Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Satu minggu terasa begitu cepat berlalu, dan besok adalah hari yang ditunggu, dimana pemberkatan Jonathan dan Sherin akan dilakukan. Namun bukannya bahagia, Sherin justru terlihat murung di kamarnya.
"Papa tidak mau tahu, kau harus membantu Papa untuk menstabilkan perusahaan keluarga kita yang hampir bangkrut. Papa butuh pasokan dana dan jika kau menikah dengan keluarga Fox, maka perusahaan keluarga kita masih bisa aman."
"Tapi, Pa—"
"Menikah dengan Jonathan atau keluar dari rumah ini!"
Sherin tersenyum pahit saat mengingat pembicaraannya dengan sang papa beberapa hari yang lalu. Ia tidak menyangka jika Papanya akan tega menukar kebahagiannya demi keberlangsungan perusahaan.
Sherin melihat jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul sepuluh malam, lalu tatapan matanya tertuju pada koper miliknya yang ada di atas lemari. Sherin mengambil koper tersebut, lalu meletakkannya di atas ranjang dan melihat isi di dalamnya. Terlihat pakaian balet miliknya, sepatu dan aksesoris lain yang berkaitan dengan dunia seni yang ia sukai. Ia ambil sepatu balet miliknya, lalu mengusap permukaannya pelan.
"Lima tahun aku mengusahakan semuanya, apa aku sudah benar-benar siap untuk melepaskan semua ini?" monolog Sherin.
Sherin kembali meletakkan sepatunya ke dalam koper. Ia lantas berjalan menuju balkon dan menatap cahaya bulan yang memantulkan cahaya begitu terang dari atas langit sana. Sesaat kemudian, ia kembali melihat ke arah kopernya.
"Hanya membutuhkan tiga tahun lagi, setelah itu aku benar-benar bisa menggapai apa yang aku impikan." Sherin menarik napas dalam-dalam dan mencoba meyakinkan hatinya. "Aku tidak akan melepaskan impianku. Maafkan aku Ma, Pa." ucapnya penuh keyakinan.
...•••***•••...
Cerahnya sinar matahari pagi bak sebuah gambaran suasana hati Jonathan yang saat ini juga tengah gembira. Penampilan Jonathan sudah sangat sempurna, ia mengenakan setelan jas berwarna hitam, dengan setangkai bunga yang tersemat di saku jasnya sebagai pemanis. Senyum teduh tidak hentinya menghiasi wajahnya pagi ini, seakan turut menggambarkan kegembiraan hatinya yang dalam hitungan jam akan menyandang status baru sebagai suami dari wanita yang sangat ia cintai.
Mommy Alice masuk ke kamar putranya dan ikut tersenyum sumringah saat melihat tampilan putranya yang sudah sangat tampan. "Kau persis seperti Daddy-mu saat menikahi Mommy dulu," ucap Mommy Alice.
"Benarkah?" tanya Jonathan.
"Hm, Daddy-mu juga terlihat begitu tampan dan gagah sepertimu saat masih muda dulu." Tanpa terasa, air mata berlinang di sudut mata Mommy Alice saat teringat mendiang suaminya.
"Mom, ada aku yang menggantikan Daddy, jadi jangan pernah bersedih lagi." Jonathan menghapus air mata di kedua mata Mommy-nya dengan lembut.
"Hm, Mommy tahu itu." Mommy Alice sedikit membenahi letak bunga di saku jas putranya, lalu mengusap sedikit permukaan jas putranya agar terlihat lebih rapi. "Setelah menikah nanti, jangan lupa berikan cucu yang banyak untuk Mommy. Mommy ingin merasakan rumah besar kita ramai oleh suara anak-anak."
"Mommy tenang saja, aku sudah merencanakan untuk memiliki sebelas anak bersama Sherin."
"Hm, itu sangat baik." ucap Mommy Alice, hingga membuat ibu dan anak itu tertawa bersamaan.
Tok tok tok
Mommy Alice melirik ke pintu kamar. "Siapa?" tanyanya.
"Saya, Nyonya besar."
Mendengar suara Paulus, Mommy Alice langsung membuka pintu kamar. Ternyata, bukan hanya ada Paulus di depan kamar Jonathan, melainkan juga ada kedua orang tua dari Sherin yang anehnya memakai pakaian biasa saja.
"Ada apa ini? Dimana baju keluarga kalian?" tanya Mommy Alice.
"Nyonya maaf, kami datang kemari ingin memberikan kabar kepada anda bahwa Sherin melarikan diri." ucap Papa Liam takut.
"Melarikan diri? Apa maksud kalian?" Bukan Mommy Alice, melainkan Jonathan yang angkat bicara.
Mama Rani memberikan sebuah kertas kepada Jonathan. "Aku menemukan itu di atas bantal Sherin pagi ini, dan surat itu Sherin tulis untukmu."
Jonathan mengambil surat tersebut dan langsung membacanya. Setelah membaca surat tersebut, Jonathan mengepalkan tangannya, hingga urat-urat tangannya terlihat jelas.
"Sherin sudah membatalkan pernikahan ini, Mom." Hanya itu yang bisa Jonathan sampaikan pada Mommy-nya.
"Sekali lagi maafkan kami, Tuan, Nyonya, kami juga baru mengetahui pagi ini jika Sherin pergi. Kami berjanji, jika kami menemukan Sherin, maka kami akan menghukum anak kurang ajar itu. Dia sudah melempar kotoran ke wajah saya secara tidak langsung." ucap Papa Liam geram.
"Ini penghinaan besar untuk keluarga kami. Mulai saat ini, hubungan kerja sama diantara kita batal." ucap Nyonya Alice tegas.
"Nyonya, saya mohon jangan batalkan kerja sama kita, kalau tidak perusahaan kami akan bangkrut. Saya benar-benar memohon kemurahan hati anda, Nyonya." mohon Papa liam.
"Paulus, putus hubungan kerja dengan perusahaan mereka." Sebuah keputusan mutlak telah keluar dari mulut nyonya besar, itu artinya tidak bisa diganggu gugat. Setelah mengatakan itu, Nyonya Alice langsung pergi dari sana.
...****************...
Mulai masuk ke part yang sebenarnya ya. Part antara Jonathan dan Zahra yang pastinya bakal bikin aku sebagai penulis ceritanya jadi deg-degan.
Intinya, aku ngga bosan-bosan ngingetin kalian buat terus koreksi novel ini kalau ada yang menurut kalian menyinggung satu pihak. Karena aku tahu, akan banyak banget pro dan kontra di bab-bab selanjutnya.
So, see you next part, guys!
double up