Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Amarah Feng Xiao Lan.
Bab 4. Amarah Feng Xiao Lan.
Setelah merasa cukup membersihkan diri, akhirnya Feng Yan memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum itu dia memakai mantel merah yang batu saja dia buat. Rasa hangat dan nyaman langsung menyebar ke seluruh tubuh saat Feng Yan memakainya.
Sebelum benar benar pergi dia pun memandangi keindahan alam yang ada di dalam hutan Senyap ini. Tiba tiba matanya menyipit. Dan dia menemukan sebuah lubang di balik air terjun dengan diameter 3 meter yang di tutupi oleh sulur sulur panjang seperti akar pohon yang hampir menutupi seluruh lubang sehingga Gua itu tersamarkan.
Sesaat dia merasa agak ragu, tapi dia sangat penasaran. Akhirnya dia pun membulatkan tekadnya dan nekat masuk ke dalam.
Setelah langkahnya memasuki mulut gua, Feng Yan merasakan keheningan yang menyesakkan. Kegelapan meliputinya, tetapi dia berusaha mengabaikannya dan melanjutkan langkah.
Ketika matanya mulai terbiasa dengan pencahayaan redup, dia terkejut melihat betapa luasnya gua itu. Dinding-dinding batu yang halus dan terstruktur memberikan kesan bahwa tempat ini pernah dihuni oleh seseorang.
Meskipun terdapat debu dan kotoran, ada tanda-tanda jelas bahwa gua ini pernah dirawat dan dibersihkan dengan rutin.
"Apa yang terjadi di sini?" gumam Feng Yan, suara hatinya bergema di sekelilingnya. Ketertarikan dan kecemasan bercampur aduk dalam benaknya, mendorongnya untuk melangkah lebih jauh ke dalam gua.
Saat Feng Yan menjelajahi sudut-sudut gua, pandangannya tertuju pada sesuatu yang mencolok. Di salah satu sisi ruangan, terletak sebuah kerangka manusia yang tampak sudah lama mati. Dalam kegelapan, jubah hitam yang membalut kerangka itu tampak kusam dan robek, menambah kesan misterius yang menyelimuti tempat itu.
"Ini…," dia mendekat, hatinya berdegup lebih cepat. "Apakah ini kerangka seorang kultivator?"
Dari penampilannya, Feng Yan dapat merasakan aura yang sangat samar mengelilingi kerangka tersebut. Meskipun tak ada tanda-tanda kehidupan, fluktuasi energi Qi yang lemah menyebar dari tubuh kerangka, menciptakan suasana yang tidak biasa.
"Mengapa ada fluktuasi energi di sini?" dia bertanya pada dirinya sendiri. "Apa yang terjadi padamu Senior ?"
Feng Yan melangkah lebih dekat, mengamati kerangka tersebut dengan seksama. Energi Qi yang lembut membuatnya merasa terhubung, seolah ada kisah yang menunggu untuk diceritakan. Dia menyentuh jubah hitam yang membalut kerangka itu dengan hati-hati, merasakan getaran halus yang menjalar di ujung jarinya.
"Kau pasti menyimpan sesuatu yang penting," ucapnya, berbisik seolah berharap bisa mendengar jawaban.
"Apa yang membuatmu terjebak di sini?"
Dalam keheningan yang membungkusnya, Feng Yan merasakan rasa penasaran yang mendalam. Dia ingin tahu lebih banyak tentang sosok ini, tentang kehidupan dan perjalanan yang telah dilaluinya. Mungkin ada pelajaran atau rahasia yang bisa dia ambil dari kehidupan sang kultivator.
Namun, di tengah rasa ingin tahunya, dia juga merasakan ketakutan yang mengintai.
"Apakah aku seharusnya berada di sini?" pikirnya, kembali melihat sekeliling gua yang sunyi.
"Atau ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu di balik kerangka ini?"
Ketika dia mundur sejenak, Feng Yan mendapati dirinya terhanyut dalam pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban. Gua ini, kerangka ini, semua ini seolah bagian dari teka-teki yang lebih besar yang harus dipecahkan.
"Aku tidak bisa pergi tanpa mengetahui kebenarannya." Tekadnya menguat. Dia mengumpulkan keberanian dan bersiap untuk menggali lebih dalam, berusaha untuk memahami fluktuasi energi yang samar dan apa yang mungkin bisa dia pelajari dari kerangka yang tergeletak di depannya.
Saat itu, pandangannya tertangkap oleh sebuah kotak hitam yang terletak di dekat kerangka. Dengan hati-hati, Feng Yan membuka kotak tersebut dan terkejut menemukan sebuah surat yang sudah mulai menguning serta sebuah cincin ruang berwarna hitam.
Dia membuka surat itu dan mulai membacanya:
"Namaku adalah Han Chen, seorang kultivator tahap dewa level 9. Aku berasal dari alam atas. Tapi aku terluka parah saat bertarung dan diburu oleh musuh-musuhku. Aku adalah seorang Grand Master Alkimia yang tak terkalahkan.
"Aku berhasil menciptakan sebuah pil langka tingkat 10 yang disebut Pil Pemecah Batasan, yang memungkinkan seorang kultivator untuk menembus tingkatan baru di atas tingkatan dewa, yaitu Dewa Sejati."
"Namun, sebelum aku berhasil mengonsumsinya, kabar itu di bocor oleh muridku yang sangat aku percaya. Dia mengkhianatiku, dan aku pun diburu dari segala arah selama bertahun-tahun."
"Aku berhasil mengamankan pil itu dengan taruhan besar. Aku memakai sebuah artefak tingkat tinggi untuk membuka celah ruang dan berakhir di alam bawah ini."
"Namun, badai ruang dan waktu membuatku terluka parah, hingga akhirnya aku yakin jika ajalku sudah dekat. Sebelum aku mati, aku menulis wasiat ini."
"Bagi siapapun yang menemukan kerangka ku, maka dia akan mewarisi seluruh kemampuan alkemis ku dan menjadi Grand Master Alkimia berikutnya."
"Untuk mengakses warisanku, kau harus menyerap Kristal Omega yang kutinggalkan sebelum aku mati di dalam cincin ruang. Kristal Omega adalah sebuah batu kristal unik yang mengandung hukum ruang dan waktu."
"Kristal ini langka dan mampu menyimpan segala hal, termasuk ingatan. Aku telah menuangkan semua ilmu pengetahuan yang kumiliki sepanjang hidupku dan menggabungkannya dengan esensi darahku ke dalam Kristal Omega."
"Manfaatkan dengan baik. Bantu mereka yang membutuhkan dan jangan gunakan untuk tujuan yang tercela. Di dalam sana ada juga cincin ruang yang menyimpan semua hartaku. Manfaatkan dan pergunakan dengan bijak."
"Feng Yan menutup surat itu dengan perasaan campur aduk. Dia tak menyangka akan menemukan harta berharga seperti ini. Namun, satu bagian dari surat itu membuatnya terkejut."
“Tingkat di atas Dewa? Dewa Sejati?” pikirnya, tertegun. “Aku tidak menyangka ada tingkatan lain yang lebih tinggi setelah Dewa. Selama ini, aku hanya berpikir bahwa Dewa adalah puncak dari semua kultivasi.”
Feng Yan menggigit bibirnya, jiwanya bergetar saat dia menyadari bahwa dunia tempat dia tinggal selama ini ternyata hanyalah alam rendah. Rasa tidak percaya dan kekecewaan melanda dirinya.
"Apakah ini artinya aku belum benar-benar memahami apa pun? Selama ini aku berjuang untuk menjadi yang terkuat, namun ternyata ada tingkatan yang jauh lebih tinggi yang bahkan tidak pernah aku bayangkan."
Kepalanya berputar dengan kemungkinan baru yang terbuka. Jika Pil Pemecah Batasan itu benar-benar ada, maka ada harapan untuk mencapai kekuatan yang lebih tinggi. Namun, rasa ketidak pastian melanda hatinya.
"Apa artinya semua ini bagiku? Apakah aku cukup kuat untuk mengatasi semua rintangan yang mungkin menghadang? Ah masa bodoh. Aku hanya harus menjadi lebih kuat bukan ?"
Dengan hati-hati, dia memegang cincin ruang berwarna hitam, merasakan energi misterius yang mengalir darinya.
"Apakah ini jalanku?" pikirnya. "Apakah aku seharusnya menjadi penerus Han Chen?"
Dengan tekad yang baru, Feng Yan merasa seolah sebuah misi telah ditugaskan kepadanya. Dia berjanji dalam hati untuk menghormati warisan Han Chen dan menggunakan pengetahuannya untuk membantu mereka yang membutuhkan.
"Ini adalah awal dari perjalanan baru," katanya, penuh keyakinan. "Aku akan mengungkap misteri yang tersembunyi di sini, tidak peduli seberapa gelap jalannya."
Kemudian dengan kekuatan fisiknya dia membuat lubang dan mengubur kerangka Han Chen sebagai penghormatan terakhirnya. Memasang batu besar di atasnya sebagai batu nisan. Lalu dia berkata
"Karena aku memutuskan menjadi penerusmu, makan mulai sekarang kamu adalah guruku." Ucapnya. Feng Yan pun melakukan sujud tiga kali sebagai penghormatan.
Kali ini tujuannya berubah. Dia tidak jadi pergi kemana-mana untuk sementara waktu. Dia memutuskan untuk tinggal di dalam Gua. Dia mulai mulai mencari batu Omega di dalam cincin hitam yang baru saja dia pakai setelah di tetesi oleh darahnya.
WUSH!
Kesadaran Fang Yan langsung masuk ke dalam cincin ruang. Saat itu juga Feng Yan berdiri terpaku, matanya terpana oleh pemandangan luar biasa di dalam cincin ruang itu.
Di sekelilingnya menjulang tumpukan batu roh menengah dan atas, setinggi delapan meter, dengan senjata dan zirah berkualitas tinggi yang berserakan, memancarkan kilauan redup. Namun, yang paling menyita perhatiannya adalah gunung-gunung pil berwarna-warni yang tersebar di berbagai sudut.
Masing-masing pil memiliki jenis dan kekuatan yang berbeda, ditunjukkan oleh jumlah garis yang melingkar pada permukaannya.
Merah: Penyembuhan Luka Luar
Putih: Penyembuhan Luka Dalam
Coklat: Pengisi Energi
Kuning: Peningkatan Kekuatan
Hijau: Pengisi Energi Qi
Nila: Penetral Racun
Biru: Penerobos Kekuatan
Ungu: Peningkatan Sementara
Hitam: Pelumpuh
Setiap pil memiliki garis untuk menunjukkan tingkatannya:
1-3 garis: Kelas Rendah
4-6 garis: Kelas Menengah
7-9 garis: Kelas Tinggi
Namun, Feng Yan tidak memiliki waktu untuk terpesona oleh kekayaan ini. Tujuannya satu. menemukan Kristal Omega, artefak yang dikabarkan mengandung hukum ruang dan waktu.
Ia mengabaikan gunung pil itu dan mulai mencari. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan kristal biru terang, memancarkan energi misterius yang membuat udara di sekitarnya terasa berat.
Begitu kristal itu berada di tangannya, sebuah kejadian aneh terjadi. Manik hijau kecil di dalam lautan jiwanya mulai bergetar hebat. Sebelum Feng Yan bisa bereaksi, manik itu keluar dari tubuhnya, melayang di udara, memancarkan cahaya hijau keemasan yang menyelimuti Kristal Omega. Dalam sekejap, kristal itu tersedot ke dalam manik, menghilang tanpa jejak.
Feng Yan hanya bisa menyaksikan dengan terbelalak, tubuhnya kaku oleh keterkejutan. Manik hijau itu benar benar membuatnya tercengang sampai tidak bisa berkata kata.
Tidak lama kemudian Feng Yan tiba tiba meringis, kepalanya dipenuhi oleh gelombang informasi yang datang dari manik hijau yang telah menelan kristal Omega.
Informasi berdesir seperti aliran listrik yang menyengat. Energi itu menggenang di dalam pikirannya, menciptakan badai pemahaman yang membuatnya seolah terjebak di dalamnya.
Rasa sakit yang luar biasa menghantamnya seperti gelombang pasang, setiap detik terasa seperti seabad.
Dia menggigit lidahnya, rasa logam yang pahit dan perih menjadi satu-satunya pengingat bahwa dia masih hidup, berjuang melawan kepingan-kepingan pengetahuan yang berusaha memadati benaknya.
Jeritan memilukan memecah keheningan, suaranya bergetar, mencerminkan kedalaman ketidakberdayaan yang menyelimuti dirinya.
"Apa ini? Kenapa terasa begitu menyakitkan?" Feng Yan merintih, suaranya pecah di tengah gelombang informasi yang tak tertahankan.
"A-Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi!" Apa yang terjadi padaku?”
Di dalam kepalanya, informasi tentang alkimia mulai berembus, membanjiri pikirannya. Ia melihat gambaran berbagai herbal langka—Lily Malam, yang dikenal untuk meningkatkan vitalitas; bunga Arum yang bisa menyembuhkan luka; dan akar Phyrexia yang langka, yang mampu memulihkan energi Qi. Setiap informasi itu datang dengan fungsi dan kegunaan yang jelas, namun masing-masing terasa seperti pisau yang menghujam kepalanya.
“Aku harus mencatat ini! Herbal..fungsinya… dan apa itu?" Api Langka?” dia merenung sambil merintih, membayangkan nyala api biru yang bergetar penuh kekuatan.
“Bagaimana aku bisa menguasai ini semua?”
Rasa takut mulai menjalari dirinya.
"Apakah ini akhir bagiku? Tidak… aku harus tahu! Harus memahami apa ini!" Suaranya tergetar, mencerminkan ketegangan yang mendalam.
Informasi tentang cara meracik pil pun mengalir dalam pikirannya, dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi—membuat ramuan penyembuhan yang sederhana, hingga meracik pil dengan efek yang jauh lebih kuat, seperti pil yang bisa memperpanjang umur atau meningkatkan kekuatan secara drastis.
Semua informasi itu menggoda dan mengerikan dalam waktu yang bersamaan.
"Aku merasakan sesuatu yang besar… begitu luar biasa!" Dia menjerit, terengah-engah.
"Sial! Tapi kenapa rasanya begitu sakit?" Dia sampai mengumpat saking sakitnya.
Setelah lima jam yang terasa seperti selamanya, rasa sakit itu akhirnya mereda. Seiring dengan itu, sebuah cahaya lembut menyentuh kesadaran Feng Yan.
Di tengah kekacauan itu, pemahaman baru mulai tumbuh. Hukum ruang dan waktu,konsep yang dulunya asing dan membingungkan, kini mengalir dalam pikirannya dengan lembut, seakan menyusuri setiap sudut jiwa dan akalnya.
"Ruang… waktu… bisa kutemukan cara untuk memanfaatkannya?" Feng Yan tertegun, kebingungan bercampur kekaguman.
"Jika aku menguasai ini semua, bukankah aku akan menjadi sangat keren!" Ucapnya narsis.
Emosi bertabrakan di dalam dirinya campuran antara rasa syukur, kelegaan, dan kekuatan baru bersatu dalam satu momen yang menakjubkan.
Dia tersenyum, bukan hanya karena rasa sakit yang akhirnya sirna, tetapi juga karena kekuatan yang baru ditemukan, membawa Feng Yan menuju jalan yang tak terduga, penuh kemungkinan yang menanti untuk dijelajahi.
Di Kerajaan Naga Emas
Pusat Perbelanjaan Ibukota
Tiga bulan telah berlalu sejak rumor kepergian Feng Yan,anak dari Patriak Keluarga Cabang Klan Feng, menyebar luas. Berita itu menjadi perbincangan hangat, bertahan selama sebulan penuh meskipun keluarga berusaha menutupinya. Namun, informasi itu tetap bocor, dan sejak saat itu, nama Feng Yan menjadi tabu di keluarga Feng. Bukan karena tak ada yang mengingatnya, tetapi karena semua orang takut akan amarah para tetua dan keempat saudaranya, terutama Feng Xiao Lan.
Setiap hari, Xiao Lan merasakan kepedihan yang mendalam. Sikapnya semakin dingin, seperti es yang membeku dalam hatinya. Meski demikian, kekuatannya meningkat pesat; dari Pengumpulan Qi level 9 menjadi Penyempurnaan Qi level 4. Semua itu tidak mengubah rasa sakit yang terus menghantuinya.
Di tengah keramaian pusat perbelanjaan, Ren Feifei , putri dari keluarga Cabang Klan Ren, berjalan-jalan dengan saudaranya, Ren Gan. Ketika melihat Feng Xiao Lan, ide nakal terbersit di benaknya. Ia tahu tentang rumor kepergian Feng Yan dan betapa marahnya Xiao Lan jika namanya disebut. Namun, Ren Feifei menganggapnya sebagai lelucon yang tidak akan berujung serius.
"Eh, lihat siapa yang ada di sini! Ada Feng Xiao Lan! Apa kabar saudaramu yang hilang? Masih mencari Feng Yan?" Ren Feifei tertawa, suaranya penuh ejekan.
Feng Xiao Lan terdiam, wajahnya tidak menunjukkan reaksi. Namun, di dalam dirinya, amarah membara. Setiap kata Ren Feifei seperti jarum menusuk hatinya.
"Jangan sekali lagi sebut namanya." bisiknya, suaranya serak, penuh dengan es yang membeku.
Ren Feifei, merasa berkuasa, melanjutkan,
"Apa? Oh, aku lupa, saudaramu itu telah lama pergi dan tidak ada kabarnya sampai sekarang, mungkin dia saat ini sudah mati di makan binatang buas. Hahaha."Ucapnya tertawa terbahak bahak.
Mendengar itu, Feng Xiao Lan merasakan sesuatu yang meledak di dalam dirinya. Dalam sekejap, ia mengumpulkan energi Qi-nya, membentuk sepuluh pedang es yang berkilauan di sekelilingnya. Suasana di sekitarnya berubah, angin dingin menyapu, membuat semua orang terdiam.
"Jangan sekali lagi sebut namanya!" Teriaknya, suaranya menggema seperti suara badai.
Ren Feifei terperangah, wajahnya pucat. "Apa yang kau lakukan?!"
Dengan gerakan yang cepat, pedang-pedang es itu meluncur ke arah Ren Feifei, niat membunuh terpancar jelas dari Feng Xiao Lan. Ren Feifei, yang berada di tingkat Penyempurnaan Qi level 2, merasakan ketakutan yang luar biasa. Ia mengeluarkan jiwa beladiri, Pedang Angin Badai, berharap bisa melawan serangan yang mematikan itu.
"Berhenti! Aku tidak ingin mati!" Teriaknya, suaranya tenggelam dalam kedinginan yang menyelimuti.
Pedang angin badai yang dikeluarkannya berusaha menangkis, tetapi kekuatan pedang es Feng Xiao Lan jauh melebihi harapannya. Dalam detik-detik yang menegangkan, Penjaga Bayangan dari keluarga Ren muncul, melindungi Ren Feifei dengan kecepatan luar biasa.
"Pergi!" teriak penjaga bayangan, tangannya bergerak cepat, menciptakan perisai yang menghentikan pedang es tersebut.
Feng Xiao Lan, melihat ada yang menolong Ren Feifei, merasakan kemarahan dan kehampaan dalam hatinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia berbalik dan pergi, langkahnya penuh dengan beban. Setiap langkahnya seolah membawa seluruh dunia di atas bahunya.
Ren Gan yang tertegun melihat kejadian itu, berbisik kepada saudaranya, "Kau benar-benar sudah melampaui batas, Feifei. Feng Xiao Lan bukan lawan yang bisa kau anggap remeh."
Ren Feifei, masih terengah-engah, menatap ke arah Feng Xiao Lan yang menjauh
"Aku hanya ingin sedikit bersenang-senang," ujarnya, namun di dalam hati, ia tahu bahwa ia telah bermain api.
Di luar pusat perbelanjaan, Feng Xiao Lan berjalan dengan kecepatan tinggi, hatinya bergejolak. Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa sakit dan kehilangan, mengingat Feng Yan yang kini menjadi kenangan pahit. Ia tidak ingin kembali ke keluarganya, tidak ingin menghadapi amarah para tetua dan saudaranya.
"Saudara Feng Yan... mengapa kau pergi?" bisiknya, air mata mengalir di pipinya, menciptakan jejak di wajah dinginnya.
Di dalam kegelapan, ia berjanji pada dirinya sendiri.
"Aku akan menjadi lebih kuat. Tidak ada yang akan menghalangiku lagi."
Kekuatan dan kesedihannya bersatu, membentuk tekad yang tak tergoyahkan. Feng Xiao Lan tahu bahwa ia harus menghadapi dunia ini sendirian, dan ia tidak akan membiarkan siapapun menginjak-injak kenangan yang tersisa tentang saudaranya.