NovelToon NovelToon
Rahim Titipan

Rahim Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Nikah Kontrak / Beda Usia / Angst
Popularitas:178.8k
Nilai: 5
Nama Author: Daisha.Gw

kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ngidam

"Masyaallah enak banget"

"Kamu makan sendiri Al, kamu nggak ada niat buat nawarin saya" Rafa meletakkan ponselnya di atas meja, ia fokuskan pandangan pada Alya yang asik dengan makanannya sendiri, Alya tidak menggubris ucapan sang suami, sedangkan Rafa meneguk air liurnya.

"Alyaa"

"apa sih mas, kamu dari tadi main ponsel aja, aku ngomong di cuekin,. gimana rasanya di cuekin... enak nggak" Alya membuang pandangannya.

"maaf, tadi saya dapat telpon dari Naila"

"oh" jawab Alya kesal

"kamu cemburu, ya" goda Rafa , tangannya kini sudah berpindah ke pinggang sang istri

"idih, siapa yang cemburu, terserah mas mau telponan sama siapa aja, aku cuman kesal" jujur Alya tidak cemburu, apalagi tau yang menelpon itu adalah Naila, Alya hanya kesal karena di abaikan.

"Bilang aja kamu cemburu" Rafa menggenggam tangan Alya yang terdapat satu tusuk sate di sana, ia arahkan Tangan itu ke mulutnya, Alya hanya bisa melongo melihat tingkah sang suami, sedikit malu juga karena di sana bukan hanya ada mereka berdua, tapi banyak pelanggan lain juga.

"mas..." tegur Alya

"enak, saya suka, lagi dong" lagi... Rafa mengarahkan tangan Alya yang ia genggam ke mulutnya.

"mas, malu di liatin orang"

"peduli banget sama orang, masa bodo Al"

Alya memutar matanya jengah, Rafa memang tidak akan mau kalah.

....

"Alhamdulillah, kenyang banget aku, mas" Alya menoleh ke arah Rafa yang fokus menyetir, Rafa juga ikut menoleh dan tersenyum pada istrinya, di usapnya kepala Alya dengan lembut.

"mau makan apa lagi, Hem" Alya menggeleng, ini saja ia sudah kekenyangan, masa mau di tambah makan lagi, bisa sesak nafas yang ada

"nggak mas, ini aja aku sudah begah" keluh Alya mengusap perutnya.

"ya udah kamu tidur aja dulu, perjalan masih jauh"

"mas kalo capek istirahat aja dulu, jangan di paksain yaa"

"iyaa, sayang, ini juga sebentar lagi udah sampai bandara "

blush

Alya membuang pandangannya ke arah luar jendela, apa kata Rafa, sayang? mungkin sekarang pipi Alya sudah memerah seperti kepiting rebus, Rafa tau jika sekarang Alya lagi salah tingkah, ia tersenyum jahil.

"sayang, kamu kenapa"

"Mas... jangan gitu, aku jadi salah tingkah" kejujuran Alya mengundang gelak tawa dari Rafa, sungguh sikap ini yang ia Suka dari istri nya itu, sifat manja... menggemaskan, berbeda dari Naila yang menurutnya kekanak-kanakan, mungkin perbedaan usia mereka juga menjadi salah satu alasannya, bukan niat Rafa ingin membandingkan istri-istrinya, hanya saja ia terkadang kesal dengan tingkah Naila akhir - akhir ini, kadang wanita itu marah tidak jelas.

....

mereka sudah di Jakarta, sekarang sedang di perjalanan menuju rumah.

"Al, kamu masuk dulu ya, saya mau ke rumah Naila, nggak papa kan"

"iya mas, nggak papa" Rafa memasukkan koper mereka ke dalam rumah.

"Ada masalah ya mas sama mbak Naila" Alya beranikan diri untuk bertanya, pasalnya sejak mereka pulang Rafa tidak henti-hentinya menghubungi Naila, ia hanya takut Naila marah, dan kemarahannya itu karena dirinya. Rafa menyentuh ke-dua bahu sang istri, ia menggeleng dengan senyuman di wajahnya.

"mas nggak bohong kan"

"iyaa, Al, sini duduk" mereka duduk di pinggiran ranjang, Alya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.

"Kamu nggak usah memusingkan Naila ya, Al. biar Naila menjadi urusan saya"

"Hem" jawab Alya singkat, Rafa mengusap lembut pipi Alya yang mulai terlihat berisi.

"nginap di sana, mas?"

"iya saya nginap di sana, kalo ada apa-apa langsung telpon aja"

"iyaa" Alya menarik tangan suaminya untuk ia letakkan di atas perutnya, Alya juga mengarahkan tangan Rafa untuk mengelus perutnya.

"Nanti malam kamu kan nggak pulang, jadi aku mau sebelum mas pergi, mas usap dulu, bilangin ke anak kita kalo mas nggak bisa tidur barang dia Nanti malam" Rafa merubah duduknya, jadi berjongkok di depan sang istri, ia usap lembut perut Alya yang mulai terlihat timbul, Rafa juga mendaratkan ciuman begitu dalam di sana

"anak papah nanti malam jangan rewel ya, nak. jangan bikin mamah nggak bisa tidur, ok, papah nggak bisa nemenin kalian dulu malam ini, anak papah ngerti kan"

"iya papah" suara Alya menggantikan anaknya.

Rafa berdiri dan Alya memeluknya, Rafa mengusap kepala sang istri, begitu lembut penuh dengan cinta.

....

Alya sedang melihat lihat kembali foto yang ia ambil bersama Rafa sat sedang di pantai, Alya sudah menyalin foto itu ke laptopnya.

tangannya terjulur mengusap wajah tampan Rafa di layar, ia tersenyum.

"Mas, aku boleh egois nggak, aku nggak mau di cerai setelah anak kita lahir, mas. aku ingin terus bersama kamu, aku ingin melewati masa tua ku bersama mu, aku ingin kau lah yang menjadi pendamping hidupku hingga kita di pertemukan lagi di surga Allah"

"mas, aku sayang kamu, aku nggak bisa jauh dari kamu, aku nggak mau kita pisah mas, aku rela menjadi istri kedua yang tidak pernah di akui keluarga mu, asal kan aku terus bisa sama kamu mas, aku rela" helaan nafas begitu berat terdengar kian jelas.

"ganteng banget sih, walaupun sudah tua" ujar Alya mengalihkan ucapannya sendiri.

"emang tua yaa? kalo di hitung hitung lumayan juga jarak usia ku sama mas Rafa..."

"15 tahun?" Alya melongo setelah menyadari jarak usia mereka, aku baru lahir mas Rafa sudah pakai baju putih abu-abu" Alya tersenyum kecil.

"tapi nggak keliatan tua sama sekali " wanita itu sedih menunduk menatap perut nya.

"sayang, anak Mamah, buah hati mamah... nak..."sulit untuk melanjutkan ucapannya, tenggorokannya tercekat

Alya memejam, ia tidak dapat menahan air matanya yang ingin keluar.

"sayang, walaupun nanti mamah nggak bisa ada buat kamu, percayalah nak, mama sangaat menyayangi kamu, maaf nak... ini sudah menjadi takdir kita sayang, tapi percayalah... walaupun kita tidak bersama, tapi kamu selalu ada di hati Mamah, dan mamah yakin mama Naila akan sangat menyayangi kamu nak, ada papa juga, jadi kamu jangan takut ya sayang"

Dering ponsel di atas Nakas mengalihkan fokus wanita muda itu, nama Rafa yang ada di panggilan masuknya, Alya cepat menghapus air matanya tidak ingin Rafa kawatir

"assalamualaikum, Al"

"waalaikumsallam, mas."

"kenapa belum tidur, Hem?"

"belum ngantuk, mas " di sebrang sana Rafa memposisikan dirinya bersandar di dasbor ranjang, tidak ada siapapun selain ia di kamar itu

"mas sendiri, mbak Naila mana "

"ada di bawah lagi buat puding "

"puding di jam segini?" Alya sedikit tidak percaya, ini sudah hampir jam 10 malam, tapi istri pertama suami nya itu malah membuat puding.

"saya yang mau, Al."

"mas, ngidam?" selidik Alya.

"ngidam?, bukannya kamu yang hamil, masa saya yang ngidam al" Rafa melirik ke arah luar, takut Naila masuk dan berakhir marah lagi.

"iya mass, suami juga bisa ngerasain ngidam tau"

"masa sih?"

"hemm, sayang" ucap Alya

"apa tadi coba ulang, mas nggak denger"

"iya aku bilang"

"bukan, bukan itu, Alya"

"sayang!" Alya jadi malu sendiri, ia yang awalnya ingin menggoda, tapi justru ia yang lagi-lagi salah tingkah.

"ciee, pipinya merah"

"hiiss, apaan sih, Siyapa yang merah coba"

"kamu tuh, pipinya merah, kaya udang rebus"

"masss, puding sudah masak, kita makan di bawah aja yaa" teriak Naila dari arah dapur.

"Al, sudha dulu yaa, saya mau makan puding, kamu habis ini tidur, Jangan begadang, nggak baik"

"iya mas, ini aku langsung tidur Ko, ya udah mas juga Jangan begadang, assalamualaikum"

"Waalaikumsallam"

selesai panggilan nya terputus Rafa bergegas menemui Naila di bawah.

"kenapa lama mas, telponan sama Alya?"

1
guntur 1609
gak tabu aja kalian kalau menantu telah menghina mertua. apa alya gak tahu kalau rafa oernah merendahkan kedua orang tuanya
guntur 1609
biarkan si rafa memperjuangkan kalian alya. biar dia tahu arti dari sebuah pengorbanan. karna selama ninkan dia egoia
guntur 1609
hahahah takut juga jihan sm rafa
guntur 1609
radain kau rafa. dasar bodoh. dosen tapi kok begoknya mnt ampun
guntur 1609
mampuslah kau raga di bodohi sm istrimu naila. kau menyesal lah kau seumur hidup mu sdh m3mbuang anak dan istrimu
guntur 1609
ni bukan mimpinya alya kan thor. kok bisa tiba2 terjadi sprti tu
guntur 1609
kau sendiri yg salah bodoh. knp kau salahkan org laun dan suamimu
guntur 1609
bagus tu al. gak usah meminta sm rafa. semakin kau bergantung sm dia. kau akan dianggap hina terus sama dia
guntur 1609
patah kau rafa. sdh sepwrti jalang iatrimu kau buat. dasar dosen saraf
guntur 1609
ia lah rafa. mngkn karna kau yg tdk merasakanya
guntur 1609
ia lah rafa. mngkn karna kau yg tdk merasakanya
guntur 1609
nanti senjata makan tuan kau rafa
Dewi sumarti
Luar biasa
Siti Sumarni
mampir Thor..q tertarik dg ceritamu 😊
Siti Tea
Luar biasa
Suartati Hasibuan
cemburu terus kamu Rafa
Suartati Hasibuan
tau aj kamu lg telponan sama Alya
Suartati Hasibuan
nah loh ketauan,
Suartati Hasibuan
tanpa mereka sadari mereka berdua menggemaskan
Suartati Hasibuan
cerita nya bagus,,
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!