"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berpamitan..
Pukul dua siang, dua mobil mewah milik keluarga Faisal sudah bersiap di depan gerbang Pesantren. Hilman, Selena, dan Patricia menunggu dengan tidak sabar untuk segera meninggalkan suasana desa yang mereka anggap membosankan.
sang supir menyeret koper milik Rukayyah yang cukup besar, entah isinya apa, sampai supir itu menggerutu tidak suka.
" lama banget sih mereka... tidak tahu apa ini sangat panas, nanti kulitku hitam lagi" gerutu Patricia pada mamanya.
" biarkan saja... namanya juga perpisahan" jawab Selena tersenyum misterius.
Hilmam hanya memutar bola matanya malas melihat saudara ipar dan mama tiri nya itu, mereka sudah berpamitan terlebih dahulu, dan berdiri di dekat mobil.
Di sisi lain, perpisahan antara Rukayyah dan keluarga Kyai Rahman berlangsung penuh emosi. Hanya dalam beberapa bulan, Rukayyah telah menjadi bagian tak terpisahkan. Ia mencium tangan Kyai Rahman dan Ibu Nyai, berjanji akan menjaga nama baik keluarga dan wasiat yang telah ditunaikannya.
" umi.... Abah, kalian jaga kesehatan ya, doakan Ayya, semoga Ayya bisa menjadi istri Solehah" ucap Rukayyah yang sedang memeluk kedua orang tuanya...
" iya nak, kamu juga jaga diri baik-baik ya" balas Ibunda yang masih berkaca-kaca, rasanya belum puas beberapa bulan bersama putri bungsunya... yang dari kecil memang keras kepala, tetapi setelah dewasa... begitu lembut hatinya... dengan lapang dada menerima wasiat dari kakeknya.
Yusuf memeluk adiknya erat-erat. Ia tahu Rukayyah adalah yang paling kuat di antara mereka, namun ia juga tahu betapa kerasnya dunia yang akan dihadapi adiknya di kota.
"kamu harus selalu baik" ucap Yusuf pelan.
" insyaallah mas" jawabnya... lalu rukayah memeluk kakaknya satu-satu, juga pada keponakannya yang sudah berkumpul untuk mengantarkan dirinya pergi.
Namun, yang paling histeris menangis adalah Zora.
Zora sudah memiliki saudara perempuan kandung, tetapi ia menemukan koneksi jiwa yang unik dan mendalam pada diri Rukayyah. Zora telah sangat menyayangi Rukayyah seperti adik kandungnya sendiri. Hanya Rukayyah yang mengetahui sisi gelap Zora yang pemberani, dan hanya Zora yang mengagumi kekuatan rahasia Rukayyah.
Zora memeluk Rukayyah dengan erat, air matanya membasahi cadar hitam Rukayyah.
Zora Tersedu-sedu "Rukayyah...hiks hiks hiks jaga dirimu baik-baik, ya. Jangan lupakan aku. Kalau mereka macam-macam, kamu harus lawan! Ingat semua yang aku ajarkan!"
Rukayyah Meskipun mata Rukayyah di balik cadar juga berkaca-kaca, ia tetap tenang "Aku ingat, Kak Zora. Kakak jangan khawatirkan aku. Kakak fokus pada kandungan Kakak. Doakan aku agar bisa mengendalikan diri di sana."....
" aku....masih merindukan mu, kau adalah adikku....hiks....adik yang suka aku suruh-suruh untuk memenuhi ngidamku.... Hiks hiks hiks " .
Karena terlalu lama istrinya menangis, Yusuf akhirnya menarik istrinya dari pelukan adiknya.
" sudah sayang, biarkan Rukayyah berangkat" ucap Yusuf dengan lembut menenangkan istrinya. Mengelus perut buncit istrinya dengan sayang...
Selena dan Patricia hanya berdiri sedikit menjauh, memandang Zora yang menangis histeris dengan tatapan meremehkan.
Selena berbisik pada Patricia "Lihatlah. Begitulah watak wanita manja. Berlebihan. Aku tidak sabar melihat Rukayyah menangis histeris seperti itu saat ia tahu kehidupan nyata di rumah kita."
Mereka tidak tahu bahwa tangisan Zora bukanlah tangisan kelemahan, melainkan tangisan persaudaraan sejati, dan bahwa adik ipar yang mereka anggap lemah itu tidak akan pernah memberikan kepuasan berupa air mata kepada mereka.
" benar mah, dulu dia sangat sombong, mentang-mentang pewaris satu-satunya dari keluarga yang sangat kaya" balas Patricia berbisik pada Selena .
Sementara Hilman tidak perduli dengan mereka yang berbisik-bisik pada Zora, dulu dirinya juga sempat mengagumi Zora, tapi melihat kenakalan Zora yang suka membuat ulah, membuat Hilman enggan untuk mendekati,dan lebih memilih menjalin hubungan dengan sekretaris nya yang baik dan polos, serta penurut.
Tuan Faisal Berbisik, "suaranya dipenuhi rasa segan dan hormat "Kyai, saya tahu acara ini sangat sederhana. Saya juga sadar bahwa wasiat ini telah membebani putri Kyai yang sudah terbiasa dengan kebebasan di luar negeri." ucap Faisal yang tahu tentang pendidikan menantunya tapi dia tidak boleh mengatakan pada semuanya kecuali atas izin Rukayyah sendiri.
Tuan Faisal mengeluarkan sebuah amplop tipis dan bersih yang telah tertutup rapat. Ia menyelipkan amplop itu ke tangan Kyai Rahman, sambil menepuknya dengan lembut.
"Tolong, Kyai. Ini adalah uang dapur untuk Rukayyah, dari saya. Anggap ini sebagai tanda terima kasih saya karena telah menunaikan wasiat ayah saya." ucap tuan Faisal sambil memeluk kyai Rahman.
Kyai Rahman yang merasa tidak enak, mencoba menolak.
"Tuan Faisal, ini terlalu berlebihan. Kami tidak mengharapkan apa-apa..." balasnya...
Tuan Faisal Memotong dengan bijak "Jangan melihat nilainya, Kyai. Lihatlah niatnya. Saya tidak ingin Rukayyah merasa diremehkan karena pernikahannya yang terburu-buru. Dan, tolong jangan beritahu Selena dan Hilman tentang ini. Mereka tidak perlu tahu."
" baiklah kalau begitu saya akan menerima nya...tolong jaga baik-baik putriku" ucap kyai Rahman.
Tepat sebelum Rukayyah memasuki supercar hitam Hilman, Kyai Rahman menahan langkah menantunya itu. Kyai Rahman menatap lurus ke mata Hilman, wajahnya yang tenang kini memancarkan wibawa seorang pemimpin dan ayah yang melindungi.
Seluruh rombongan, termasuk Tuan Faisal dan Selena, terdiam mendengarkan.
Kyai Rahman berbicara, Nadanya penuh haru namun tegas "Hilman. Kamu kini sudah menjadi menantuku, dan suamiku Rukayyah. Aku tahu kalian menikah karena menunaikan wasiat, bukan karena cinta yang kalian pilih sendiri."
Kyai Rahman meletakkan tangannya di bahu Hilman.
"Tanggung jawabmu sangat besar. Jaga baik putriku. Hormati dia sebagaimana ia menghormati suaminya. Lindungi kehormatan dan agamanya."
Kemudian, Kyai Rahman menyampaikan kalimat paling penting yang merangkum martabat putrinya .
"Ingat pesanku, Nak. Jika di tengah jalan kamu merasa tidak sanggup, jika kamu tidak bisa menerima Rukayyah seutuhnya... kalau kamu tidak terima, kembalikan dia kepada kami dengan baik-baik."
Ucapan Kyai Rahman itu adalah peringatan sekaligus perlindungan. Ia menegaskan bahwa Rukayyah bukan barang yang bisa diperlakukan sembarangan, ia berhak atas kebahagiaan. Jika Hilman tidak bisa memberikannya, Pesantren siap menerima Rukayyah kembali tanpa cacat dan dengan penuh kehormatan.
Hilman terdiam. Tatapan Kyai Rahman yang sarat makna itu menembus keangkuhannya. Meskipun ia sudah berniat membawa Rukayyah untuk formalitas belaka, ia harus menelan teguran mertuanya dan mengangguk.
"Baik, Kyai. Saya akan mengingat pesan Kyai." ucapnya tegas namun tetap ada kelembutan di sana.
Baru setelah itu, Rukayyah yang mendengarkan dari dekat, naik ke mobil, dan rombongan itu pun meninggalkan Pesantren...
***
Setelah Tuan Faisal dan keluarganya pamit kembali ke kota, Kyai Rahman masuk kedalam bersama keluarganya, kyai Rahman yang penasaran membuka amplop itu. Matanya terbelalak melihat sebuah cek dengan nilai yang fantastis satu miliar rupiah (Rp 1.000.000.000,00).
" masyaaAllah...., ini banyak sekali" ucap kyai Rahman terkejut.