Aku wanita yang menjunjung tinggi kesetiaan dan pengabdian pada seorang suami.
3 tahun mengarungi bahtera rumah tangga, aku merasa menjadi wanita paling bahagia karena di karuniai suami yang sempurna. Mas Dirga, dengan segala kelembutan dan perhatian yang selalu tercurahkan untukku, aku bisa merasakan betapa suamiku begitu mencintaiku meski sampai detik ini aku belum di beri kepercayaan untuk mengandung anaknya.
Namun pada suatu ketika, keharmonisan dalam rumah tangga kami perlahan sirna.
Mas Dirga diam-diam mencari kebahagiaan di tempat lain, dan kekecewaan membuatku tak lagi memperdulikan soal kesetiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Jangan marah Dek,," Pintanya memohon. Kedua tangannya menarik ku dalam dekapan.
"Ya sudah kalo memang kamu pengennya seperti itu, Mas ijinin kamu kerja. Tapi dengan catatan, Mas yang akan antar jemput kamu." Mas Dirga luluh. Tak peduli dia terpaksa mengijinkan ku atau tidak, yang terpenting sekarang aku sudah mendapatkan ijin untuk bekerja.
Dengan begitu, aku tak akan terlalu di pusingkan soal rumah tangga kami.
"Makasih Mas,," Lirih ku.
"Sama-sama sayang."
"Maafin Mas ya, kamu jadi nggak ada temen karna harus pindah ke Bandung. Sebenarnya Mas juga nggak pengen pindah, tapi mau gimana lagi, sudah tuntutan pekerjaan." Kata demi kata keluar dari bibir Mas Dirga. Ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakberdayaannya. Terlihat jelas di ikut sedih dengan keadaanku setelah pindah ke Bandung karna tidak memiliki teman. Berbanding terbalik ketika masih tinggal di rumah yang lama.
"Aku ngerti Mas. Mungkin memang udah jodohnya kita harus menetap di Bandung." Perlahan ku longgarkan pelukan Mas Dirga dan melepaskan diri dari dekapannya. Tadi Mas Dirga menahan ku saat aku hampir masuk ke dalam kolam renang.
Kolam renang berukuran 3 x 5 meter ini cukup luas untuk di gunakan oleh 2 orang saja. Memilih berdiri di pinggir dengan kedua tangan menyilang di tepi kolam renang, aku menikmati pemandangan hijau yang terbentang luas sepanjang mata memandang.
Harusnya liburan seperti ini menjadi hari bahagia kami seperti yang sudah-sudah. Tapi sekarang tidak berlaku lagi untukku. Hampa, sedikitpun tak ada kebahagiaan yang menyelimuti.
Aku merasakan pergerakan di belakang ku, tak lama kedua tangan melingkar di pinggang. Mas Dirga meletakkan dagu di pundak ku dan mengeratkan pelukannya.
"I love you Dek,," Ungkapan cinta lolos dari mulut Mas Dirga. Biasanya jantungku akan berdebar dan seketika di selimuti kebahagiaan saat mendengarnya. Karna setiap perlakuan dan ungkapan romantis yang keluar dari mulut Manis Mas Dirga, membuatku sangat tersanjung dan merasa menjadi istri yang paling di cintai di dunia ini.
...*****...
"Makan siangnya di dalam aja ya Dek, kita nggak usah keluar kamar sampe pagi." Ucap Mas Dirga. Dia sedikit terkekeh kecil.
"Kamu mau makan apa.? Biar Mas pesenin." Meraih telfon kamar hotel di atas nakas, Mas Dirga menghubungi bagian pelayanan untuk memesan makan siang.
"Lagian di luar juga hujan, nggak bakal bisa kemana-mana." Sahutku masih dengan mengarahkan pandangan ke dinding kaca.
Tempat dan kondisi sudah sangat mendukung keromantisan kami, tapi tidak ada yang membuatku merasa senang ataupun bahagia sedikit pun.
Bahkan saat tadi ber cinta di kolam renang, aku tak menikmatinya sama sekali. Padahal Mas Dirga melakukan dengan lembut dan manis.
"Pesan 4 menu makanan aja. Terserah Mas Dirga mau pesannya apa."
Mas Dirga mengangguk setuju, kemudian langsung memesan 4 menu makanan berat, desert dan minuman untuk makan siang.
...*****...
Pagi itu setelah check-in dari hotel, Mas Dirga mengantarku pulang ke rumah. Dia sudah memakai baju kerja karna akan langsung berangkat ke kantor. Mobilnya bahkan hanya berhenti di depan rumah saja.
"Mas berangkat dulu ya Dek." Mas Dirga mendekatkan badan untuk mencium kening dan bibirku sekilas. Enggan memberikan respon, aku hanya diam saja mendapatkan perlakuan manis darinya.
"Hari ini mungkin Mas pulang terlambat, banyak pekerjaan yang harus di selesaikan." Ucapan Mas Dirga semakin membuatku malas saja untuk meresponnya. Berdalih urusan pekerjaan, dia selalu pulang malam. Dulu sebelum pindah ke Bandung, jarang sekali dia pulang terlambat. Pasti selalu pulang tepat waktu.
Sekalipun lembur, bisa di hitung hanya 3 sampai 4 kali dalam sebulan. Tak seperti sekarang, entah berapa sering dia pulang malam.
"Iya Mas. Hati-hati di jalan." Ku raih tangannya untuk mencium punggung tangan Mas Dirga. Aku buru-buru keluar dari mobil dan mengambil tas berisi baju-baju kami di jok belakang.
Mas Dirga melambaikan tangan sebelum memutar mobilnya dan berlalu dari sana.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan Mas.!" Tanganku mengepal kuat. Aku masih belum mengerti dengan jalan pikiran Mas Dirga.
Entah apa tujuan dia yang masih bersikap manis padaku sedangkan dia terus mencuri-curi waktu untuk menemui selingkuhannya. Apa dia ingin menjadi pria serakah yang menginginkan 2 wanita sekaligus.
6 tahun lebih aku bersama Mas Dirga, rupanya aku belum mengenalnya dengan baik.
Mungkin saja sikap manisnya selama ini hanya topeng untuk menutupi keburukannya.
...*****...
Sore itu aku tengah membersihkan halam depan. Tadi pagi aku tidak sempat membersihkannya karna sibuk menyiapkan lamaran pekerjaan.
Dan saat ini aku sedang menunggu Mas Agam pulang. Sepertinya dia berangkat ke kantor tadi pagi.
Tak berselang lama, mobil milik Mas Agam memasuki carport rumahnya. Pandangan mataku reflek tertuju pada mobil itu. Tepat setelah mobil berhenti, Mas Agam keluar dari dalam mobil.
Setelan jas yang dia kenakan membuatnya semakin terlihat berkharisma. Tentu dengan postur tubuh yang juga sangat mendukung.
Beberapa detik beradu pandang, senyum tipis di bibir Mas Agam membuatku tersadar dari lamunan. Aku terlalu hanyut dalam pesonanya yang memikat.
"Kapan kamu pulang Bi.?" Suara maskulin itu terdengar berat. Bukannya beranjak ke rumah, Mas Agam malah menghampiriku.
Tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering memaksaku untuk menelan ludah. Entah kenapa tiba-tiba menjadi gugup saat melihat Mas Agam berjalan tegap ke arahku sembari menatap dalam.
"Tadi pagi Mas." Aku mengalihkan pandangan, bahkan milih meletakkan sapu di tempatnya agar bisa bergeser menjauh dari Mas Agam.
"Soal pekerjaan di bagian divisi, apa belum ada yang menempati.?" Tanyaku.
"Mas Dirga ngijinin Bia kerja, lamarannya juga udah Bia siapin." Aku mencoba tersenyum untuk menutupi kegugupan. Tapi nyatanya tak berhasil, karna tatapan dalam Mas Agam terasa sampai menembus jantungku.
"Baru tadi pagi merekrut karyawan baru." Aku menghela nafas berat setelah mendengar jawaban Mas Agam.
"Di kantor sedang banyak pekerjaan, jadi nggak bisa di biarin kosong lama-lama. Takut pekerjaannya makin menumpuk." Tuturnya.
Aku mengangguk paham meski sedikit kecewa.
"Nggak usah nangis," Mas Agam meledek sembari mengacak-acak pucuk kepalaku.
"Mana lamarannya.? Besok kamu bisa langsung berangkat ke kantor, ada pekerjaan di bagian lain."
Penuturan Mas Agam membuat kekecewaan ku seketika lenyap.
"Beneran.? Mas nggak bohong kan.?" Tanyaku antusias.
"Untuk apa aku bohong." Jawabnya santai.
"Aku mau mandi dulu, nanti bawa saja lamarannya ke rumah." Mas Agam berlalu. Tapi sebelum pergi, dia kembali mengacak rambutku dan mengukir senyum tipis.
Aku terdiam menatap punggung lebar Mas Agam yang hilang di balik pintu rumahnya.
Entah kenapa aku merasa kedekatan kami sudah melewati batas sebagai tetangga. Dan aku sudah menyadarinya sejak beberapa hari lalu.
sesuai judul selimut tetangga...
kalo security yang datang kerumah Bianca... judulnya pasti rubah jadi selimut security /Smile/
klo bia membalas selingkuh dngn agam sama aja 11 12 dong