Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 (Bertemu Ibu Marco)
"Oh iya, sayang, ngomong-ngomong soal kuliah, kamu juga berniat untuk kuliah kan?" Tanya Silva dengan mata berbinar-binar.
"Kalau masalah mau, aku sih mau, Sil, cuma aku sadar dengan kondisi keuangan orang tuaku saat ini dan aku menunda kuliahku sampai aku udah punya cukup uang untuk biaya kuliah" jelas Marco.
"Rencana terdekat sih, aku mau nyari kerja, kerjaan apa aja, yang penting aku punya penghasilan dan bisa nabung buat biaya kuliahku nanti" lanjut Marco.
"Aku bangga sama kamu, sayang, kamu sudah berpikir sejauh itu dan memikirkan masa depanmu" Silva memuji kekasihnya.
"Harus dong, sayang, kan suatu saat nanti, aku bakal jadi kepala keluarga dan memikul tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, makanya itu aku harus memikirkan sampai kesana, agar kelak ketika aku jadi suami kamu, kebutuhan kamu akan terpenuhi semuanya" kata Marco dengan raut wajah serius.
Marco dan Silva larut dalam obrolan panjang. Entah sudah berapa topik yang mereka bahas. Sampai tidak terasa sudah hampir 3 jam mereka disana.
"Sayang, kita udah lama banget yah disini, gak terasa udah hampir sore" Silva menyadari saat melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 3 sore.
"Kita balik yuk, sayang, soalnya sejam lagi aku harus gladi resik sebelum pementasan nanti malam" ajak Silva. Marco pun beranjak dari tempat duduknya, mengikuti Silva yang sudah jalan duluan.
Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka berdua berjalan keluar dari cafe dan mobil pun langsung melaju begitu mereka berdua masuk kedalam mobil.
Silva mengantar Marco terlebih dahulu, lalu setelah itu lanjut lagi ke rumahnya.
"Makasih yah, sayang, udah diantar sampai rumah" kata Marco, saat turun dari mobil Silva.
"Iya, sayang" Silva tersenyum.
"Eh.... Ada tamu toh, kenapa gak diajak masuk sih, Marco" seseorang datang menghampiri Marco dan Silva yang sedang ngobrol.
"Gak usah, Bu, aku cuma antar Marco aja, ya udah aku pamit yah, Bu, Co" Silva berpamitan pada wanita paruh baya yang ternyata ibunya Marco, bernama Mila.
"Iya, neng, hati-hati dijalan yah, jangan ngebut bawa mobilnya, terus kalau ada waktu main kesini yah, pintu rumah ini selalu terbuka untuk kamu" kata Mila dengan penuh keramahan. Tentu saja, itu dia lakukan untuk mendapatkan simpati dari Silva.
"Sayang, jangan lupa nanti malam yah, jangan sampai gak datang loh" Silva mengingatkan kekasihnya itu.
"Iya, sayang, aku pasti datang, kamu hati-hati dijalan yah" Marco melambaikan tangannya, sampai mobil Silva berjalan perlahan dan semakin menjauh dari rumah Marco.
"Eh, Marco, yang tadi itu siapa? Pacar kamu yah?" Mila menebak.
"Iya, Bu, namanya Silva, baru hari ini kita jadian" jawab Marco.
"Wah.... Bagus tuh, Co, sebisa mungkin kamu pertahankan hubungan kamu sama Silva, kalau bisa sampai nikah yah" mata Mila berbinar-binar dan tampak sangat bersemangat.
"Kok ibu malah semangat gitu sih, ada apa nih?" Marco menatap ibunya dengan curiga.
"Iya dong, Silva kan anak orang kaya, kalau kamu pertahankan hubungan kamu itu, apalagi kalau sampai nikah sama dia, kita bisa kecipratan kaya juga" kata Mila dengan senyum sumringah.
"Hah.... Sudah kuduga, pasti ujung-ujungnya mengarah kesitu, gak jauh-jauh dari materi" Marco menghela nafas pelan dan apa yang dia pikirkan benar adanya.
"Hei, Marco, kita itu harus realistis, hidup kita sudah susah, jadi, kamu harus pintar dalam mencari pasangan, yang bisa mengangkat derajat kita, seperti Silva salah atau contohnya, itu pilihan yang tepat dan ibu sangat setuju kamu sama dia" kata Mila panjang lebar.
"Ya udah, terserah ibu aja, aku mau kedalam dulu, mau mandi, soalnya nanti malam mau lihat pementasannya Silva" Marco pun beranjak masuk kedalam rumah.
"Kalau misalkan nanti Marco nikah sama Silva, bakal kecipratan juga tuh kekayaannya, jadi, aku gak bakal hidup melarat lagi, mau belanja apa aja, tinggal minta sama Silva, mau makan mewah apapun, tinggal bilang dan langsung disiapin deh, hah.... Semoga aja tercapai semuanya itu" Mila mulai berkhayal menjadi orang kaya saat Marco menjadi suami Silva kelak.