After Five Years

Etna mengamati pantulan wajahnya di cermin. Malam ini malam minggu. Seperti yang telah mereka sepakati malam ini mereka akan kencan.

Malam ini mereka akan nonton di bioskop yang berlokasi di salah satu pusat perbelanjaan. Thunder bilang dirinya sudah memesan tiket. Baguslah mereka tidak perlu antri membeli tiket.

Etna mengenakan kaus hitam dilapisi hoddie hitam, jeans, dan sneakers. Pakaian yang menurutnya aman dalam segala kondisi dan cuaca. Seandainya Thunder menurunkannya di tengah jalan atau membiarkannya pulang sendiri, Etna tidak akan takut.

Baterai ponsel penuh, uang cash bawa, dan dia sudah mewanti-wanti mamanya untuk mengangkat teleponnya serta mencarinya jika malam itu dia tidak pulang. Lebay sih, namun demi keselamatan dirinya lebih baik berjaga-jaga.

Dirinya juga tidak berdandan cantik. Pakai bedak seadanya saja dan lipice. Terakhir dirinya berdandan cantik berakhir dengan makeup yang acak-acakan karena menanggis. Pengalaman terburuk dalam hidupnya.

Thunder datang dengan style casual. Ketampanan Thunder meningkat dua kali lipat. Etna memandang Thunder tanpa berkedip.

"Kita bakal terlambat kalau kamu sibuk lihatin mukaku"

Etna gelagapan dan buru-buru menaiki mobil Thunder.

Mereka tiba di bisoskop yang dimaksud. Thunder memintanya menunggu sebentar, dia pergi memesan minuman dan popcorn.

Belum lama Etna duduk terdengar suara panggilan ke teater satu bagi pemilik karcis Kuntilanak 4. Etna menuju pintu tersebut sambil menunggu Thunder.

"Etnauri, kita di teater tiga"

Thunder menyusul Etna yang tampak berdiri di barisan penonton teater satu.

"Kita nggak nonton film ini?"

Etna menunjuk poster film yang akan tayang di teater satu.

"Bukan. Yuk ke teater tiga udah di panggil"

Etna terbengong. Pertama kalinya Thunder menyebut namanya ada rasa aneh menjalari perutnya. Rasa yang sama dengan pertama kali Etna rasakan saat melihat Thunder di pertemuan keluarga.

Mereka mengantri untuk masuk di teater tiga. Etna membantu memegang popcorn dan minuman sementara Thunder menyerahkan karcis kepada petugas.

Beauty and The Beast Season 2.

Etna melihat judul film yang akan mereka tonton di layar. Durasinya kurang lebih satu jam empat puluh lima menit.

Etna menarik topi hoodienya menutupi kepalanya dan bersiap untuk tidur, saat lampu dimatikan dan film diputar.

Etna terbangun saat penonton merespon adegan beauty and the beast berpelukan karena keduanya berhasil selamat dari monster. Dirinya berpura-pura fokus pada film dan menahan diri untuk tidak mengucek matanya yang tampak kabur.

Setelah selesai nonton mereka makan di salah satu food court. Thunder bercerita season satu film tersebut lebih seru di bandingkan season dua. Pemeran utama pria diganti mengurangi feel dalam filmnya.

Etna merespon dengan menganggukkan kepala tanda setuju. Padahal dirinya sama sekali tidak mengerti jalan ceritanya, selain gambaran bahwa film itu terinspirasi dari kisah P**rincess Belle.

Lima belas menit lagi jam sembilan mereka berdua meninggalkan tempat itu.

"Kamu suka film begituan" Etna buka suara dalam perjalanan pulang.

"Nggak"

"Trus ngapain kamu nonton. Dapat rekomendasi dari mana?"

"Ilaria dan Cassidy bilang semua perempuan suka kisah Disney Princess"

"Karena mantan kamu bilang begitu bukan berarti semua perempuan di dunia suka kisah begituan. Aku gak suka nonton Disney Princess. Dongeng semacam itu menggiring perempuan ke kisah pernikahan yang bahagia. Padahal kenyataanya tidak seperti itu"

"Trus film kesukaan kamu apa"

"Hah! aku kira kamu mesan tiket karena masih ingat film kesukaanku apa. Aku udah kasih tahu kamu dari tiga tahun yang lalu"

...----------------...