"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketulusan Hati Erik
Sudah tiga hari berlalu, dan Echa masih belum membuka matanya. Seolah dia terlalu nyaman didunia mimpi, sehingga enggan untuk bangun dan kembali ke dunia nyata yang penuh kepalsuan.
Sedangkan Erik selama itu tetap menunggu kesadaran Echa dengan setia. Dia tidak mau meninggalkan Echa barang sebentar saja. Baginya, apa yang terjadi pada Echa adalah kesalahannya yang tidak mampu melindungi kekasih hatinya.
Urusan Bella telah sepenuhnya diserahkan pada pihak berwajib. Biarlah hukum berjalan sesuai apa yang telah diperbuatnya. Toh, Bella dan kedua orang tuanya tidak ada yang merasa bersalah sedikitpun. Begitupula dengan abah Hasan dan Umi Henny yang ingin keadilan untuk Echa.
"Cha, mau sampai kapan kamu tertidur. Tidak kah kamu tahu jika aku sangat merindukan senyuman mu?" Ucap sendu Erik.
Digenggamnya erat tangan Echa, membuktikan bahwa Erik sangat takut kehilangan cinta sejatinya. Erik juga sudah mengurus surat ijin ke kantor Echa bekerja beserta kampus Echa kuliah. Bahkan dengan berbekal kunci cadangan yang diminta dari Ibu pemilik kontrakan. Erik menyuruh orang untuk membersihkan rumah kos Echa supaya tetap terlihat nyaman dan rapi.
Kamu beruntung Echa, disaat seperti ini ada orang yang begitu tulus menyayangi mu. Setelah nanti kamu terbangun dari mimpi panjangmu. Kamu harus membalas jasa Erik dengan cinta kasih sayang mu.
Karena terlalu lelah, Erik tertidur berbantalkan lengan yang masih saling bertautan dengan Echa.
Sementara itu didunia mimpi, Echa sedang berada di tempat yang sangat luas dan hijau. Dengan langit biru yang cerah, Echa duduk dibawah pohon rindang seorang diri.
"Dimana aku? Kenapa disini sepi sekali?" Tanya Echa pada diri sendiri.
Berputar-putar kesana kemari mencari orang yang mungkin bisa ditanyainya. Tapi sejauh apapun dia tetap sendiri. Hingga terdengar suara lirih seorang pria.
"Seperti suara Erik, tapi dimana dia kenapa tidak kelihatan." Bingung Echa.
"ERIIIIKKK DIMANA KAMU." Teriak Echa berharap suaranya terdengar. Namun hingga lelah, tetap saja usahanya tidak membuahkan hasil.
Bruk
Echa terduduk sambil menangis, dia merasa tersesat di tempat asing yang jauh dari jangkauan.
Beberapa saat kemudian, muncullah sosok kakek berbaju putih dengan cahaya yang mengelilingi tubuhnya. Dengan lembut kakek tersebut menepuk pundakku dan berkata, "Ikutlah denganku, akan aku antar kamu pulang. Disini bukan tempatmu, perjalananmu masih panjang. Bertahan dan bersabarlah, maka hidupmu akan temui bahagia."
Seperti terhipnotis, Echa mengangguk dan berjalan mengikuti kakek tersebut. Hingga sampai pada lubang berbentuk lingkaran bercahaya putih.
"Pulanglah!" Setelah itu didorongnya tubuh Echa masuk kedalam lubang.
Silau cahaya lampu ruangan membuat mata Echa mengerjap. Dengan sangat perlahan, akhirnya netra indah itu pun terbuka. Saat ingin menggerakkan tangan, tapi terasa berat. Ada sesuatu yang menimpanya. Ditengokkan kepalanya kearah tangannya, ternyata ada yang tertidur sambil menggenggam tangannya. Dan Echa tahu dari bentuk rambut dan bau wanginya ini milik Erik.
"Erik" dengan suara parau Echa mencoba memanggil. Mungkin karena sangat kelelahan, membuat tidur Erik begitu nyenyak. Sehingga suara lirih Echa tidak terdengar olehnya.
Diwaktu bersamaan perawat masuk untuk mengecek kondisi pasien. Perawat itu melihat jika pasiennya sudah bangun. Dia merasa sangat bersyukur akhirnya pasien korban penculikan ini sudah tersadar. Segera perawat itu membangunkan Erik yang masih tertidur pulas dan tampaknya tidak terganggu sedikitpun meskipun suara berisik.
Setelah memeriksa dengan seksama, Dokter menyatakan jika pasiennya sudah melewati masa kritis dan akan segera pulih. Orang yang bertama bahagia tentulah Erik. Sangking bahagianya dia sampai memeluk sang dokter.
"Eh, maaf dokter. Saya begitu bahagia sampai lancang memeluk Anda." Jawab Erik untuk menutupi rasa malunya.
"Saya mengerti tuan Erik, ya sudah saya tinggal dulu." Ucap sang dokter sambil tertawa geli.
Tinggal lah dua orang dalam ruangan itu, Echa yang masih terlalu lemah untuk berbicara hanya bisa memandang Erik dengan tatapan yang sulit terbaca. Ada banyak hal yang ingin disampaikannya. Rasa marah, kecewa, sedih, terima kasih menjadi satu berbaur dalam pikiran.
Erik yang mengerti jika ada yang ingin Echa sampaikan. Tapi mengingat situasi belum memungkinkan, Erik meminta supaya Echa bersabar dulu dan tunggu kondisi badan pulih baru akan membahas banyak hal.
Karena pengaruh obat, Echa kembali tertidur. Sedangkan Erik memilih keluar ruangan untuk mencari udara segar. Juga karena ingin menelepon kedua orang tuanya tentang kabar terbaru dari Echa.
"Alhamdulillah jika sekarang Echa sudah sadar. Kamu tetap jagain dia, khawatir ada yang masih mengincar nyawanya akibat dendam. Abah dan Umi setelah Magrib akan berkunjung ke Rumah Sakit. Kamu ingin dibawakan pakaian ganti juga makan malam kah? Tanya Umi penuh perhatian terhadap Erik.
"Iya Umi tolong bawakan baju santai saja buat Erik ganti setelah mandi. Makanannya apa saja, terserah Umi bawain apa." Ucap Erik.
Tepat pukul 18:00 WIB kedua orang tua Erik tiba di ruang perawatan Echa. Setelah menerima pakaian ganti, segera Erik mandi di kamar mandi yang ada di ruangan itu. Sambil menunggu Echa terbangun, mereka mengobrol di sofa yang sudah tersedia. Ini atas inisiatif Erik yang menginginkan kamar kelas VVIP. Demi kenyamanan dan keamanan Echa, juga keluarga Erik yang datang menjenguk.
"Bagaimana dengan proses hukum untuk Bella?" Tanya abah Hasan.
"Sudah Erik serahkan pada pengacara keluarga kita Bah" Kata Erik.
Euh terdengar lenguhan dari arah ranjang. Ternyata Echa sudah bangun kembali. Setelah tadi berfikir dengan matang, Erik punya pemikiran yang ingin segera disampaikannya. Mumpung ada Abah dan Uminya disini.
"Abah Umi, Erik ingin menyampaikan sesuatu yang penting." Ucap Erik pelan tapi ada sisi tegasnya. Abah dan Umi diam untuk mendengarkan kelanjutan kalimat Erik.
"Mengingat di kota ini, Echa hanya seorang diri. Sedangkan bahaya telah mengintainya. Erik ingin bisa melindungi Echa tanpa batasan." Kata Erik.
"Maksud kamu bagaimana?" Tanya abah, sedangkan Umi dan Echa masih diam.
"Erik ingin segera menghalalkan Echa." Jawab Erik tanpa basa basi.
"Alhamdulillah, Umi senang mendengarnya. Ternyata putra tunggal Umi termasuk lelaki yang gentle. Umi Bahagia, kamu tidak mengajak Echa berpacaran. Tapi justru kamu mengajak Echa menunaikan ibadah terpanjang sepanjang hayat." Haru Umi Henny mendengar permintaan Erik.
"Apakah kamu sudah bertanya pada Echa?" Tanya Abah.
"Echa, apakah kamu mau menjadi istriku. Ijinkan aku untuk menjadi sandaran halalmu. Aku akan menjaga dirimu semampuku. Aku tidak bisa memberikanmu janji, tapi akan aku buktikan jika setelah ini hanya bahagia yang akan menyertai mu." Ucapan Erik membuat Echa merasa berharga hingga tidak terasa air mata menetes.
"Lamaran yang tidak romantis." Jawab Echa pelan, yang membuat Erik melotot tapi tidak dengan kedua orang tuanya yang justru tertawa melihat kekonyolan putra semata wayangnya.
"Jadi kamu menerimanya kan Echa?" Tanya Erik dengan tidak sabar.
"Entahlah?" Jujur Echa masih ragu untuk menjalin hubungan, apalagi dengan pernikahan. Trauma itu masih menjadi momok menyeramkan dalam hidup Echa.
"Apakah kamu masih trauma? Jika iya, biarkan aku yang akan menjadi obat bagi mu. Berikan aku kesempatan untuk membuktikan, jika tidak semua laki-laki itu sama seperti masa lalu mu." Kata Erik mencoba meyakinkan Echa.
"Kami menerima kamu apa adanya, tidak peduli dengan masa lalu mu yang mungkin pernah menyakiti mu begitu dalam. Bagi kami selaku orang tua Erik, kebahagiaan Erik adalah segalanya bagi kami. Dan kamu tidak perlu mencemaskan yang belum tentu terjadi." Kata Abah Hasan.
"Aku mau" Cicit Echa.
"Apa Echa, suara kamu kurang begitu jelas." Erik tampak ragu-ragu takut salah dengar.
"Iya Erik iya, aku mau menjadi istrimu. Tapi sebelumnya aku minta untuk temui keluarga ku yang di kampung." Jawab Echa dengan suara sedikit lebih keras.
"Alhamdulillah, terima kasih Echa. Pasti aku, abah, dan Umi beserta keluarga yang lain akan melamar kamu secara resmi pada keluarga mu." Haru Erik hingga spontan menarik Echa ke dalam pelukan. Dia lupa, jika masih ada selang infus yang menjadi penghalang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah update.
Jangan lupa untuk budaya tinggalkan jejak, like, komen dan share. Dukungan kalian membuat Othor semakin semangat update cerita ini.
Terima kasih.
By : Erchapram