NovelToon NovelToon
Sang Pewaris

Sang Pewaris

Status: tamat
Genre:Tamat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: EgaSri

Gavin Mackenzie Sebastian
Saudara kembar Gianna Mackenzia Sebastian. Pewaris tahta dari Sebastian group. Liar, nakal dan tidak tahu aturan.

Karena kesalahan yang terus ia ulang dan perbuat membuat ia di usir dari rumah. Hidup terlunta-lunta tanpa uang dan harus membiayai kuliahnya sendiri sebagai syarat untuk dia mewarisi perusahaan Sebastian group.

Tanpa uang di luaran sana ia di hina dan direndahkan. Semua orang merendahkan dia, dan kekasihnya pun menghianati cintanya.

Lalu, apakah nanti Gavin bisa menyelesaikan hukuman dari sang Papa, dan membalaskan semua perlakuan menyakitkan dari teman-temannya?

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EgaSri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SP 27

"Nggak!! Gue gak bersalah! Lo gak bisa nangkap gue!!" Owen berteriak, ia juga terus menutup mulutnya, menatap dengan panik pada mereka semua.

Sedangkan teman-teman Owen yang lainnya, sudah di tahan oleh polisi yang lain.

"Lepas! Gue gak salah!" bentak Owen pada anak buah Kaylee.

"Anda tidak bersalah? Lalu siapa yang bersalah disini?" tanya Kaylee tajam. Tatapan matanya sangat menusuk, sebenarnya tangan Kaylee sudah sangat gatal untuk menangkap Owen serta yang lainnya, tapi karena larangan Gavin, semuanya harus ia tahan.

"Dia!" Owen menunjuk Gavin, "Dia yang salah!" teriak Owen dengan suara yang keras.

Gavin mendekat, ia menepuk tangan Owen yang menunjuknya, "Jangan pernah menunjukku dengan tangan kotormu ini!" tegas Gavin. Untung Owen tidak menunjuk Gavin dengan tangan kirinya, kalau benar, maka Gavin tidak akan ragu lagi sekarang untuk mematahkan tangan laki-laki itu.

"Wen, Lo ompong?" tanya Gavin syok saat ia tidak sengaja melihat mulut Owen, yang giginya copot. Ternyata pukulannya sangat dahsyat.

"Aa-ap-" ucapan Owen tertahan saat ternyata giginya terasa jelas. Owen menutup mulutnya dan melihat pada giginya yang patah yang ada di tangannya.

Dengan napas yang memburu karena marah dan juga malu, Owen meronta untuk menyerang Gavin, tapi ternyata tenaganya tidak cukup kuat melebihi para polisi itu.

"Sialan Lo, Gavin! Mati aja Lo sana! Sialan!!" Owen berteriak dengan histeris. Ia tidak pernah menyangka kalau giginya akan copot seperti ini. Dan itu semua karena Gavin.

"Heh, salah gue apaan?" tanya Gavin menatap Owen yang menjauh.

"Komandan, saya minta maaf karena mahasiswa saya berbuat seperti itu," dekan tadi menunduk saat ia bicara dengan Kaylee. Menatap dengan pandangan yang benar-benar tidak enak.

Kaylee hanya tertawa kecil, "Tidak masalah, Pak! Lagipula mereka memang sudah keterlaluan, dan itu tentu saja tidak ada hubungannya dengan bapak," ucap Kaylee.

Ia tersenyum lembut, hingga membuat dekan tersebut menghela napas lega.

"Ah ... syukurlah," ucap Dekan itu.

'Cakepnya makin nambah!' batin Gavin. Ia tersenyum mesum menatap Kaylee.

"Jaga pandangan kamu, atau nanti aku colok itu mata! ucap Kaylee dengan tegas.

Gavin tertawa kecil, kemudian ia melayangkan ciuman jarak jauh dari Kaylee.

"Gavin! Yang sopan kamu!" tegas Bapak dekan tadi saat ia melihat tingkah absurd Gavin.

"Sopan kenapa, Pak?" tanya Gavin heran, bertingkah sok tidak tahu.

"Itu! Bibirnya, kenapa di monyongin kayak gitu!" ketus dekan menatap Gavin kesal.

Gavin tertawa kecil, kemudian ia mengusap tengkuknya. "Biasalah, Pak. Bapak iri aja sama saya," ucap Gavin dengan tampang tengilnya. Sebenarnya Gavin ini punya berapa kepribadian?

Bapak dekan tersebut mendengus, "Andai aja perut kamu gak sakit, Gavin, mungkin sudah saya tendang kamu," ucap Dekan tersebut dengan tajam.

Kaylee hanya tertawa kecil, ia malu dengan tingkah pacarnya itu.

"Ya sudah, Bapak, saya dan juga rekan izin pamit untuk membawa Owen serta teman-temannya," Kaylee mengatakannya dengan sangat sopan.

"Iya-iya, silahkan, Komandan!" ucap si dekan tadi dengan cepat. Ia mempersilahkan Kaylee untuk pergi dari sana.

Gavin hendak mengekor, tapi ia segera di tahan oleh dekan tadi.

"Mau kemana kamu?" tanya dekan tersebut mengangkat sebelah alisnya.

"Mau ikutin mereka, Pak!" jawab Gavin, menunjuk pada langkah Kaylee yang sudah semakin jauh.

"Gak bisa! Sekarang kamu bayar administrasi dulu, buat wisuda, punya uangnya kan?" tanya dekan tadi.

Gavin mengangkat alisnya, "Bapak meremehkan saya?" tanya Gavin.

"Bukan meremehkan kamu, tapi menganggap kamu remeh!" ucap Dekan itu, "Ikut saya!" suruhnya lagi.

Gavin diam, otaknya yang cerdas itu kini sedang berpikir keras, "Sama aja kali, Pak!" ucapnya setelah sadar.

"Iya, sama. Cuma kamu aja yang lamban," ucap dekan tersebut.

Gavin mendengus, tapi ia tetap mengikuti langkah kaki dekan tersebut.

"Duduk!" suruh dekan tadi, dan Gavin menurut.

"Kamu punya uang buat bayar administrasinya?" tanya Dekan tadi. Kini ia tampak serius menatap Gavin.

Gavin balas menatap serius, "Punya, Pak!" jawabnya.

Kini Gavin tidak kekurangan uang sama sekali. Perusahaan kecil yang ia dirikan sudah bisa menghasilkan uang, walaupun tidak banyak.

Dan juga, semua kartu kreditnya sudah ada di tangan dia lagi. Tapi walaupun begitu, Gavin belum berniat untuk mengambil uang Papanya, kalau ia tidak terdesak.

Karena Gavin sendiri sudah bertekad, akan mengembangkan perusahaanmu dengan uang dua sendiri.

"Sungguh?" tanya dekan tadi.

Gavin mengangguk, "Benar, Pak!" jawabnya.

"Syukurlah, sekarang mana? Ayo bayar!" suruh dekan tadi.

Gavin mendengus, "Nanti saya ke ATM, Pak," ucapnya.

"Oke!"

***

"Gimana?" tanya Gavin, pada Randa, teman lamanya yang menjadi rekan kerjaku.

"Udah, cek rekening Lo!" suruh Randa.

Gavin mendengus, "Nanti gue ke bank, buat bikin M-BANKING," ucap Gavin.

Randa tertawa, kemudian ia mengangguk.

Gavin keluar dari perusahaan kecilnya yang sedang berkembang itu, menaiki motornya. Gavin rasa ia memang sangat membutuhkan M-BANKING, karena ini adalah akun bank barunya, dan ketika itu dia Hem memiliki ponsel yang bagus.

Menaiki motornya, Gavin ingin pergi ke Bank. Ia ingin segera melunasi biaya administrasi untuk kuliahnya. Jadi Gavin harus cepat.

Dengan motor besar yang ia kendarai, Gavin tiba di depan bank itu. Dan ia turun dari motor tingginya.

Saat baru saja turun, Gavin menerima telepon dari Kaylee.

"Halo, Sayang?" sapa Gavin dengan suara yang lembut.

"Halo, nanti kamu bisa ke kantor polisi, gak? Sebagai korban dari Owen?" tanya Kaylee.

Gavin diam sebentar, padahal setelah ini ia dan teman-temannya sedang ada rapat untuk pengembangan aplikasi yang waktu itu mereka luncurkan. Tapi kalau untuk pergi menemui Kaylee, sepertinya rapat itu bisa di tunda. Hihi.

"Bisa, Sayang. Sebentar lagi aku kesana!" ucap Gavin.

"Oke, di tunggu!" setelah itu Kaylee mematikan sambungan teleponnya.

"Dih, gitu doang?" dengus Gavin kesal.

Tapi Gavin segera memasukkan ponselnya ke dalam saku, ia berjalan mendekat ke arah pintu Bank.

Cukup lama Gavin berdiri di sana dengan memegangi kartu antriannya. Ia menghela napas lega saat nomornya di sebutkan.

"Ehhh ...." Gavin tersentak kaget saat nomornya di rebut begitu saja oleh orang yang memakai jas itu dan mendekat ke arah teller Bank tersebut

"Eh, ini punya saya!" ucap Gavin kesal, ia ingin merebut kembali nomor antriannya itu, tapi orang tadi menahannya.

"Kamu nanti aja, saya lagi kepepet!" seru orang itu. Gavin tidak masalah kalau orang itu bicara dengan baik-baik, tapi laki-laki tersebut membentaknya dengan mata yang melotot. Apa dia kira Gavin tidak bisa mencolok matanya itu?

"Saya juga kepepet! Bukan Anda aja! Jangan serobot antrian seperti itu!" kesal Gavin, ia menatap laki-laki tersebut dengan tajam.

"Siapa kamu, berani bicara seperti itu dengan saya? Saya mau transaksi dengan nominal yang besar, tidak seperti kamu yang cuma mau ambil uang dua ratus ribu aja ribut!" sindir laki-laki itu dengan nada mencemooh.

Teller Bank tadi saling melirik dengan temannya saat melihat keributan di depan mereka.

"Duh, sombongnya gak ketulungan ini orang. Yok, kita adu saldo siapa yang paling besar. Kalau saldo Lo lebih gede dari gue, gue bakal bersihin sepatu Lo!" Gavin menunjuk pada sepatu pantofel laki-laki iya.

"Tapi... kalau saldo gue yang gede, Lo ngepel seluruh lantai bank ini!" tantang Gavin dengan kesal.

"Oke, siap-siap aja, sekalian aja kamu cium sepatu saya!"

***

Happy reading, semoga suka!

1
Syamsu Rizal
Luar biasa
Budi Hermawan
ceritanya SDH ngaler ngidul ga jelas alurnya..a
Fajar Ayu Kurniawati
.
Sukeni Warsito
Luar biasa
syafrizal seungeda
kesan laki laki murahan...
Inyoman Raka
cari aja cewek yg lain gitu aja koq repottt
Iwayan Merto
Lumayan
Iwayan Merto
Biasa
Hariono ono
knpa karya nya dsni ngk ad cerita nya yg smpai tamat smua berhenti di tengah jalan thor
galaxi
bisa jadi sebenernya saat itu kay tau klu gavin ada main sama perempuan...curiga....
galaxi
gimana sih thor....koq bisaaa....bukanlah di awal emely itu ada saat gavin masih kaya ya....gavin jd ladang uang emely...gimana sih...trs pas gavin diusir dia berhianat...dtglah kaylee....koq bisa emely yg nemenin saat susah....waaah...othor...gimana sih...
galaxi: itu mulut....kasarnya....situ ngatain diri sendiri ta.....ingatlah kata2 yg keluar dr mulutmu utk orglain sesungguhnya itu akan kembali pd dirimu sendiri....
Andry: tololll... baca di skip skip ya gini nihh
total 2 replies
galaxi
yaaah....ketahuan dek.....1M....1M....😂
galaxi
😂😂😂😂emesh dama arsene....ada cerita arsene giana gak thor...mau dong...
galaxi
udh kuduga....dijodohinnya dg dia juga 😂
galaxi
Luar biasa
galaxi
makanya bukalah matamu gavin....itulah teman2 yg kau bangga2kan
Esih Mulyasih
Luar biasa
Esih Mulyasih
Lumayan
Nunung Chaniago
keren
LENY
JUSTRU KAYLEE YG BAIK TANPA TAHU GAVIN ANAK ORANG KAYA. EMILY JAHAT BANGET PENGKHIANATANNYA GSK BISA DIMAAFKAN. SDH MURAHAN SELINGKUH SAMA RIO BUAT MALU GAVIN. KELEDAI BODOH KL GAVIN MSH MAU DGN EMILY.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!