Bosku Pembalap Posesif

"Harus dipingit ya Mo?" tanya Kanaka entah sudah ke berapa belas kali dia bertanya kepada Letta.

"Kenapa sih mas? Dua hari lagi juga kalian udah sah lho!" Letta melirik judes ke Kanaka yang terus merongrongnya untuk bertemu Rere.

Sebagai ibu banyak hal yang mesti Letta kerjakan, mengecek lagi seserahan yang harus dibawa besok, mengecek progres pemasangan dekorasi tempat akad Kanaka dan Rere.

Tak beda jauh dengan Letta, Devano juga terlihat sibuk menemui keluarga yang datang untuk acara Kanaka lusa.

Sesuai dengan permintaan Kanaka dan Rere, pernikahan mereka diselenggarakan dengan sederhana di rumah yang akan jadi tempat tinggal Kanaka dan Rere.

Riweh banget kan? jadilah bukan hanya Devano dan Letta yang sibuk, Vetsa dan Berlin pun ikut turun tangan, mereka yang bertanggung jawab sama makanan dan dekorasi serta tenda untuk acara.

Sudah ditawari memakai ballroom hotel milik opanya, atau restauran milik Pipo nya, dan Kanaka tegas menolaknya karena permintaan Rere.

Bukan tanpa alasan sih Rere meminta itu, pas acara nanti Rere hanya ditemani oleh ibunya dan beberapa tetangga dekatnya, apa tidak akan jadi pertanyaan orang yang hadir melihat kondisinya itu karena Rere tak mau mengundang keluarga dari bapaknya.

Andai saja mereka tahu bahwa Kanaka adalah cucu Bramenda Wicaksono pendiri Bramenda corp dan juga cucu dari pendiri Aurora inti persada corp yang menaungi beberapa hotel yang tersebar di Indonesia dan juga di luar negeri, tentu keluarga itu akan tertunduk di depan Rere.

Masih terbayang dalam ingatan Kanaka, saat ia menawarkan balas dendam kepada Rere, dengan lugas dan bijak Rere menolaknya dengan berkata 'semesta nggak akan tinggal diam kok aku di zolimi kayak gini!'

Damn it! Kebaikan dan pesona Rere, entah kenapa membuat kadar cinta Kanaka kepada Rere seakan bertumbuh subur hari lepas harinya, membuat cowok ganteng itu sudah lumpuh terkena racun mematikan yang bernama cinta yang ditancapkan Rere kepadanya.

"Mas.... dipanggil Pipo!"' Kepala Keiko menongol di pintu kamar Kanaka yang terkuak, sejak rajukannya dimentahkan oleh Mimo, Kanaka memang kembali ke kamar dan melamunkan banyak hal.

"Ish.... bisa ketuk pintu nggak sih Kei?!" ucap Kanaka ketus.

"Enggak!" sahut Keiko sambil tersenyum lebar menampilkan barisan gigi putihnya yang berjejer rapi.

Kanaka merotasi kedua matanya, rasanya dia tuh kesel banget punya adek sebiji yang suka seenaknya dan semena-mena.

Kanaka mencari keberadaan Pipo nya, dan menemukan Pipo di teras belakang, disana ada uncle Vetsa bersama Piponya.

"Unc.... " Kanaka mendekat dan mencium punggung tangan Vetsa.

"Gimana Ka, udah siap?" tanya Vetsa menggoda keponakannya yang duduk di sebelahnya.

Kanaka hanya tersenyum paham maksud uncle nya, menikah diusia yang terbilang muda, memang butuh persiapan.

"Anak lo Dev, astaga! Bocil gue yang usianya lebih tua aja pada belum pada berani kawin, ini anak lo ckckck," ledek Vetsa sambil nyengir.

"Sudah ketemu jodohnya, biarin aja yang penting tanggung jawab ama keputusannya dan satu untuk selamanya," ucap Devano santai.

"Pastilah Pip, nggak mungkin Naka sebodoh itu, lagian Rere anak yatim, nggak pantes buat aku sia-siain," kata Kanaka mantap.

"Good! Terus kamu habis nikah langsung masuk ke kantor? Uncle mau kosongin satu posisi buat kamu."

"Jadi Unc, tapi aku maunya sekretarisku Rere," sahut Kanaka.

"Hah?!" Devano dan Vetsa langsung menoleh bersamaan menatap Kanaka dengan terkejut.

Lagi pada kaget eh dari dalam rumah, Letta tertawa renyah sambil menggoda Berlin adik iparnya.

"Senenglah, namanya juga mau dapet anak cewek lagi, ketiga cowok di rumah ini nggak asyik kalo lagi diajakin hang out!" Suara Letta terdengar antusias hingga membuat Kanaka, Devano dan Vetsa menggeleng dramatis mendengar antusiasme Letta.

***

Hari yang ditunggu itu akhirnya datang juga, Rere dan bu Laras dirias di rumah Kanaka yang sekaligus akan dijadikan tempat acara.

Sementara Kanaka bersiap dari rumah orang tuanya yang hanya berbeda blok dengan rumah Kanaka yang dijadikan tempat acara.

"Mbak Rere ini kontur wajahnya tuh bagus banget lho mbak, di make up kayak gini jadi manglingi banget, apalagi emang mbaknya nggak suka dandan." MUA yang mendandani Rere sejak tadi terus memuji kecantikan Rere.

Rere yang sebenarnya sedang mencuri waktu untuk tidur sebentar akhirnya membuka matanya dan mendapati wajahnya sudah dirias paripurna.

Tinggal hair do dan mengenakan kebaya pengantinnya lalu selesai, dia siap untuk melangsungkan janji suci pernikahannya dengan Kanaka.

Tepat pukul lima sore Keiko dan Dewinta datang ke kamar yang digunakan Rere untuk bermake-up, mengiring Rere menuju ke tempat akad.

Kanaka sudah berdiri disana, dengan menggunakan beskap (busana pernikahan adat Solo), menatap Rere yang berjalan mendekat ke arahnya.

Nafas Kanaka tercekat, karena dia begitu terpesona dengan kecantikan Rere yang menggunakan kebaya berwarna putih.

Paes yang tergambar di wajah Rere dan juga rangkaian bunga melati yang menjuntai sampai ke perut itu membuat Rere semakin mempesona.

Kanaka meraih tangan Rere dan menuntun calon istrinya duduk di sampingnya.

Keluarga Kanaka dan keluarga Rere yang hanya ditemani oleh ibunya, keluarga Dewinta dan juga beberapa tetangganya sudah berkumpul disana untuk menyaksikan janji suci keduanya.

Dalam satu tarik nafas Kanaka berhasil menghalalkan Rere, dan kumandang kata sah menjadi pertanda bahwa mereka telah resmi jadi suami istri.

Setelah memasangkan cincin di jari manis masing-masing, untuk pertama kalinya Rere mencium punggung tangan Kanaka sebagai bentuk bakti terhadap sang suami.

Kini hidup Rere diserahkan untuk berbakti kepada Kanaka sebagai suami dan imam yang akan membawa mengarungi kehidupan yang baru.

Rere menunduk, meneteskan airmata, dia mengingat bapaknya yang telah berpulang dan tak bisa menyaksikan dia menikah dengan Kanaka.

Tapi Rere tahu bapak melihatnya dan merestui pernikahannya bersama Kanaka dari atas sana.

Kanaka mengenggam lembut tangan Rere, mengangsurkan tissue untuk menghapus airmata Rere yang mulai menggenang di sudut matanya.

Rere kembali terisak ketika ia sungkem ke bu Laras sebagai satu-satunya orang tua yang tersisa, begitu juga saat Rere sungkem sama Letta dan Devano yang begitu menyayangi dan menerima dia apa adanya.

Akhirnya acara yang mengharu biru itu berakhir dan dilanjutkan dengan jamuan makan malam bersama tamu undangan.

Pernikahan yang mengusung konsep intimate wedding itu membuat keduanya membaur bersama keluarga dan tamu undangan yang berjumlah tak lebih dari seratus orang itu.

Meski hanya dilaksanakan di rumah, tapi kesan mewah dan elegan jelas terlihat disana.

Bunga mawar segar ditaruh disetiap sudut ruangan menambah kesan romantis, makanan yang disajikan pun adalah makanan premium yang dipilih oleh koki terbaik baik dari restauran milik Devano maupun dari hotel Vetsa.

Ya pada akhirnya impian Kanaka untuk menikahi pujaan hatinya terlaksana dengan baik, meski dia tahu ada ujian yang menanti mereka di depan sana.