DANGEROUS BADGIRL (Seven Angel Death)

***SMA DHARMA NUSANTARA .

Gian terlihat mondar mandir di ujung rooftop lantai dua .

tidak biasanya gadis itu izin sampai dua hari .

ah,entahlah . tapi dirinya kembali memikirkan tentang zana dan manisnya cinta saat masih bersama dulu.

Zana yang manis ,ceria dan terlihat menggemaskan begitu berbeda dengan zana yang sekarang ada di hadapan nya .

Gian menggeleng kan kepalanya ,mengusir semua hal buruk yang terus menerus menanamkan rasa benci di hati nya .

Ia merogoh saku lalu mencoba untuk menghubungi zana .

" please jawab nay,please" sesekali Gian menggigit bibirnya .

Fikiran nya kembali melayang,menampilkan beberapa potongan memori di mana dulu zana selalu saja menempel bak perangko pada nya .

Jujur ia risih .

" jauh jauh dari gue gih ,astaga" kesal Gian dalam hati.

Berbeda saat tatapan nya bertemu dengan sosok Renata yang nyatanya jauh lebih seksi dan lebih mengerti dirinya .

" shit!! Harusnya gue tau kalo sekolah ini punya keluarga Gautama " Gian menguar rambut nya kasar.

****TORONTO .

" gue mau ngomong" Julian menarik tangan Moza tiba tiba ,hingga membuat gadis itu seketika limbung condong ke dada nya .

" argh!" teriak Moza.

Julian dengan sigap menangkap ,namun lebih terlihat seperti pelukan .

" ngomong ya tinggal ngomong aja kali,nggak usah maksa narik " ketus moza.

" gue pengen ngomong berdua ,sama Lo !" sontak Moza mendelik

" mau apa Lo!" ia menyilangkan kedua tangan nya di dada.

" ck pikiran Lo!" Julian menunjuk kepala Moza gemas .

" yuk!"

Siapa sangka kedua tangan itu bertaut meski dalam ketidaksengajaan .

Moza yang sadar hanya diam dan memperhatikan,entah kemana Julian akan membawanya kali ini .

Langkah keduanya terhenti di tengah tengah taman hotel .

Lampu malam yang sedikit tamaram di mana saat itu cuaca nya semakin dingin .

sedangkan Moza hanya mengenakan sebuah tangtop berwarna hitam yang memperlihatkan pusar yang sudah di tindik juga sebuah hotpants berwarna putih .

" moz," Moza mengangguk

" apa?"

" gue,gue suka sama Lo,Lo mau nggak jadi pacar gue?"

seketika gadis itu menjatuhkan rahang nya .

" Lo demam jul?" Moza menempelkan punggung tangan nya pada kening Julian ,namun pemuda itu justru menangkap dan mencium punggung tangan Moza .

" eh!" ia segera menarik kembali tangan nya .

" gue nggak bisa" jawab Moza jujur,Julian mengeryit .

" kenapa? alasannya apa " tanya pemuda itu bingung,dan Moza hanya memutar bola matanya jengah.

Bagi dirinya ini hanyalah sebuah klise yang akan terus di ulang setiap dekade .

" jawaban nya Lo tau sendiri" Moza yang hendak pergi justru terhenti karena Julian yang menahan lengan gadis itu .

" gue serius ,gue nggak pernah seserius ini Moza ." ucap nya penuh harap

" apa yang Lo cari dari gue hm?Lo tau sendiri gimana gue dan siapa gue sebenarnya jul,udahlah ini basi banget buat gue" kesal nya,lagi lagi Julian malah memegang kedua bahu Moza dengan tatapan penuh harap.

" gue bisa terima Lo apa adanya" ucap Julian,Moza menarik ujung bibirnya .

" tapi gue nggak!"

"alasannya ? Kasih gue alasan nya kenapa Lo nggak mau! "

" kita beda jul,jangan bikin ini jadi rumit! Deket sama Lo aja udah salah sejak awal !"

Moza kembali menepis kedua tangan Julian .

" tapi!" Moza mengangkat sebelah tangan nya

" bukan Lo yang nggak pantas buat gue,tapi gue yang nggak pantas buat Lo!"

Sebuah kata terakhir yang Moza ucapkan sebelum gadis itu pergi meninggalkan Julian di tengah guyuran hujan salju malam itu .

Malam Natal di Toronto .

Moza