Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Koma
Gavin menatap Vania dengan tatapan kosong, begitupun saat ia menatap yang lainnya.
" Alhamdulillah Mas kamu sudah sadar." Ucap Vania menggenggam tangan Gavin.
Tidak ada sahutan, Gavin malah bersikap seperti orang linglung yang hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri saja.
" Mas jangan seperti ini! Jangan ngeprank aku kaya' gini! Aku nggak suka Mas." Ujar Vania menangkup wajahnya.
" Mas." Vania menepuk pelan pipi Gavin.
Gavin hanya tersenyum. Vania menatap dokter Anton.
" Kenapa suami saya seperti ini Dok? Apa ini efek dari koma yang di alaminya?" Tanya Vania.
" Benar Nona, ada syaraf otak yang terganggu sehingga membuat Tuan Gavin seperti ini. Kita berdoa saja supaya Tuan Gavin cepat pulih dan normal kembali." Ucap dokter Anton.
" Ya Tuhan.... Hiks.... " Isak Vania memeluk Gavin.
Gavin mengelus punggungnya.
" Kamu kenapa?" Tanya Gavin dengan suara terbata.
Vania melepas pelukannya lalu menatapnya.
" Aku tidak pa pa Mas." Sahut Vania mengusap air matanya.
Dokter memeriksa alat vital Gavin. Tidak ada yang serius, semuanya normal seperti sebelumnya.
" Aku mau makan, aku lapar." Ucap Gavin mirip anak kecil kelaparan.
" Akan Mama ambilkan." Sahut nyonya Rindu.
" Kalau begitu saya permisi Nona, Nyonya. Saya akan mengirimkan obat untuk mempercepat pemulihan Tuan Gavin." Ucap dokter.
" Silahkan Dok! Terima kasih." Ucap nyonya Rindu.
" Sama sama Nyonya." Sahut dokter Anton.
" Mari saya antar!" Nyonya Rindu mengantar dokter Anton sampai ke teras. Lalu ia mengambilkan makanan untuk Gavin.
Di dalam kamar, Gavin terus menatap Vania. Dalam hatinya ia sangat menyayangi Vania tapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia seolah lupa akan kenangan yang pernah ia lalui bersama Vania.
Tak lama nyonya Rindu datang membawa nampan berisi makanan di tangannya.
" Sekarang makanlah Vin!" Ucap nyonya Rindu.
" Aku mau di suapi Vania." Ucap Gavin menunjuk Vania.
" Baiklah akan aku suapi." Sahut Vania.
Dengan telaten Vania menyuapi Gavin. Gavin mengunyah makanannya sambil terus menatap wajah Vania.
" Kenapa menatapku seperti itu Mas?" Tanya Vania menatap Gavin.
" Kamu istriku kan? Kamu sangat cantik, aku sangat bahagia punya istri secantik kamu, tapi dimana anak kita? Apa dia setampan aku? Kalau dia perempuan pasti secantik kamu." Oceh Gavin.
" Dia laki laki, tampan seperti kamu." Sahut Vania menahan air matanya.
Siapa yang tidak sedih melihat suaminya bersikap seperti ini. Entah apa yang terjadi kepada Gavin, ia sendiri tidak tahu pasti.
" Nanti malam aku mau tidur bersamamu, jangan tinggalkan aku ya." Ucap Gavin.
" Iya, aku tidak akan meninggalkanmu." Sahut Vania.
" Janji." Gavin mengajukan jari kelingkingnya.
" Janji." Vania menautkan jari kelingkingnya pada Gavin.
Gavin makan sampai habis setelah itu ia meminum obatnya.
" Istirahatlah Mas!" Ucap Vania.
" Tidurlah bersamaku di sini dan peluk aku Vania! Aku takut!" Ucap Gavin.
Vania naik ke atas ranjang memeluk Gavin. Gavin menyusupkan wajahnya ke dada Vania.
Vania mengelus punggung Gavin.
" Ya Tuhan... Aku sudah memaafkan suamiku, jangan kau buat suamiku menderita seperti ini ya Rob, ampunilah segala kesalahannya. Dan angkatlah segala penyakitnya." Batin Vania.
Sungguh wanita yang mulia. Setelah apa yang di lakukan Gavin kepadanya Vania masih saja memaafkan dan mencintainya.
Setelah Gavin tidur, Vania kembali ke kamarnya dimana Sandia sedang menjaga Gava.
" Anak Mama lapar ya, pengin minum susu." Ucap Vania memangku Gava.
Vania segera menyusuinya.
" Gimana keadaan kak Gavin setelah sadar Kak?" Tanya Sandia yang memang belum tahu keadaannya.
" Dia terlihat seperti orang linglung San. Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi pada kakakmu." Sahut Vania menghela nafasnya.
" Yang sabar Kak, mungkin itu hanya efek bangun dari komanya. Paling cuma beberapa hari saja setelah itu dia akan kembali normal seperti biasa." Ujar Sandia.
" Amin.. Semoga saja San, aku juga berharap seperti itu." Sahut Vania.
" Iya Kak, semuanya pasti akan berlalu dengan cepat. Tahu tahu nanti kak Gavin sudah kembali normal seperti biasanya." Ucap Sandia.
" Amin." Sahut Vania
...****************...
Sore hari Vania membantu Gavin mandi. Tanpa rasa malu atau pun risih ia menyabuni punggung dan seluruh tubuh Gavin.
" Vania lihat busanya!" Sorak Gavin memainkan busa sabunnya.
" Iya bagus ya Mas." Sahut Vania.
Gavin meniup busa itu ke wajah Vania hingga membuat mata Vania pedih.
" Awh Mas pedih." Vania memejamkan matanya menahan perih di matanya.
Gavin segera meniup mata Vania. Vania tersenyum ke arahnya.
" Nggak akan hilang kalau cuma di tiup Mas, emangnya debu." Vania membasuh mukanya mencoba menghilangkan busanya.
Gavin melongo melihat apa yang di lakukan oleh Vania.
" Kita lanjutkan mandinya Mas, keburu kamu kedinginan lagi." Ujar Vania.
Setelah selesai mandi, Vania membantu Gavin memakai pakaiannya.
Sandia masuk ke dalam sambil menggendong Gava.
" Kak Gava lapar nih!" Ujar Sandia.
" Iya sini biar aku kasih Asi dulu. Mas Gavin juga udah selesai kok." Sahut Vania mengancingkan kancing terakhir baju Gavin.
Vania duduk di tepi ranjang sambil menyusui Gava. Gavin menghampirinya lalu duduk di sebelah Vania.
" Vania dia mirip boneka, apa dia boneka hidup?" Tanya Gavin menatap Gava.
Vania melongo dengan pertanyaan yang Gavin lontarkan. Boneka hidup?
" Dia putra kita Mas, tampan kan." Ujar Vania.
" Oh putra kita, iya tampan." Sahut Gavin.
" Halo sayang, gendong papa yuk." Ucap Gavin.
" Nggak boleh! Kalau kamu mau gendong Gava, kamu harus sembuh dulu." Ucap Vania.
Gavin nampak sedih dan kecewa.
Vania tidak mau menanggung resiko dengan memberikan Gava pada Gavin. Bisa bisa Gavin melemparnya karena mengira Gava boneka.
Gavin menoel pipi Gava dengan gemas. Sesekali ia menatap Vania yang mengajak Gavin berbicara. Hatinya merasa hangat melihat mereka berdua. Ia merasa sangat bahagia memiliki keluarga kecil yang sangat ia sayangi.
Setelah Gava tidur, Vania membawanya ke kamarnya di ikuti Gavin dari belakang.
" Vania aku mau tidur di sini sama kamu dan Gava." Ucap Gavin.
Vania berpikir apa tidak pa pa Gavin tidur bersama Gava? Ada ketakutan sendiri dalam hati Vania apalagi keadaan Gavin yang tidak stabil.
" Vania... " Rengek Gavin.
" Baiklah." Sahut Vania.
" Terima kasih." Ucap Gavin.
Tiba tiba...
Cup...
Gavin mencium pipi Vania dengan mata berbinar. Vania hanya membalasnya dengan senyuman.
Malam hari setelah makan malam, Gavin dan Vania beranjak tidur. Gavin memeluk Vania dari belakang. Ada yang aneh...
Vania merasakan ada yang berdiri tegak di bawah sana.
" Kenapa milik Mas Gavin berdiri? Apa iya kalau orang yang tidak normal itunya bisa normal ya?" Batin Vania.
Tidak mau pusing memikirkan hal itu Vania memejamkan matanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi ini seteleh selesai memandikan Gavin dan Gava, Vania turun ke bawah untuk memasak makanan kesukaan Gavin.
Satu jam berkutat akhirnya Vania berhasil membuat bubur ayam dan telur puyuh kecap untuk Gavin. Ia segera menatanya di mangkuk lalu membawanya ke kamarnya.
Saat ia hendak membuka pintu tiba tiba....
Tiba tiba apa hayooooo....
Jangan lupa tekan like koment vote dan 🌹nya buat author donk...
Terima kasih untuk readers yang telah mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/