Aydin terhenyak, dunianya seakan tiba-tiba runtuh saat seorang gadis yang bahkan dia tak tahu namanya, mengaku sedang hamil anaknya.
Semua ini berawal dari sebuah ketidak sengajaan 3 bulan yang lalu. Saat diacara pesta ulang tahun salah satu temannya, dia menghabiskan malam panas dengan seorang gadis antah brantah yang tidak dia kenal.
"Kenapa baru bilang sekarang, ini sudah 3 bulan," Aydin berdecak frustasi. Sebagai seorang dokter, dia sangat tahu resiko menggugurkan kandungan yang usianya sudah 3 bulan.
"Ya mana aku tahu kalau aku hamil," sahut gadis bernama Alula.
"Bodoh! Apa kau tak tahu jika apa yang kita lakukan malam itu, bisa menghasilkan janin?"
"Gak udah ngatain aku bodoh. Kalau Mas Dokter pinter, cepat cari solusi untuk masalah ini. Malu sama jas putihnya kalau gak bisa nyari solusi." Jawaban menyebalkan itu membuat Aydin makin fruatasi. Bisa-bisanya dia melakukan kesalahan dengan gadis ingusan yang otaknya kosong.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TENTANG SILVIA 2
"Silvia ingin kembali pada Papa. Tapi Papa yang sudah menikah lagi, jelas menolak. Apalagi saat itu, Mama Iren sedang hamil. Dan Papa juga tidak akan pernah bisa melupakan pengkhianatan yang dilakukan ibu kamu. Papa langsung mengajukan gugatan cerai. Sayang proses perceraian Papa dan ibumu berjalan sangat lama. Dan selama proses perceraian, ibumu sering datang kerumah dengan dalih ingin bertemu denganmu." Selama Jefri bercerita, Mama Iren sama sekali tak ikut berbicara. Wanita itu duduk dikursi rias sambil menangis.
"Sampai pada suatu malam, Silvia datang dengan koper besarnya. Meminta izin tinggal disini karena dia sudah tak sanggup membayar sewa apartemen. Karena secara hukum dia masih istri Papa dan berhak atas nafkah dari Papa, Papa tak bisa menolak. Dia juga bilang, ingin dekat denganmu sebelum kami resmi bercerai. Dia ingin menebus waktu 2 tahun yang hilang antara dia dan kamu. Papa fikir, tak ada salahnya mendekatkan kamu dengan ibu kandungmu. Namun ternyata, keputusan Papa mengizinkan Silvia tinggal serumah adalah boomerang. Papa dan Mama Iren terus bertengkar karena hasutannya. Silvia juga terus berusaha menggoda Papa." Jefri tersenyum kecut saat ingat seperti apa Silvia memohon padanya untuk kembali. Selain menggunakan Alula sebagai alibi, wanita itu juga sampai rela telan jang didepannya untuk menggodanya. Tapi cintanya untuk Silvia sudah benar-benar mati, dia tak tergoda. Apalagi dia yakin, jika alasan utama Silvia ingin kembali bukanlah demi kebahagiaan Alula, melainkan demi dia yang saat itu mulai meniti kesuksesan.
"Usahanya untuk kembali pada Papa gagal karena Papa sudah terlalu muak dengannya. Sampai hari yang ditunggu datang, hakim memutuskan kami resmi bercerai. Papa pikir, semua masalah selesai.Tapi ternyata tidak. Gagal merusak rumah tangga Papa dan Mama Iren, Silvia makin nekat. Dia yang benci Mama Iren karena dianggap merebut Papa, merencakan penculikan pada Eliza."
"Pe-penculikan?" Alula sampai geleng-geleng. Benarkah ibu kandungnya sejahat itu?
"Iya, Eliza diculik. Saat itu, kami tak tahu siapa pelakunya. Ibumu punya banyak sekali koneksi, baik dalam maupun luar negeri. Jadi tak heran jika dia tahu sindikat penjualan anak dan wanita. Saat itu usia Eliza 12 tahun, kelas 6 SD."
Mama Iren meremat ujung blousenya dengan kuat. Dadanya bergemuruh hebat jika ingat peristiwa itu. Penculikan Eliza menjadi peristiwa terburuk sepanjang hidupnya.
"Tiga hari Eliza hilang tanpa kabar, membuat Mama Iren sangat tertekan. Mama yang saat itu hamil 8 bulan, mengalami pendarahan hebat hingga puncaknya, bayi tersebut meninggal saat masih dalam kandungan. Sebenarnya sejak Silvia tinggal satu rumah dengan kami, Mama Iren sudah mulai mengalami tekanan. Mama Iren sudah berkali-kali meminta Papa mengusir Silvia, namun bukanya mengusir, Papa malah menyuruhnya bersabar hingga proses perceraian selesai. Bayi berjenis kelamin laki-laki itu papa beri nama Arkana." Jefri menyeka air matanya. Teringat wajah biru Arkana yang dilahirkan secara caesar karena sudah meninggal didalam kandungan. Padahal dia dan Mama Iren sangat menanti kehadirannya sebagai pelengkap keluarga.
Mama Iren memegangi dadanya yang terasa amat sesak. Dunianya seperti hancur saat itu. Seorang anaknya hilang, dan seorang lagi meninggal. Hampir saja dia gila karena itu.
"Tepat seminggu Eliza hilang, polisi berhasil menemukannya. Dia berada disebuah kapal yang akan membawanya keluar dari Indonesia. Dia tak sendiri, tapi bersama beberapa anak dan wanita muda. Dibalik kelegaan kami karena Eliza ketemu, ada satu fakta yang begitu membuat kami kembali terpukul. Eliza mengalami pelecehan seksual selama dia diculik."
Alula reflek membekap mulutnya. Dia sungguh tak menyangka jika Kakaknya pernah mengalami kejadian yang sangat mengerikan seperti itu. Pantas saja Eliza sangat pendiam, bisa dibilang introvert. Tapi Eliza mendadak berubah sejak kenal Willy.
"Eliza menglami trauma hebat. Dia takut pada orang, terutama laki-laki. Bahkan pada Papa, dia juga takut. Kami membawanya berobat kemanapun, bahkan sampai keluar negeri. Eliza sampai putus sekolah. Dia mengikuti ujian paket untuk mendapatkan ijazah SD. Setelah itu dia home schooling, kamu ingatkan, saat Kakak kamu sekolah dirumah?"
Alula mengangguk. Dulu dia juga sempat berfikir, kenapa Kakaknya sekolah di rumah, ternyata ini alasannya.
"Kasus penjualan anak tersebut terus didalami polisi, sampai akhirnya muncul 1 nama yang membuat kami syok. Silvia, ternyata dia yang telah menjual Eliza pada sindikat tersebut. Silvia meninggal dalam kecelakaan saat dia menjadi buronan polisi. Sampai saat ini, Eliza tidak tahu jika yang telah merencanakan penculikannya adalah Silvia."