Nayla adalah seorang wanita cantik yang pekerjaannya tidak menentu, ibunya sudah meninggal sementara ayahnya pergi yang entah kemana.
Tanpa sengaja Nayla mendengar percakapan dua orang yang berencana ingin membunuh seseorang. Yang pertama nyawa Nayla terselamatkan lalu Nayla bertemu lagi dengan pria itu. Nayla pun diculik dan dibawa ke mansion miliknya untuk dijadikan sebagai pelayan pribadi melayani selama 24 jam.
Lambat laun perubahan sikap pria itu berubah-ubah, Nayla tidak bisa menebak kepribadian si pria pembunuh ini. Bahkan Nayla menjadi bahan gosip oleh para pelayan karena ulah si pembunuh. Pada suatu hari mereka pergi ke pasar, ada seseorang yang ingin menusuk Nayla dengan pisau.
Bagaimana kehidupan Nayla di mansion si pria pembunuh? Akankah bernasib baik atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kucing terluka
HAPPY READING!!!
.
.
.
Pagi hari dengan cuaca sangat cerah, jam menunjukkan pukul 8 pagi. Nayla baru saja bangun dari alam bawah sadarnya, Nayla bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Setengah jam kemudian, Nayla pun selesai mandi.
“Huaaa…” Sesaat Nayla menguap. “Kenapa aku masih mengantuk? Padahal tadi malam tidurku sangat nyenyak.” Menghela nafasnya.
Sejenak Nayla merapikan tempat tidur yang masih berantakan, beberapa saat kemudian Nayla memutuskan keluar dari kamarnya untuk melihat kucing.
Nayla berjongkok di depan kandang. “Morning.” Sapanya kepada kucing.
Dengan pelan Nayla mengeluarkan kucing putih itu dari dalam kandangnya, kucing yang dibelikan oleh Rayan ini benar-benar sangat bersih bahkan bulu-bulunya juga tebal.
Nayla mengelus lembut bulunya lalu melihat salah satu kaki kucing terluka. “Kenapa kakimu terluka? Bagaimana bisa hm? Siapa yang berani melukaimu?”
Meow… Meow… Meow…
Nayla memasukkan kucing ke dalam kandang lagi. “Tunggu sebentar ya, aku ingin mencari obat dulu.”
Nayla beranjak pergi meninggalkan kamar samping, terlihat kekhawatiran di wajahnya perihal sang kucing yang terluka. Nayla masuk ke dalam mansion, dilihatnya masih sangat sepi.
“Selamat pagi Non.” Sapa Abe (Kepala pelayan).
“Pak, ada obat untuk hewan tidak?” tanya Nayla.
Abe (Kepala pelayan) menggeleng pelan. “Tidak ada Non, kenapa Nona mencari obat hewan?”
Nayla menghela nafasnya. “Kucingku salah satu kakinya terluka, ya sudah terima kasih pak.”
Nayla memasang wajah cemberut sambil berjalan keluar dari mansion. Perlahan kedua kaki Rayan menuruni anak tangga secara bergantian dan melihat Nayla keluar mansion, Abe (Kepala pelayan) berlari kecil menghampiri Rayan.
“Selamat pagi Tuan Rayan.”
“Ada apa dengan wanita itu? Apa dia sudah sarapan?” tanya Rayan.
Abe (Kepala pelayan) menggelengkan kepalanya. “Belum Tuan.”
“Lalu kenapa dia kesini kalau tidak untuk sarapan?”
“Oh itu Nona mencari obat untuk hewan.” Jelasnya.
Rayan kebingungan. “Obat untuk hewan?”
“Iya Tuan, katanya kucing itu sedang terluka.”
“Apa dia datang kesini hanya menanyakan itu?”
Abe (Kepala pelayan) mengangguk. “Iya Tuan, setelah itu dia pergi begitu saja keluar dari mansion.”
Sesaat Rayan melihat sekitar sambil menghela nafas panjangnya lalu berjalan keluar mansion menuju kamar samping mendatangi Nayla.
“Baru juga beli, bagaimana bisa terluka?” gumam Rayan.
Rayan melihat Nayla duduk termenung di kursi dekat pohon besar dengan pandangan ke arah langit sambil menggendong kucingnya.
Rayan berdehem. “Kenapa kau hanya bersantai disini? Apa kau tidak ingin melayaniku? Apa kau sudah melupakan tugasmu sebagai pelayan pribadiku?”
Sesaat Nayla menoleh lalu mengalihkan pandangannya. “Aku tidak bersantai, aku hanya sedih kakinya terluka.” Mengelus kepala kucing.
Meow… Meow… Meow…
“Nanti juga sembuh sendiri.” Ucap Rayan.
Nayla menatap Rayan. “Kau pikir kucing apaan yang lukanya sembuh sendiri?” terheran. “Kucing jadi-jadian hah?”
“Bisa jadi, baru juga beli.” Rayan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Kau tidak bisa menjaga kucing ini dengan baik.”
“A-aku… Aku juga tidak tahu kenapa bisa terluka.” Nayla bingung menjelaskan seperti apa kepada Rayan kalau dirinya tidak tahu apa-apa.
Rayan membuang nafas kasarnya. “Apa kau hanya memikirkan kucing ini? Sampai-sampai kau belum sarapan?” menaikkan sebelah alisnya.
“Aku sangat suka dengan kucing, lagian aku juga belum lapar.” Ada saja alasan yang diberikan oleh Nayla kepada Rayan. “Sungguh aku belum merasa lapar.”
Rayan ingin merebut kucing itu dari tangan Nayla, dengan cepat Nayla menjauhkan tangannya dari Rayan.
“Mau apa kau? Apa kau ingin mengambil kucing ini lagi?” tanya Nayla. “Tidak bisa, kau sudah memberikannya kepadaku.”
“Siapa bilang aku ingin mengambil kucing itu darimu?”
Nayla mendekati Rayan. “Lalu? Apa kau ingin mengobati kucingku?”
Rayan hanya diam tidak menjawab apapun lalu merebut paksa kucing putih dari tangan Nayla dan memasukkan ke dalam kandangnya.
“Jangan hanya memikirkan kucing, kalau tidak kucing ini akan ku ambil.” Ancam Rayan.
Rayan pun beranjak pergi meninggalkan kamar samping, sesaat Nayla melihat kucingnya lalu berlari kecil menyusul sang Tuan menuju pintu utama. Sesampai di dalam ruangan makan Rayan langsung duduk di kursinya, sementara Nayla berdiri di samping Rayan.
Rayan menoleh dengan wajah bingungnya. “Apa kau tidak ikut sarapan?”
Nayla menggelengkan kepalanya. “Aku nanti saja, bukankah aku harus melayani mu Tuan Rayan?”
Nayla meletakkan piring kosong di depan Rayan lalu meletakkan nasi dan beberapa lauk di atas piring Rayan.
“Apa aku hanya makan ini?”
Nayla menghela nafasnya. “Jangan banyak mengeluh Tuan, makanlah! Kau ingin aku melayani mu kan? Maka kau harus menerimanya.”
“Ka-kau….” Seketika wajah Rayan berubah menjadi merah karena menahan rasa amarahnya akibat Nayla.
“Selamat makan Tuan.” Nayla tersenyum tipis.
Rayan berjalan mendekati Rayan, ketika Abe (Kepala pelayan) ingin menuang Wine di dalam gelas Rayan dengan cepat Nayla merebutnya.
“Kenapa Nona merebutnya? Apa Nona ingin menuangkan untuk Tuan Rayan?” tanya Abe (Kepala pelayan).
“Kyaaaa apa yang kau lakukan?” kesal Rayan.
“Dengar ya, minuman ini tidak bagus untuk kesehatanmu. Kau harus minum air putih sebanyak-banyaknya.” Jelas Nayla. “Sungguh, kau harus lebih memperhatikan kesehatanmu.” Menutup kembali botol Wine. “Apa kau ingin mati cepat? Kalau aku tidak, sayangilah nyawamu karena kita ini hanya memiliki satu nyawa saja.” Sambungnya. “Terkecuali Tuan ingin mati lebih cepat, tapi itu malah mendahului takdir.”
“Benar Tuan apa yang dikatakan oleh Nona Nayla, Tuan harus menjaga kesehatan. Apalagi akhir-akhir ini kesehatan Tuan sedang menurun.” Sahut Abe (Kepala pelayan). “Nanti saya akan lebih banyak menyuruh koki untuk memasak berbagai macam sayur-sayuran dan membeli buah.”
Rayan menatap Abe (Kepala pelayan) dengan tajam. “Siapa yang menyuruhmu bicara?”
Abe (Kepala pelayan) menggeleng pelan lalu menunduk. “Maaf Tuan, saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin Tuan tetap sehat seperti biasanya.”
“Tidak perlu mengkhawatirkanku, aku yang lebih tahu diriku.” Tegas Rayan.
Abe (Kepala pelayan). “Maaf Tuan, saya tidak mengulanginya lagi.”
“Lain kali pak Abe (Kepala pelayan) harus lebih memperhatikan makanan Tuan Rayan.” Ucap Nayla. “Kita sebagai pelayan Tuan Rayan harus memperhatikan semuanya, terutama dari makanan yang dimakan oleh Tuan.”
Rayan membuang nafas kasarnya. “Pergilah!!! Kau tidak perlu melayaniku lagi.” Kesalnya mengusir Nayla
“Tidak bisa, ini sudah menjadi tugasku sebagai pelayan pribadimu.”
Perasaan Rayan semakin dibuat kesal. “PERGI!!” bentaknya.
“Baik Tuan.” Sesaat Nayla nyengir. “Tapi…”
Nayla langsung keluar dari ruangan makan lalu masuk ke dalam dapur, Rayan hanya bisa menggeleng heran sambil mengatur nafasnya karena sangat kesal dengan sikap Nayla yang banyak mengatur dirinya. Sedangkan Rayan sangat tidak suka diatur apalagi yang mengaturnya itu hanya seorang pelayan, seumur hidup Rayan tidak pernah diatur bahkan ayahnya pun tidak pernah mengaturnya.
...Bersambung…....
Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)