My Geeky Genius Broker

Ameera mengendarai mobil mercedes benz warna merahnya melanjutkan pergi ke suatu tempat. Usai menemui kak Jimin tadi suasana hatinya tiba tiba buruk.

Dengan kecepatan sedang dan tidak terburu buru, mobil yang di kendarai Ameera mulai memasuki sebuah kawasan hunian elite di salah satu sudut kota.

Sengaja ingin menemui seseorang yang merupakan seorang pria yang menjadi teman curhat sejak bertahun tahun lamanya.

Ting.. tong... suara bell rumah nyaring tedengar usai Ameera menekan tombol bel.

Hari semakin larut dan Ameera membutuhkan teman curhatnya itu atau malam ini dirinya tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.

Ceklek.. Suara pintu rumah terbuka dan seorang pria berdiri memegang handle pintu mempersilakan Ameera untuk masuk ke ruang tamu.

"Tumben malam malam begini.. " gumam pria itu saat Ameera duduk di salah satu sofa.

"Kak.. hiks.. huuwaaa 😭 !!!" tangis Ameera tiba tiba pecah tanpa aba aba.

Membuat pria yang adalah Jack atau asisten Jack terkejut mengerinyitkan dahi sambil menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal.

Kemudian Jack melangkah menghampiri Ameera untuk duduk disampingnya. Jack menghela nafasnya pelan dan panjang sebelum akhirnya merengkuh tubuh Ameera yang kecil ke dalam pelukannya.

Mengusap punggung Ameera berusaha menenangkan si gadis kecilnya.

"Kenapa lagi Ameera ? bukankah sudah aku bilang, jangan terlalu agresif, Jimin tidak suka wanita agresif apalagi grusa grusu seperti kamu.. " ucap Jack bernada suara lirih bercampur empati.

Sebelum nya Ameera menelpon menceritakan apa yang dia alami saat masih berada di kafe.

"Tadi aku hanya berencana untuk membujuk kak Jimin dan meminta kesempatan, tapi kak Jimin benar benar menolakku, dia bahkan tidak mengijinkan aku berusaha sedikit lebih keras kak huhuhuuu... " Ameera merasa jika Jimin adalah cinta sejatinya, lalu bagaimana mungkin cinta itu harus layu sebelum berkembang.

Terisak beberapa lama, sampai nafas Ameera terasa mulai teratur, Posisi tidak berubah dimana saat ini Jack masih tetap setia memeluk tanpa berusaha mengganggu kesedihan Ameera.

Dalam lirih nya Jack berucap, "Menangis lah sepuasmu lalu lupakan luka itu Ameera.. "

Ada aku yang akan selalu siap menerimamu.. batin Jack.

Jam dinding menunjukkan jarum pendek di angka sepuluh dan jarum panjang di angka sembilan.

Jack dengan hati hati menggendong ala bridal Ameera yang tertidur sejak setengah jam yang lalu menuju ke sebuah kamar di lantai atas.

Dengan sangat hati hati dan tidak ingin membangunkan Ameera, Jack membaringkan tubuh gadis kecilnya itu di atas ranjang.

Ranjang yang sama tempat Jack biasa gunakan untuk tidur setiap hari.

Bukan tanpa alasan Jack melakukan hal ini karena Ameera benar benar terlelap dan tidak merespon sedikitpun saat dibangunkan.

Jack membenarkan letak selimut sampai menutupi tubuh atas Ameera. Jack kemudian mengusap lembut kepala gadis itu lalu..

Cup.. sebuh kecupan mendarat hangat di pucuk kepala Ameera.

Jack kemudian ikut berbaring di sisi lain ranjang, meletakkan sebuah guling sebagai pembatas di tengah ranjang.

Aku menyukaimu sejak kamu masih sekolah senior high school.. tapi kenapa kamu tidak merasakan hal yang sama ? justru memilih mengejar cinta Jimin yang sudah dipastikan tidak akan pernah menerimamu.. Jack menghela nafas pelan.

Tangan kanannya meraih sesuatu dari dalam laci nakas dekat ranjang, sebuah cincin yang dia pesan secara khusus dari toko perhiasan Jeni untuk dijadikan kado ulang tahun Ameera yang tinggal menghitung hari dengan harapan..

Semoga saat hari ulang tahun itu tiba gadis kecilnya bersedia membuka hati dan menerima untaian perasaan cinta yang selama ini Jack simpan untuk Ameera seorang..