Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Abhi
Malam Harinya sesuai permintaan Yesha, Abhi datang ke rumah Yesha untuk makan malam. Karena akan ada yang mereka bahas lagi setelah perceraian entah apa itu. Abhi sudah terbiasa datang ke sana sebagai tamu Yesha sekaligus menjenguk adiknya yang ngekost di tempatnya Yesha.
Jihan kali ini, yang menyambut Abhi. Karena Yesha sepertinya masih mandi tadi, dan ada yang ingin dibicarakan Jihan kepada Abhi. Saat ini mereka berdua sedang berada di tempat terima tamu kost. Jihan minta waktu kepada Yesha untuk bicara dengan kakaknya terlebih dahulu, dan Yesha menyetujuinya.
"Ada apa sih, dek. Kok nyeret-nyeret kakak kesini. Bukannya kita mau makan malam di rumah Yesha ya? " tanya Abhi yang dengan paksa menyeret kakaknya itu dari rumah, Yesha.
"Ada yang mau aku omongin mas," Kata Jihan yang sudah tidak mau memanggil kakak lagi, dia ikut-ikutan Yesha memanggil Abhi dengan sebutan Mas.
"Mau ngomong apa, sih. Kok kayaknya penting banget? " kata Abhi mengejek adiknya itu.
"Sangat penting karena ini demi masa depanmu mas. "Jihan berkata lagi dengan penuh penekanan.
Abhi mengernyitkan alisnya, memandang lekat ke arah adiknya yang berkata dengan serius.
" Apa, cepat katakan. " Abhi kembali ke mode On saat ini, setelah mendengar keseriusan adiknya.
Jihan memberanikan diri untuk mengatakan hal ini, karena selama ini kakanya itu selalu sensitif jika membicarakan masalah percintaan atau perjodohan.
"Maaf sebelumnya, aku mau menanyakan. Apakah mas Abhi memiliki perasaan lebih kepada mbak Yesha? " tanya Jihan kemudian dengans sedikit takut-takut.
"Maksudmu? kakak nggak ngerti. "
"Apakah kakak memiliki perasaan lebih kepada mbak Yesha, seperti nyaman, ingin memiliki atau sudah ke tahap cinta barangkali. " Jihan mengatakannya dengan gaya maju mundur.
"Ooohhh."
"Haaah... ? cuma itu responnya? Nggak ada kata lain apa? " desah Yesha dengan bibir mengerucut.
"Trus kakak harus bilang apa dong sama kamu." Kata Abhi kemudian.
"Jawab pertanyaan ku ini ya, mas. Bagaimana perasaan mas Abhi pada mbak Yesha sampai saat ini. " Jihan berkata dengan sedikit kesal, rupanya otak cerdas Abhi tidak berfungsi saat ini.
"Perasaan kakak sama Yesha ya, biasa aja sih. Emang kenapa." tanya Abhi lagi setelah menjawab pertanyaan Jihan.
"Yang lebih dalam mas....? " kata Jihan lagi yang sudah sangat gemas kepada kakanya itu.
Abhi memicingkan matanya, mulai curiga dengan perbincangan ini.
"Maksud kamu apa sih, Jihan. Bisa ngomong to the point nggak, nggak udah berbelit-belit begini. " ujar Jihan pada akhirnya.
Jihan menggelengkan kepalanya, rupanya Abhi belum tau maksud Jihan memancing dengan perkataan. Harus langsung pada titiknya, rupanya.
"Mas Abhi suka sama mbak Yesha apa enggak? " tanya Jihan pada akhirnya.
"Kamu ini ngomong apa sih dek. " Abhi masih nggak mengerti dengan jalan pikiran adiknya ini.
"Jawab aja mas, apa susahnya sih. Aku punya info bagus buat kamu soalnya, mas. " kata Jihan yang gemas dengan kakaknya yang berte-tele.
Abhi menarik napas dalam, dan mengeluarkannya perlahan.
"Aku, nggak tau. Dek. Awalnya aku hanya kasihan kepadanya, karena gara-gara aku dia bercerai dengan suami nya. Lalu aku menyukai masakannya, karena cocok dengan lidahku. "
"Cocok sama masakannya doang. sama orangnya enggak, gitu? ' tanya Jihan memancing
Abhi menggedikkan bahunya sambil berkata. "Entahlah."
"Ya udah kalau begitu."
"Emang kenapa sih, dek. " Abhi masih penasaran kenapa adiknya menanyakan hal itu kepadanya.
Jihan, mengotak-atik ponselnya. Lalu mengirimkan video kepada Abhi.
"Buka aja mas, tapi dengerinnya pake headset. Biar orang lain nggak dengar. " kata Jihan sambil berjalan menunju kamarnya.
"Mau kemana kamu, dek. " Teriak Abhi pada Jihan yang meninggalkan nya seorang diri.
"Aku mau ke kamar mengambil sesuatu , mas. " Sebenarnya Jihan ingin melihat respon kakaknya itu. Tapi apa boleh buat, panggilan alam itu tidak bisa di tunda.
Abhi lalu membuka ponselnya dan mendengarkan isi video itu sepertii ucapan adiknya. Awalnya Abhi merasa biasa saja dengan perbincangan antara yesha dan pegawainya itu. Namun, wajahnya langsung menegang saat perbincangan itu mengatakn kalau Yesha ternyata banyak yang suka, baik duda atau perjaka.
"Mungkin ini yang di maksud Jihan. " pikirnya. Kini otak cerdasnya sudah terkoneksi dengan baik.
Tak lama Jihan kembali, dengan wajah cerahnya.
"Gimana, sudah mengerti maksudku kan, mas? " tanya Jihan kemudian.
"Iya, aku tau sekarang. "
"Jadi... "
"Aku akan memikirkannya nanti. "
"Inget ya, mas. Jangan menyukai mbak Yesha hanya karena masakannya bisa memanjakan perut dan lidahmu. Tapi sukai dia karena memang ada rasa cinta di antara kalian. Mas Abhi sama mbak Yesha itu sama-sama punya trauma pernikahan karena sama-sama dikhianati. Kalau kalian bisa bersama, setidaknya kalian bisa mengobati trauma itu satu sama lain. " ujar Jihan dengan segala kedewasaan nya. Dan ucapan adiknya itu merupakan tamparan besar bagi Abhi.
Setelah berkata seperti iti, mereka berdua akhirnya, beranjak dari sana menuju rumah Yesha untuk makan malam dan membicarakan sesuatu yang Yesha maksud.
"Udah ngobrolnya?" sapa Yesha saat melihat kakak adik itu masuk ke rumahnya.
"Sudah mbak. " kata Jihan dengan cengirannya. Sedangkan Abhi, entah pikirannya berada dimana saat ini.
"Ya sudah, ayo makan. Keburu dingin nanti makanannya." Ajak Yesha kepada kedua kakak adik itu.
Merekapun mulai makan malam dengan tenang, namun sesekali terdengar candaan antara Aksa dan Jihan. Sedangkan Abhi, dia memandangi makanan yang ada di depannya dengan perasaan yang, entah.
" Kenapa mas, apa makanannya tidak enak ya? " kata Yesha dengan sedikit kecewa.
"Enggak, kok Yesh. Makanannya enak kok seperti biasa. " kata Abhi gelagapan dan Langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Enak banget kok ini mbk. Mbak Yesha memasaknya dengan sepenuh hati ya? " pancing Jihan.
"Iya, tadi kata mas Abhi aku disuruh masak yang enak. Jadi aku masaknya dengan sepenuh hati. kalau setengah hati, kan nggak akan seenak ini Jihan. " kata Yesha sambil terkekeh, niatnya untuk bercanda. Tapi itu sukses membuat Abhi tersedak.
uhuk... uhuk...
Dengan sigap, Yesha menyodorkan minuman untuk Abhi.
"Minum dulu, mas. " katanya kemudian.
Abhi pun langsung meminum minuman yang diberikan Yesha sampai tandas. Jihan yang melihat itu pun hanya mencebikkan bibirnya. Tak bisa di pungkiri, Jihan melihat ada sedikit rasa entah itu suka, sayang, atau cinta di mata Abhi untuk Yesha. Tapi Abhi belum bisa menyadarinya. Dan mungkin kini, kakaknya itu butuh bantuannya untuk menyadari perasaannya kepada Yesha.
Setelah makan malam mereka berkumpul di ruang tamu, Aksa dan Jihan pun ikut nimbrung bersama mereka. Karena tidak ada hal pribadi yang akan dibicarakan.
"Ada apa Yesh, kamu mengundangku kemari. " kata Abhi kemudian saat mereka tengah berbincang.
"Aku mau minta pendapat mas Abhi tentang sesuatu. " Kata Yesha melirik Jihan berharap Jihan membantunys bicara dengan kakaknua itu.
"Gini, mas. Kemarin mbak Yesha cerita sama aku, katanya dia pengen ngembangin usahanya. Kali ini, mbak Yesha mau buka rumah makan sederhana yang menjual makanan rumahan. "
"Wah, bagus itu. Terus, apa yang bisa aku bantu? "
"Mbak Yesha bingung, dia pengennya semua usahanya itu di lakukan di rumah, jadi semua terpantau dari rumah, baik itu toko sembako, toko online, kost-kostan maupun rumah makan yang mau di buka. '
Abhi mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Jihan.
" Terus? "
"Terus, aku pengennya Rumah ini di renovasi apa membeli rumah sebelah ya, mas. Soalnya rumah sebelah denger-denger mau di jual. Orang yang punya rumah, mau balik kampung katanya. " Kini giliran Yesha yang bicara, karena sudah mendapat jalan dari Jihan.
"Oohhh, gitu... " Abhi mengusap-usal dagunya seolah sedang berfikir.
"Semua itu tergantung budget yang kamu miliki, Yesha. " Kata Abhi kemudian setelah lama berfikir.
"Tapi kalau menurut ku, lebih baik kamu membeli rumah sebelah untuk memperluas usahamu ini. Karena jika hanya dilakuakan di satu tempat, rssanya seperti terlalu sempit." Kata Abhi mengemukakan pendapatnya.
"Setelah kamu beli rumah sebelah, kita bisa melakukan renovasi dan membaginya menjadi beberapa bagian, sesuai kebutuhan usaha apa aja yang akan kamu geluti. Misal, satu petak untuk toko sembako, satu petak untuk toko baju yang dijual langsung atau online, terus satu petak lebih besar untuk rumah makan. Jadi, usahamu ini nanti bisa terstruktur dengan baik. Nggak campur aduk jadii satu, dan rumah ini bisa kamu jadikan tempat tinggal paling nyaman, tanpa harus terganggu usaha-usahamu itu. " ujar Abhi memberikan pandangan nya sesuai pengalaman.
Yesha mengangguk mengerti.
"Jadi, gitu ya, mas. Makasih banget lho, mas Abhi sudah ngasih solusi buat aku."
"It's oke. Sekarang, yang jadi masalah apakah kamu punya uang untuk membeli rumah sebelah? Bukan maksud meremehkan, tapi kalau di lihat dari lokasi nya rumahmu ini memenag tempatnya setrategis untuk usaha Yesh. pasti harganya mahal. "
"Insya"Allah, masih ada mas. Aku akan nego dengan orangnya nanti. "
"Baguslah kalau begitu. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa hubungi aku.Barangkali ada yang bisa aku bantu. Atau aku berinvestasi di usahamu ini, Yesh. "
"Jangan gitu mas, usaha belum jalan juga, kok sudah investasi. Nggak, ah. Aku usaha sendiri dulu aja. Insya"Allah kalau memang rejekiku, rumah itu bisa aku dapatkan. " kata Yesha kemudian.
"Mbak, kalau mbak Yesha buka rumah makan, bakal banyak cowok yang dateng dong. Mbak kan masih muda dan cantik, apa lagi dengan status mbak Yesha yang sudah sendiri. Wahhh, pasti banyak yang bakal nongkrong di rumah makan mbak, Yesha. Aku juga bisa kenalan dengan salah satu cowok nanti. "Jihan mengompori kakaknya itu.
Mendengar ucapan dari adiknya itu, Abhi langsung melotot ke arah adiknya itu. Namun di tanggapi Jihan dengan santai sambil menjurkan lidahnya mengejek Abhi.
" Nggak gitu juga kali, Jihan. udahan ah ngobrolnya nanti malah kemana-mana. " ucalan Yesha mengakhiri obrolan tak berfaedah dari Jihan.
"Makasih ya mas, atas pendapatnya. Aku memang butuh teman ngobrol disaat seperti ini, karena aku tidak punya siapa-siapa di sini. Semua keluargaku ada di kampung. "
" Sama-sama Yesha, jika kamu butuh teman ngobrol kamu bisa hubungi aku. Santai saja. Aku juga mengucapkan terimakasih untuk makan malamnya. Enak sekali. " kata Abhi kemudian berpamitan kepada Yesha, dan Jihan.
Di dalam mobil, Abhi mulai mencerna apa yang terjadi malam ini, mulai dari video yang dikirim Jihan, hingga perkataan Jihan yang terakhir kali membuat hati Abhi tercubit.
"Apa yang terjadi padaku, biasanya aku baik-baik saja dengan jantungku. Apakah aku mulai terkena serangan jantung. " kata Abhi tiap kali mendengar ucapan di video dan ucapan Jihan tadi, membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?