Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Jempol bikin malu
Udah dua hari sejak kejadian balikannya Dieska dan Yudis, Bella nggak lagi nongol ke kos ku. Dieska juga makin menjauh, dia sibuk ngurusin bayi gedenya. Tiap hari, abis pulang kerja dia bakal sempet-sempetin ke rumah sakit buat ngurus Yudis. Gantiin popok, nyuapin, nyebokin, lap ingus juga mungkin. Mungkin lho ya, aku nggak tau. Nggak mau tau juga!
Aku? Masih sama Abyan cuma rasanya beda aja. Perbedaan bukan datang dari Abyan tentunya tapi karena renggangnya hubungan ku dan dua sahabatku.
Kek sekarang, Sabtu sore. Aku duduk asik di depan kos, jempolku sibuk menscrol barang-barang di aplikasi belanja onlen. Ada daster, daleman, raket nyamuk, alat garuk badan, nyampe pesawat kertas pun ada yang jual di sana. Nggak tahu aku deh, orang gabut mana yang posting gituan di aplikasi itu. Yang pasti bukan aku! Kalaupun itu aku, bakal ku tambahi sama kertas lipat bentuk bola buat di jual. Karena satu-satunya keahlian origami ku hanya meremas kertas jadi bentuk bola kecil-kecil.
"Serius banget, liatin apa?" Abyan ada di samping ku. Kapan datengnya?
"Kamu turunan jin ya? Bisa clang cling kapan aja." Aku bertanya tanpa melihatnya.
"Bukan turunan jin, tapi tanjakan cinta.. Aku ke sini karena merasa kamu butuh aku di sini. Ya udah.. Tau tau aku ada di sini." Jawabnya enteng.
"Ha ha ha. Lucu!" Kataku pura-pura tertawa.
"Makan nih. Jangan karena galau jadi males makan gitu, aku perhatiin kamu kurusan." Ucapnya sambil menyodorkan tupperware yang aku nggak tau isinya apa.
Aku ambil aja. Taruh lagi di sebelah ku, belum laper juga. "Kurusan? Kamu liatnya sambil merem ya?"
"Bandelnya, ngapain malah dipindah tempat. Kan aku nyuruh kamu makan, apa mau tak suapi?" Dia berdiri, mengambil lagi tupperware tadi. Dia buka kotak itu dan menyendok nasi yang ternyata berteman rendang daging di dalamnya.
"Aku bukan bocah By," Tolak ku. Aku nggak mau di kata bayi gede lah!
Tapi, Abyan kekeh menyodorkan sendok tadi ke arahku. Aiih.. Maksa banget sih kamu Bwaaang! Antara nggak enak sama laper itu sodara atau bukan aku nggak tahu, yang aku tahu itu kotak makan yang tadi full isi makanan ini itu jadi kandas tinggal sendok yang menemani si kotak.
"Good. Pinter deh," Asli aku berasa kek bocah TK yang dimanjain bapaknya.
Lagi cerita tentang kerjaan ku yang makin nggak manusiawi pada Abyan, Bella dateng. Dia cemberut. Aku tahu dia lagi bete. Keliatan kok dari auranya.
"Njiiir.. Di mana-mana dipenuhi orang bucin!" Ucapnya yang duduk bersila tanpa permisi. Dia membuka kotak tupperware yang sudah tak ada apa-apanya.
"Nggak sopan! Naruh ginian di sini, biar apa hah?" Bella melempar asal tupperware tak berdosa itu.
"Ada apa? Kamu kek kunti lagi datang bulan. Bawaannya pengen numbalin orang aja." Kataku.
"Dieska ke rumah sakit lagi?" Dia malah bertanya pada hal yang sebenarnya dia sudah tahu jawabannya.
"Iya lah. Bayinya kan nggak bisa cebok sendiri jadi ya kudu ada babu yang ngurusin dia." Ujarku. Aku kesel juga lama-lama sama Yudis dan Dieska, kapel satu ini tak memberi dampak positif tentang hubungan mereka pada kami, sahabatnya. Itu juga kalau masih dianggap sahabat.
"Nggak buntung aja itu tangannya. Kezel!" Diajak ghibah, aku yo lanjut aja. Apalagi punya lawan yang sefrekuensi. Makin nyambung dan betah aja kami ghibahnya.
"Eh.. Mana cowokmu? Kok ngilang?" Tanya Bella celingukan mencari keberadaan Abyan.
Aku ikut melihat ke sekeliling. Taunya kang lato lagi main latonya sama Handi, huum.. Mereka lagi adu main ketek-ketek itu. Ah biarin aja, masa kecil mereka kurang bahagia mungkin.
"Dieska parah ya." Kata Bella menyepol rambut mejikuhibiniu nya asal.
"Biarin aja. Masih anget-angetnya ya kek gitu Bel. Bener kata orang.. Kalau cinta udah melekat, tembelek ayam pun rasa coklat."
"Lidahnya udah nggak fungsi itu, ya kali tai ayam sama coklat nggak bisa bedain. Potong aja lidah durjana kek gitu, timbang bikin orang tremor."
Aku tertawa aja. Bella kan emang kalo lagi julid suka total. Nggak peduli itu lawan apa kawan, semua di bantai dan di sama ratakan. Julidnya nggak pandang bulu gengss.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan banyaknya notifikasi dari aplikasi belanja onlen di hpku. What the hell!! Aku melotot tak percaya dengan apa yang aku lihat. Di sana tertera aku ngeklik banyak barang tanpa aku tau kapan ngekliknya.
Aku berusaha membatalkan pesanan, beberapa bisa tak cancel tapi ada juga yang tidak merespon ku. Asyeeem.. Ini mana daleman cowok juga turut ku klik lagi. Pengen nangis rasanya.
Bella mendekatiku, kepo dengan apa yang aku lakukan. Dia melihat kecemasan yang nyata dari bulir-bulir keringat yang muncul di wajahku.
"Kenapa? Nge gap kang lato selingkuh?" Tanyanya.
"Bukan kambeeeng! Ini liat, ya Allah.. Masa orderan di batalin nggak bisa sih. Ini gimana ceritanya!" Aku menunjukkan ponselku padanya.
"Huahahahaa... Mamam tuh semvakk!! Apaan lagi tuh, buset penumbuh brewok juga kau order aduuduuuuh parah ini mah paraaah.. Oeee By! Sini lu, nih si Shanum beliin lu daleman sama penumbuh brewok huahahahaha."
Aku bungkam mulut minus sopan santunnya Bella. Gila, malu nggak? Ya malu lah! Mana Abyan langsung nyamperin aku lagi.
"Hmm apa Bel?" Dia mendekat ke arahku tapi bertanya pada Bella.
"Diem Bel plis... Mulutmu itu udah kek petasan marebuan." Aku sembunyikan HP ku ke balik cardigan. Jelas aku nggak mau kalau Abyan liat kelakuan tak terpuji jempolku.
"Ada apa Num?" Dia mengulang pertanyaannya.
"Nggak By nggak.. Kamu sana lah sama Handi main lato-lato lagi..." Aku mendorongnya agak jauhan, soalnya dia udah berada persis di sampingku.
"Tadi si Shanum mesenin kamu semvvak sama penumbuh brewok huahahaha.."
Rasanya aku pengen ngilang ke mana aja asal nggak ada Abyan di sana. Malunya nyampe ke ubun ubun. Dan buat kamu ya Bel.. Abis ini bakal ku cabein itu mulut tak beradap mu!
"Masa? Makasih ya. Kamu ini... Ada aja hal yang bikin aku makin sayang sama kamu.. Perhatian kamu nyampe ke arah sana lho. Tapi, emang kamu tau ukuran ku?"
Bella makin ngakak aja. Puas kau Bel puaaas?? Aach ini hari apa lho, bisa-bisanya aku mempermalukan diriku sendiri kek gini.
Aku nyampe nggak bisa ngomong apa-apa saking siyoknya. Mungkin buat sebagian orang, beliin pasangannya hal-hal gituan itu biasa, lha tapi nggak buatku! Boro-boro beliin, mikir pelindung onderdilnya ukuran berapa aja nggak pernah! Tolong beri aku ember atau kresek buat nutupin muka ku gengss.. Aku malu!!