Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Bel istirahat berbunyi nyaring, dan kantin sekolah, segera dipenuhi keriuhan anak-anak. Lily dan Luca duduk di sudut terjauh, menikmati makanan mereka dalam damai.
Mereka adalah dua dunia yang saling melengkapi dan tak peduli dengan dunia luar.
Lily asyik menikmati mie goreng yang ia beli, sementara Luca hanya menyendok supnya perlahan. Tiba-tiba, seorang gadis kecil bernama Cleo berdiri di hadapan mereka.
Cleo mengenakan pakaian mahal, matanya memancarkan kesombongan yang khas.
“Lihat, si miskin dan si penyakitan sedang makan,” cibir Cleo.
Lily mengabaikannya, pura-pura fokus pada mi gorengnya. Luca hanya menunduk, mengaduk supnya tanpa minat.
Merasa diabaikan, Cleo menjadi lebih berani. Dengan sengaja, ia menyenggol lengan Lily saat ia pura-pura berjalan melewati meja.
Prang!
Semangkuk mie goreng Lily tumpah ke lantai, sausnya memercik sedikit ke seragam Cleo.
Lily langsung bangkit berdiri, matanya yang bulat menatap tajam ke arah Cleo. Wajahnya yang chubby kini memerah karena marah.
“Kau sengaja, Cleo!” desis Lily.
“Ups. Maaf,” balas Cleo, tanpa penyesalan. Ia tertawa, menutupi bibirnya dengan tangan seolah itu adalah kecelakaan lucu.
“Makanan murahan itu licin. Kau tahu, sup truffle-ku tidak akan pernah tumpah semudah itu.” Cleo memamerkan kotak bekal mewahnya.
Luca, yang pendiam, akhirnya angkat suara. “Minta maaf yang benar, Cleo. Dan bayar mie Lily,” ucapnya datar, suaranya tenang meskipun wajahnya masih sedikit pucat.
“Oh, lihat. Si lemah bicara!” Cleo memutar matanya, beralih menyerang Luca. “Kau itu harusnya diam, Luca. Kau kan selalu batuk, sebentar-sebentar pingsan. Jangan-jangan sebentar lagi kau mati, jadi kau tidak usah ikut campur urusan orang sehat.”
Kata-kata Cleo, yang menghina kondisi Luca, berhasil membangkitkan kemarahan Lily melebihi tumpahan mi gorengnya. Lily tidak terima saudara kembarnya dihina.
Lily menarik napas dalam-dalam. Wajahnya tiba-tiba menjadi sangat serius, menghilangkan semua kesan kekanak-kanakan.
“Dengar, Cleo,” ujar Lily, suaranya sangat jelas hingga beberapa anak di dekat mereka ikut menoleh. “Aku tidak peduli kau punya truffle atau tas mahal. Aku akan berhitung denganmu.”
Lily menyilangkan kedua tangan di dada. Sementara Cleo mulai ketar ketir.
“Satu,” mulai Lily. “Kau menghina Luca karena dia sakit. Tapi Luca adalah anak terpintar di kelas ini. Dia mendapat nilai 100 di tes matematika, sementara kau harus meminta gurumu untuk menambah poinmu. Luca mungkin lemah di tubuh, tapi otaknya jauh lebih sehat dari otakmu.”
Wajah Cleo mulai memerah. Gadis kecil itu menggigit bibir bawahnya sendiri.
“Dua,” lanjut Lily tanpa jeda, menusuk tepat pada kesombongan Cleo. “Kau membanggakan uang yang bukan milikmu. Kami makan dengan uang hasil kerja keras ibuku. Kau pamer sup truffle yang dibeli pakai uang ayahmu, tapi kau tidak punya kemampuan untuk mendapatkan uang itu sendiri. Itu namanya kesombongan pinjaman, Cleo. Itu menunjukkan kau tidak punya nilai diri.”
Pukulan itu telak. Cleo terdiam, air matanya mulai menggenang. Logika cerdas Lily meruntuhkan semua argumen materialistis Cleo.
“Dan yang ketiga,” bisik Lily, mencondongkan tubuh sedikit, membuat kata-katanya terdengar mematikan. “Makanan kami murahan, tapi kami berbagi. Kau punya makanan mahal, tapi kau hanya menyakiti. Orang kaya itu tidak diukur dari apa yang mereka miliki, tapi dari seberapa baik mereka memperlakukan orang lain. Sekarang, bayar mie gorengku dan minta maaf pada Luca.”
Keheningan melanda area kantin itu. Cleo, yang sudah kalah telak dalam adu argumen, tidak bisa membalas. Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu karena rasa malu dan amarah yang meledak.
“Aku benci kalian!” teriak Cleo, lalu berlari pergi sambil menangis, meninggalkan kotak bekal mewahnya yang kini terlihat menyedihkan.
Luca mendongak, menatap Lily. Senyum tipis akhirnya muncul di wajahnya.
“Kau sangat pintar, Lily,” puji Luca.
Lily menghela napas lalu kembali duduk di samping Luca.
“Tentu saja. Sekarang kita bersihkan ini cepat. Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus bertemu papa yang asli sepulang sekolah.”
Luca mengangguk. Ia meraih serbet, tidak ada lagi yang mengganggu makan siangnya. Mereka sudah siap memulai misi mereka.
udh gk ada maaf lagi dri edgar😌
klo km msh berhianat jg udh end hidupmu
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔