Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Hari pertemuan dengan Lara tiba. David merasakan campuran antara cemas dan bersemangat. Ia tahu bahwa hari ini bisa jadi salah satu momen paling menentukan dalam hidupnya. Setelah berulang kali memikirkan apa yang akan ia katakan, ia akhirnya memutuskan untuk berbicara dari hati, tanpa menghindar dari kebenaran.
David tiba di kafe di mana mereka sepakat untuk bertemu. Suasana di dalamnya tampak ramai, tetapi ia hanya bisa fokus pada satu hal: Lara. Saat Lara tiba, jantung David berdegup lebih cepat. Ia melihat Lara mengenakan gaun sederhana yang membuatnya tampak anggun. Namun, senyum yang biasanya ceria tampak sedikit pudar.
“Kak David,” sapa Lara, menyalami David dengan hangat meski ada ketegangan yang jelas di antara mereka.
“Lara,” balas David, mencoba tersenyum meski hatinya terasa berat. Mereka duduk di meja yang terletak di sudut kafe, jauh dari keramaian.
“Mungkin kita perlu berbicara tentang kita,” Lara memulai, suaranya lembut namun tegas. “Aku tidak ingin kita berlama-lama dalam ketidakpastian ini.”
David mengangguk, merasakan benang merah harapan dan kecemasan di hatinya. “Aku tahu. Ini semua sangat sulit, dan aku merasa terjebak di antara dua cinta.”
“Aku tahu kamu mencintai Arini,” Lara berkata, matanya menatap dalam-dalam ke mata David. “Tapi aku juga tahu bahwa ada perasaan yang kuat di antara kita.”
David menghela napas. “Setelah memikirkan semuanya, aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengabaikan perasaanku padamu. Saat kita bersama, aku merasa hidup kembali. Namun, aku juga mencintai Arini.”
Lara menggelengkan kepala. “Aku tidak ingin menjadi pelarianmu lagi, David. Aku ingin menjadi pilihan, bukan alternatif. Jika kamu masih mencintai Arini, aku tidak bisa menunggu selamanya.”
“Lara, kamu bukan alternatif bagiku. Kamu adalah bagian dari hidupku yang telah mengubah segalanya,” jawab David, dengan ketegasan dalam suaranya. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku tidak ingin kehilanganmu.”
“Lalu, apa yang kamu ingin lakukan?” tanya Lara, harap dan keraguan bercampur dalam suaranya.
David merasa tertekan. Ia tahu bahwa pertemuan ini harus memberi kejelasan. “Aku harus jujur pada diriku sendiri. Aku harus memikirkan apa yang benar-benar aku inginkan. Mungkin memberi diriku waktu lagi adalah hal yang tepat.”
Lara menunduk, merasakan sakit di hatinya. “Jadi, kita akan terus terjebak dalam ketidakpastian ini? Aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu, tetapi aku juga tidak bisa terus berjuang jika kamu tidak bisa memberikan keputusan.”
David merasa sesak. “Aku mengerti. Mungkin kita bisa memberi jarak satu sama lain untuk sementara waktu. Aku perlu waktu untuk merenung.”
“Jika itu yang kamu inginkan…” Lara menjawab pelan, tetapi ada keputusasaan dalam suaranya. “Aku tidak ingin menghalangimu, kak. Tapi ingat, jika kamu memilih untuk kembali kepada Arini, aku akan merasa hancur.”
David merasakan air matanya mulai mengalir di pipi Lara. “Aku tidak ingin menyakiti siapa pun. Tetapi aku juga tidak bisa hidup dalam kebohongan. Aku berjanji akan memberi tahu ketika aku telah menemukan jawabanku.”
Mereka berdua terdiam, mengingat semua kenangan indah yang pernah mereka bagi. Di dalam hati David, ia tahu bahwa keputusannya akan berdampak besar pada hidup mereka.
Setelah beberapa saat hening, Lara berkata, “Baiklah. Aku akan memberimu waktu. Tapi aku akan melanjutkan hidupku. Jika ada yang berubah, kamu bisa menghubungiku.”
David mengangguk, merasa hancur. Ia tidak ingin kehilangan Lara, tetapi ia tahu bahwa keputusan ini mungkin yang terbaik untuk mereka berdua.
Saat mereka berpisah, Lara memberikan pelukan hangat, tetapi ada rasa dingin di antara mereka yang tidak bisa diabaikan. David merasa hatinya hancur, tetapi ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang bijaksana.
***
Setelah pertemuan itu, David berjalan pulang dalam keadaan bingung. Ia merasa seolah beban berat di pundaknya semakin bertambah. Dalam perjalanan, pikirannya terus berputar tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ketika ia tiba di rumah, ia merasa sangat kesepian.
Di sisi lain, Arini juga merasakan dampak dari pertemuan itu. Ia berusaha tetap positif dan menjalani hidupnya, tetapi pikirannya selalu kembali kepada David. Ia ingin tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia juga tahu bahwa David membutuhkan waktu untuk memikirkan semuanya.
Hari-hari berikutnya berlalu, dan David berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan dan hobi. Namun, setiap malam ia merindukan kehadiran Lara dan juga Arini. Dalam keheningan malam, ia merenungkan semua yang terjadi dan menyadari bahwa ia harus segera mengambil keputusan.
Ia memutuskan untuk menghubungi Arini. Meskipun merasa cemas, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus menghindar.
“Arini, apakah kita bisa bertemu?” tulis David di pesan singkat.
Arini membalas dengan cepat.
🗨️ Arini “Tentu, kapan?”
David merasakan jantungnya berdegup kencang saat membaca balasan itu. Ia tahu bahwa pertemuan ini akan menjadi momen penting lainnya, di mana ia harus menjelaskan perasaannya dan memberi kejelasan pada hubungan mereka.
***
Hari pertemuan dengan Arini tiba. David berusaha menenangkan dirinya. Ia pergi ke tempat yang sama di mana mereka sering bertemu, berharap bisa menjelaskan segalanya dengan jelas.
Ketika Arini tiba, David melihat ekspresi campur aduk di wajahnya. “David,” sapa Arini dengan nada lembut.
“Arini, terima kasih sudah mau datang,” David menjawab, berusaha tersenyum.
“Mengapa kamu ingin bertemu?” tanya Arini, suaranya bergetar.
David merasa berat hati, tetapi ia tahu ia harus berbicara. “Aku tahu semuanya telah menjadi rumit. Dan aku ingin berbicara tentang kita, tentang perasaanku,” ujarnya, memandang dalam-dalam ke mata Arini.
“Apakah ini tentang Lara?” Arini bertanya, matanya penuh harapan dan ketakutan.
“Iya,” David mengangguk. “Aku ingin jujur. Aku merasa terjebak antara kamu dan Lara. Setiap kali aku bersama salah satu dari kalian, aku merasa seperti kehilangan yang lain.”
Air mata mulai mengalir di wajah Arini. “Jadi, apa yang kamu inginkan, David?”
David menghela napas dalam-dalam, berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Aku mencintaimu, Arini. Kamu adalah segalanya bagiku. Tetapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanku terhadap Lara.”
Mendengar itu, Arini tampak hancur. “Kamu harus memilih, David. Apa kamu ingin kembali kepada Lara?”
David terdiam, merasakan semua perasaannya bertabrakan dalam dadanya. “Aku tidak ingin menyakiti siapa pun. Tapi aku tahu aku harus memberi keputusan.”
Arini menatap David, hatinya berat. “Jika kamu mencintainya, mungkin itu yang terbaik untukmu.”
David merasa perasaannya semakin terpuruk. “Aku tidak ingin kehilanganmu. Tapi aku juga tidak bisa terus menyakiti kita semua dengan kebingungan ini.”
“Jadi, apa langkah selanjutnya?” Arini bertanya, suara yang penuh harapan meski wajahnya menunjukkan kepedihan.
David menghela napas. “Aku akan memberi diri waktu. Mungkin ini akan lebih baik jika kita memberi jarak satu sama lain untuk memahami perasaan masing-masing.”
Arini mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Baiklah. Tapi ingat, aku selalu mencintaimu. Apapun yang terjadi, aku ingin kamu bahagia.”
Saat pertemuan berakhir, David merasa seperti baru saja mengucapkan selamat tinggal. Ia merasa hancur, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa inilah keputusan yang harus diambil. Keduanya terpisah dengan harapan dan rasa sakit yang saling menyelimuti.
Dengan langkah berat, David berjalan pulang, mengetahui bahwa langkah ini akan membawa konsekuensi besar dalam hidupnya. Keputusan yang akan diambilnya tidak hanya akan menentukan nasibnya, tetapi juga nasib dua wanita yang sangat dicintainya. Saat malam tiba, satu hal yang pasti: perjalanan ini belum berakhir, dan David masih harus menemukan jalan menuju kejelasan dalam hidupnya.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻