Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Beban di hati.
"Meskipun aku tau, tapi aku ingin dengar sendiri dari mulutmu..!!!" Kata Bang Bayu. "Keterlaluan sekali kamu, Ril. Apa sebegitu sulitnya menahan si Jalu?"
"Apa arti marah mu ini?? Melindungi Lira atau cemburu????" Tanya Bang Rilo. "Salahkah aku mengambilnya darimu sedangkan kamu tidak melangkah maju. Wanita butuh kepastian, bukan harapan. Lira butuh perlindungan, bukan angan."
"Tapi haruskah begini caranya?????"
"Lalu aku harus bagaimana??? Dua kali aku melamarnya. Aku ingin menghalalkan Lira dengan cara yang patut tapi Bang Ribas menolak ku. Tidak bisa 'jalan di muka' kenapa tidak main belakang saja." Ujar Bang Rilo masih bernada kesal.
"B******n kau, Ril..!!!!!!!" Bang Bayu melayangkan bogem mentah ke arah Bang Rilo.
Terbawa kesal karena emosi Bang Bayu, akhirnya Bang Rilo pun meladeni nya hantaman demi hantaman.
Tak berapa lama, Bang Ribas datang dan melihat kedua juniornya tengah baku hantam.
"Apa-apaan kalian???????" Bentak Bang Ribas kemudian menampar pipi Bang Rilo dan Bang Bayu.
~
"Tidak ada apa-apa, Bang. Biasa, kami hanya bercanda." Jawab Bang Bayu.
"Bercanda macam apa sampai bibir sobek, pelipis tergores, lengan memar. Sebenarnya kalian ada masalah apa??" Bentak Bang Ribas.
"Tidak ada, Bang." Ujar Bang Rilo.
"Sekarang masih ada ampun untuk kalian, tapi kalau sampai kalian terjerat kasus perempuan.. habislah kalian berdua..!!" Ancam Bang Ribas.
"Siapp..!!"
:
Bang Rilo melepas seragamnya saat masuk ke ruangan kemudian membantingnya asal. Ia mengusap wajahnya, hatinya terasa berantakan.
Sesaat kemudian ia mengingat Lira yang tadi berada di sekitar mess.
"Ada apa sampai Lira ke mess??" Gumamnya. Ia pun segera mengambil ponselnya.
...
Bang Rilo menerima dompetnya.
"Kamu bisa hubungi saya dulu, kenapa harus ke mess??? Disana banyak laki-laki..!!" Tegur Bang Rilo saat menemui Lira di sebuah cafe.
"Maaf..!!" Jawab Lira terdengar lirih.
"Hari ini tidak ke kampus??" Tanya Bang Rilo.
Lira menggeleng pelan. "Nggak, dosennya tidak ada." Jawab Lira lagi. Ia pun kemudian memberanikan diri menatap mata Bang Rilo. "Kapan Om bisa temui Bang Ribas??"
"Secepatnya, tapi tidak untuk hari ini. Abangmu sedang padat kegiatan, pikirannya bisa tidak fokus. Saya tidak mau beliau menanyaimu di saat kamu pun tidak siap." Ujar Bang Rilo.
"Om Rilo takut??"
"Tidak ada kata takut bagi saya. Jangan banyak pikiran, saya pasti selesaikan masalah ini." Janji Bang Rilo.
Lira tidak bisa banyak berdebat, perasaannya masih di liputi dengan ketakutan.
"Sudahlah, ada saya..!!" Kata Bang Rilo membesarkan hati Lira.
...
Malam itu Bang Rilo dan Bang Bayu tanpa sengaja bertemu wajah. Namun keduanya memilih untuk saling menjauh selagi hati mereka sama-sama masih terasa panas.
Bang Yusril yang melihat perseteruan kedua sahabatnya sampai bingung harus melakukan apa. Kedua sahabatnya itu bahkan tidak ke ruang makan seperti biasanya.
"Ya ampun, apa di dunia ini kurang wanita sampai harus memperebutkan satu Lira????" Gumam Bang Yusril.
...
"Kenapa kamu tanya begitu???" Kening Mbak Niken sampai berkerut mendengar pertanyaan adik iparnya.
"Hanya mau tau saja, Mbak. Apa selanjutnya sakit??? Terus apa tanda kalau kita hamil??" Tanya Lira.
"Kamu kan calon perawat, masa tanya Mbak Niken??" Jawab Mbak Niken.
"Teori dan praktek jelas beda donk, Mbak. Kalau Lira dengar dari sumbernya pasti Lira akan lebih paham." Alasan Lira.
Mbak Niken menoleh melirik Bang Ribas yang sedang memantau ponselnya.
"Pertanyaan aneh. Dari buku juga sudah terjawab to, Ra..!!" Sambar Bang Ribas seperti tidak nyaman dengan pertanyaan yang di ajukan adiknya. "Masalah ranjang adalah masalah privasi. Nanti kalau sudah waktunya, kamu akan rasakan sendiri."
Mbak Niken mengusap lengan adik iparnya lalu tersenyum. "Tubuh wanita sudah bisa beradaptasi untuk 'kegiatan' selanjutnya. Pastinya sudah tidak akan sakit lagi, tapi tetap semua butuh kerjasama agar nyaman pada kedua belah pihak dan tidak boleh egois."
"Gitu ya mbak. Lalu apa tanda kalau kita hamil??"
"Apa ya?? Ya telah haid." Mbak Niken terlihat berpikir keras untuk jawaban selanjutnya.
"Mbak Ayuu.. biasanya kalau hamil itu ada haid penutup, suka ngidam aneh-aneh juga, emosi naik turun. Malah dulu Bapak ikut pusing saat Ibu hamil." Sambar bibi.
Rasanya Bang Ribas seperti kehilangan konsentrasi mendengar pertanyaan Lira. Tatapan matanya berkilat marah. Teringat olehnya keributan dua Dantonnya tadi siang.
"Sebenarnya ada apa sih Ra??? Awas saja kalau kamu sampai macam-macam di luar sana..!!"
"Maaass.. jangan bicara begitu, nggak baik. Lira sekolah perawat, wajar saja Lira bertanya begitu." Kata Mbak Niken yang memang selalu membela adik iparnya itu.
Beberapa saat kemudian Papa Rama dan Mama kembali dari berjalan-jalan. Kedua orang tua Bang Ribas itu lebih senang menghabiskan waktu di luar untuk menikmati masa emas mereka.
"Papa Mama kenapa baru pulang??? Ini sudah jam berapa??" Tegur Bang Ribas.
"Kamu pikir kami ini anak kecil?? Kami lagi pacaran." Jawab Papa Rama.
"Iyaaaa.. tapi beritahu orang rumah lah Pa. Niken terus mencemaskan Papa dan Mama. Masa Niken sudah kepayahan hamil begini masih harus mikir Mama dan Papa juga. Belum lagi sekarang Lira susah di atur." Omel Bang Ribas.
"Maaas..!!" Mbak Niken pun seketika kesal mendengar ucapan suaminya.
Setiap mendengar tentang menantunya, Papa Rama pun selalu trenyuh. "Maaf ya ndhuk, Papa nggak sengaja. Papa kesini tidak ingin merepotkan kalian. Papa dan Mama masih sehat dan ingin menikmati masa indah."
"Nggak apa-apa Pa. Niken juga minta maaf kalau sikap Niken berlebihan."
Mama Dilan mengusap punggung menantunya dengan senyum yang masih nampak indah dalam usia yang tidak lagi muda.
Bang Ribas kembali duduk, kali ini ia terfokus dengan layar ponselnya.
"Besok Papa dan Mama mau ke Labuan Bajo." Kata Papa Rama.
Bang Ribas mengacungkan jempol. Percuma saja melarang Papanya yang kini punya hobby baru dan jalan-jalan.
...
Bang Rilo duduk merokok menyendiri sembari mengurut pangkal hidungnya. Setiap saat dirinya mencemaskan Lira disana.
'Mudah-mudahan Abangmu bisa meloloskan permohonan nikah yang saya ajukan, dek. Sungguh saya tidak takut apapun, saya hanya mencemaskan kamu. Saya takut saat tidak ada saya di sampingmu, kamu tidak punya pertahanan diri dari Abangmu.'
.
.
.
.
GK apa2 kak Nara , biar pun bisanya up cuma satu nab dan sedikit Kira2 juga udah seneng bacanya.
ayo lanjuuuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,