamit duluan," ucap dokter Vega merendah.
"Hati-hati." Zidan dan dua temannya itu mundur karena helikopter kembali melakukan take-off.
Setelah helikopter pertama terbang, kini helikopter berikutnya menjemput ketiga orang yang langsung naik ke atas helikopter itu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam empat pagi. Zidan, Agam dan ChaCha memutuskan untuk ke mesjid rumah sakit untuk menunaikan sholat subuh.
"Sebaiknya bos mandi dulu dan menggantikan baju karena baju anda banyak darahnya. Setelah itu kita baru sholat subuh," tawar Agam.
"Kamu benar Agam. Tubuhku terasa lengket dan bau amis darah. Tidak baik menghadap Allah dalam keadaan kotor," ucap Zidan.
"Kalau begitu aku duluan ke mesjid," pamit sekertaris Chacha.
"Silahkan ChaCha...! Aku mau antar bos dulu ke ruang kerjanya dulu," ucap asisten Agam.
Keduanya menuju ke ruang kerjanya Agam yang dulu pernah menjadi ruang kerjanya Zidan. Saat ini Agam sudah menjadi CEO rumah sakit tersebut.
Tepat azan subuh, Zidan sudah rapi berpakaian lengkap dengan baju Koko miliknya yang masih tersimpan rapi di lemari bekas ruang kerjanya dulu. Keduanya berangkat ke mesjid rumah sakit itu.
Sepanjang jalan, Zidan tidak berhenti mengikuti setiap lafaz adzan kecuali bacaan pertengahan azan. Hingga azan selesai langkah mereka berhenti tepat di depan mesjid.
Zidan membaca doa sesudah azan diikuti dengan doa khusus untuk keselamatan istri dan anaknya yang saat ini sedang berada di dalam kamar operasi.
Sholat subuh mulai ditunaikan para jamaah mesjid. Zidan menguatkan hatinya agar tidak terlalu sedih karena ia yakin Allah pasti menyelamatkan kedua orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Di sisi lain, Vini yang baru pulang dari lokasi kejadian tepatnya di kediaman Zidan, gadis ini buru-buru masuk ke kamarnya dan melepaskan semua atribut penyamarannya. Rambut palsu dan gigi palsu yang dipakainya untuk menyamarkan penyamarannya. Vini masuk ke dalam bathtub untuk melepaskan lelahnya dengan berendam di air hangat.
"Semoga Anna cepat mati. Dengan begitu aku akan menjadi istri keduanya Zidan," ucap Vini sambil menuangkan wine ke dalam gelasnya.
Wine itu sengaja ia simpan dekat bathtub karena ia sering meneguk minuman itu di saat sedang berendam seperti sekarang ini.
"Apa yang harus aku lakukan jika orang suruhan ku itu membuka mulut? Aku punya alibi agar aku tidak dituduh sebagai dalang dari kekacauan di kediaman Zidan." Vini tiba-tiba dihantui rasa bersalah hingga ia langsung meraih botol wine dan langsung meneguknya seperti minum air.
"Kenapa harus berakhir seperti ini Zidan? Padahal aku tidak pernah berpikir akan menjadi seorang gadis psikopat," lirih Vini sambil menangis.
Vini mengakhiri mandinya lalu membalut tubuhnya dengan jubah mandi. Ia meraih ponselnya untuk menghubungi seorang dokter yang ada di rumah sakitnya. Obrolan dimulai dan Vini menyimaknya dengan baik.
"Jadi Anna tidak jadi menjalani operasi di rumah sakit milikku?" pekik Vini terdengar gusar.
"Maafkan kami nona...! Segala upaya sudah kami lakukan untuk menahan nona Anna tapi hasilnya nihil seperti yang sudah saya sampaikan kepada anda nona," ucap dokter Mika.
"Akkkhh....! Dasar kalian semua tidak berguna...!" maki Vini ingin memecat dokter Mika dan rekan-rekannya.
Ia melempar ponselnya asal sambil menggerutu dan menjambak rambutnya yang basah. Posisinya saat ini benar-benar terasa sulit.
"Sepertinya aku harus kembali ke Canada sebelum polisi mengetahui perbuatanku." Vini segera berpakaian secepatnya agar bisa ke bandara mengejar pesawat yang menuju Canada. Ia melakukan pembelian tiket secara online agar bisa mendapatkan penerbangan pertama menuju Canada.
Sementara itu di rumah sakit, Zidan, Chacha dan Agam berserta kedua orangtuanya Anna sedang menunggu hasil akhir operasi Anna yang belum juga kelar.
Zidan menyayangkan sikap kedua orangtuanya yang belum muncul juga sampai saat ini padahal sebelumnya sudah dikabari olehnya. Justru yang datang lagi saat ini adalah kedua orangtua angkatnya.
"Nak Zidan. Bagaimana perkembangan operasi Anna?" tanya nyonya Kayla cemas.
"Kami juga sedang menunggu hasilnya, bunda. Mohon doanya agar Anna dan janinnya selamat, bunda," ucap Zidan akhirnya menumpahkan tangisnya pada nyonya Kayla yang berusaha mengusap punggungnya.
"Sayang. Menangis lah agar sesak di dada mu berkurang. Jika dulu Anna dikejar rasa bersalah karena kehilanganmu, sekarang kamu bisa merasakan bagaimana rasanya kehilangan itu," ucap nyonya Kayla.
"Aku tidak sanggup kehilangan Anna, Bunda. Wanita yang sangat setia menantiku kembali walaupun terdengar sangat nihil bagi yang lain.
"Tidak akan yang lebih berat ujian untuk kalian karena Allah sudah memberikan ujian yang berat sebelumnya.
Oh iya, apakah kamu sudah tahu siapa orang yang berusaha mencelakai kalian dengan menyebarkan fitnah keji?" tanya nyonya Kayla mengurai pelukannya pada Zidan.
Zidan terdiam sesaat lalu melirik Agam yang berdiri agak menjauh dari mereka seakan sedang bicara serius dengan seseorang.
"Aku belum tahu bunda karena pikiranku saat ini sangat buntu. Yang aku prioritaskan dulu saat ini adalah kesembuhan Anna, bunda," ucap Zidan.
"Sepertinya orang yang anda sedang curigai saat ini ada di bandara, tuan Agam," ucap seorang detektif swasta yang disewa Agam untuk mengawasi Vini. Walaupun mereka belum mendapatkan bukti keterlibatannya Vini atas kejadian di kediaman Zidan, akan tetapi feeling asisten Agam sangat kuat kalau ini ada kaitannya dengan Vini karena Vini punya alasan untuk melenyapkan Anna agar bisa mendapatkan kembali Zidan.
"Perintahkan pada petugas maskapai penerbangan yang ditumpangi vini untuk menahan gadis itu agar tidak naik ke pesawat...!" titah asisten Agam.
memang cinta itu buta bisa membuat orang jadi jahat ataupun sebaliknya menjadi lebih baik.
dan kamu Zidan lebih baik cepat berterus terang kepada anna