Senja Kumala, anak kecil malang yang lahir dari seorang wanita yang tak menginginkannya. Ia lahir karena hasil pemerkosaan.
Ibunya sangat benci dirinya, ia kerap mendapatkan siksa lahir batin. Bahkan hingga ia dewasa dan menikah, penderitaan Senja belum berakhir.
Wanita malang itu hanya dijadikan istri kedua dan mesin pembuat anak untuk sang suami. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan sosok pria yang masuk ke dalam lembah hitam. Sosok pria yang tidak percaya dengan adanya cinta dan kasih sayang.
Pria itu adalah Karang, anak yang memiliki masa lalu tak mengenakkan dan hampir merusak masa depannya. Dan masa lalu itu ternyata ada kaitannya dengan Senja dan ibunya.
Ada hubungan apakah mereka? Dan mampukah Karang menata kembali masa depannya dengan benar?
Dan siapa cinta sejati di masa depan Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Sesal Yang Dalam
Akmal dan Aldi menunggu di ruangan khusus tamu Loe. Mereka berdua duduk menunggu dengan gusar. Tak ada perbincangan di antara keduanya, mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran dan ketakutan masing-masing.
"Maaf menunggu terlalu lama. Ada apa gerangan yang membuat Anda ke sini? Dan.." Leo menatap bingung ke arah Aldi.
"Iya, saya yang mengajaknya ke sini. Langsung saja ke intinya, Pak. Saya datang ke sini untuk meminta Anda mengembalikan Senja. Anda yang bawa Senja pergi secara paksa, kan?" Akmal berdiri dari duduknya dan mendekati Leo yang masih mematung. Mereka kini bediri dengan jarak yang dekat dan berhadapan.
Leo mengernyitkan kening, "Saya nggak paham. Untuk apa Anda meminta Senja dikembalikan? Apa urusannya dengan Anda? Anda sudah terlalu lancang untuk ikut campur urusan saya. Dan Anda siapa mengatur-atur saya?" Leo mulai mengintimidasi.
"Pak Leo, gadis yang Anda bawa adalah keponakan dari Pak Aldi, karyawan kepercayaan saya. Sekaligus anak saya. Saya sebagai Ayah kandung tidak akan pernah mengizinkan dan memberi restu Anda untuk menikahinya." Akmal memperingatkan dengan tegas.
Tak ada ekspresi terkejut ataupun syok dari wajah Leo, "Wow. Berita yang mengejutkan. Seorang Akmal Dirgantara, mempunyai simpanan? Oh tidak-tidak, bukan simpanan. Tapi tersangka pemerkosaan seorang gadis, lalu setelah itu pergi. Hebat sekali." Leo bertepuk tangan untuk Akmal sebagai bentuk penghinaan. Rahang Akmal seketika mengerat. "Kau tahu, kau seperti pria yang tak tahu diri. Kau melecehkan wanita, kau tinggal dia, begitu kau bertemu dengan anak yang di besarkannya seorang diri, kau mengakui dia sebegai anak." Leo masih bicara dengan nada menghina.
Akmal memgepalkan kedua tangannya. Ia sadar dan tahu apa yang dikatakan Leo memang benar, ia memang pria yang tak tahu diri, datang-datang mengakui, padahal dulunya ia pergi. Tapi akan lebih tak tahu diri lagi jika ia mengetahui Senja anaknya dan membiarkannya masuk ke lubang neraka.
"Kau tidak berhak untuk menghakimi kesalahan seseorang. Terlepas dari kesalahan masa lalu yang aku buat, Senja tetaplah anakku. Dan aku sebagai walinya, tidak akan pernah sudi membiarkan anakku jatuh ke tanganmu."
Leo tersenyum sinis, "Lagi pula siapa yang akan menikahi anakmu? Awalnya memang aku akan menikahi dia secara hukum dan agama. Tapi sayangnya dia berulah dengan meninggalkan rumah dan menghilang. Jadi aku putuskan untuk meminjam rahimnya saja tanpa berminat menikahinya." Leo menjawab dengan enteng seakan ia tak ada salah.
Kedua pria di depan Leo jelas merasa geram dengan ucapan pria itu. Namun, Aldi berusaha untuk menekan emosinya agar tak melupa ke permukaan, ia takut jika ia gegabah akan menghancurkan semuanya.
Reaksi yang berbeda dari Aldi di tunjukkan Akmal. Tangannya secepat kilat melayangkan pukulan ke wajah Leo. Nampaknya pukulan itu cukup kuat melihat Leo yang hampir tersungkur ke lantai.
"Kembalikan anakku sekarang atau kau akan ku laporkan polisi karena sudah membawa anakku tanpa izin," ancam Akmal.
Leo menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar. "Ibunya saja sudah memberiku izin untuk melakukan apapun terhadap anaknya. Lalu kenapa kau yang belingsatan. Laporkan saja! Aku tak takut. Kita lihat siapa yang akan digelandang ke penjara nantinya. Aku atau kau, pikirkan itu sebelum melakukannya." Leo mengibaskan tangannya ke jas Akmal seakan membersihkan debu yang bertebaran.
Akmal hendak melempar pukulan, tapi dengan cepat tangan Aldi mencengkram pergelangan tangannya. Ia menggeleng pelan pertanda untuk tak perlu menyelesaikannya dengan kekerasan.
"Pikirkan nasibmu dan anakmu sebelum bertindak apapun. Kau tahu, luka yang kau beri akan dipertanggungjawabkan oleh anakmu nanti." Leo pergi setelah itu.
"Pengecut, pecundang. Kau hanya berani dengan wanita."
"Kita sama teman. Kita sama-sama pecundang. Jangan lupakan masa lalumu." Leo berucap dengan nada menghina.
Akmal melemparkan pukulan ke udara begitu pintu tertutup seiring hilangnya suara langkah Leo. Akmal terduduk dengan lemas, menenggelamkan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia frustasi, tak tahu bagaimana dan langkah apa yang akan ia ambil.
"Bagaimana ini, Kak? Belum apa-apa aku sudah tak bisa melakukan apapun."
"Bagaimana kalau kita sekarang pulang dulu, aku akan coba untuk bujuk Manda biar mengembalikan uang yang sudah di berikan Leo. Mungkin kita bisa pakai cara itu untuk membebaskan Senja. Terlihat sangat tidak mungkin, tapi nggak ada salahnya kita coba. Apapun harus kita lakukan untuk bawa Senja kembali."
"Aku ikut pulang, aku mau ketemu Manda, ku mohon." Akmal memelas seakan ia tahu akan dijawab penolakan oleh Aldi.
"Lain kali saja, Mal. Manda pernah depresi saat kau tinggalkan dia. Bahkan hingga saat ini terkadang sering kumat."
"Aku janji akan pergi jika dia minta aku pergi. Aku nggak akan maksa dia untuk menemuiku. Setidaknya izinkan aku mengetahui di mana kalian tinggal. Berikan aku kesempatan untuk hanya sekedar mengucap kata maaf padanya." Akmal memohon dengan mata yang sudah berembun.
Aldi melihat penyesalan yang dalam dari pelupuk mata pria yang selama ini ia cari itu. Setiap manusia bukankah punya kesalahan? Baik besar maupun kecil, mereka berhak punya kesempatan kedua meskipun tak semua kesalahan bisa diberi kesempatan.
Perubahan adalah hal yang paling penting ketika kita sudah menyesali apa yang sudah kita perbuat. Di zaman sekarang, banyak orang yang sadar dirinya salah, mereka bersedia minta maaf, tapi sayangnya tak sedikit dari mereka tak melakukan perubahan apapun. Mereka masih melakukan kesalahan yang sama, kembali ke lubang yang pernah membuatnya terjatuh lalu kembali meminta maaf.
Seakan meminta maaf adalah hal yang mudah dilakukan namun, tak ada timbal balik dari permintaan maaf itu. Padahal yang paling penting dari permintaan maaf adalah adanya perubahan. Maaf memang sangat penting, tapi tidak untuk diulang-ulang apalagi kesalahan yang dilakukan sama.
"Kau yakin? Apa kau siap melihat reaksi dari Manda? Seperti yang aku ceritakan tadi. Dia begitu membenci Senja karenamu. Dan sekarang dia bertemu denganmu. Satu-satunya manusia yang sama sekali tak mau Manda temui."
"Ini memang berat, bahkan membayangkan saja aku tak bisa. Tapi aku harus bertemu dengannya, Kak. Dia adalah cinta pertamaku dan sampai.." Akmal tak melanjutkan kalimatnya karena ia tak mampu lagi mengolah kata untuk situasi ini.
Akmal dalam hati sangat menyesali apa yang sudah terjadi. Kenapa ia tak sadar dan tak peka dengan keadaan sekitarnya, kenapa ia baru hari ini mengetahui semuanya. Setelah Senja dalam bahaya, setelah Manda berubah menjadi manusia tak berhati. Kenapa baru sekarang semua terkuak?
"Baiklah, ayo kita pulang. Kita mulai perbaiki semunya."
"Aku minta maaf, Kak. Maafkan aku atas segala kesalahan yang aku lakukan di masa lalu. Aku begitu pecundang, aku terlalu pengecut, aku bodoh tak bisa menemukan keberadaan Manda."
"Jangan tangisi apa yang sudah terjadi. Air mata penyesalan adalah sebuah kesia-siaan. Tak apa kau menyesal, tapi tunjukkan penyesalanmu itu dengan merubah masa sekarang, kau harus bisa rubah masa depan anak gadismu."
next up