"Rumah Tanpa Atap" mengisahkan tentang kehidupan seorang remaja bernama Zilfi, yang tumbuh dalam keluarga yang terlihat sempurna dari luar, namun di dalamnya penuh ketidakharmonisan dan konflik yang membuatnya merasa seperti tidak memiliki tempat untuk berlindung. Setelah perceraian orang tuanya, Zilfi harus tinggal bersama ibunya, yang terjebak dalam rasa sakit emosional dan kesulitan finansial. Ayahnya yang Berselingkuh Dengan Tante nya hanya memperburuk luka batin Zilfi, membuatnya merasa tak pernah benar-benar memiliki "rumah" dalam arti sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yiva Adilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIANTARA DUA RUMAH
Hari libur yang panjang sudah dekat, dan itu adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh para santri. Namun, bagi Zilfi itu adalah hari yang membingungkan ketika ia harus memilih antara pulang ke rumah ayah nya atau ke rumah ibunya...kedua rumah itu sama saja tidak membuat hati kecil Zilfi tenang,,"Aku harus pulang kemana ya?kalau aku pulang ke rumah ayah ,nanti aku melihat kemesraan ayah sama Tante Santi,melihat kemesraan mereka rasanya sakit banget,,Tante Santi yang membuat ayah meninggal kan aku dan ibu,,,kalau aku pulang ke rumah ibu,aku pasti bertemu dengan Sani anak angkat nya ibu...Sani itu kan berlagak kayak dia yang anak kandung" Gumam Zilfi .
Dini hari yang hening. Para santri masih tertidur pulas, bahkan pengurus asrama pun tak menunjukkan tanda-tanda terjaga. Zilfi perlahan berkemas, hanya membawa sedikit pakaian dan barang yang diperlukan. Ia mengenakan jaket hitam untuk menyamarkan dirinya dalam gelap.
Hatinya berdebar. Tangannya gemetar saat memegang gagang pintu. Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika ketahuan. Namun dorongan untuk bertemu ibunya lebih besar daripada rasa takutnya. Dengan langkah hati-hati, ia melangkah keluar kamar, menelusuri koridor asrama yang panjang dan sunyi. Setiap derit lantai yang terdengar membuat jantungnya.
Keluar dari gerbang asrama ternyata tak terbayangkan yang dibayangkan. Gerbang utama tidak terkunci rapat. Zilfi berdiri di sana beberapa saat sambil berpikir keras. Namun, keberuntungannya datang saat ia melihat pintu kecil di samping gerbang yang terbuka sedikit. Mungkin pengurus lupa mengunci nya .
Tanpa pikir panjang, Zilfi bersiap keluar, berlari kencang melewati jalan setapak yang mengarah ke jalan raya. Angin malam yang dingin mengusap wajahnya, tapi ia tak peduli. Hanya satu hal yang ada di pikiran: rumah Tempat ibu.
Zilfi menunggu di pinggir jalan, berharap ada kendaraan yang lewat. Jarak pesantren ke rumahnya cukup jauh, hampir 100 kilometer. Tak ada cara lain kecuali menumpang. Zilfi tak memiliki uang banyak, hanya cukup untuk ongkos sekali jalan.
Beberapa menit kemudian, sebuah truk melaju. Dengan cepat, Zilfi mengganti tangan, berharap sang pengemudi berhenti. Beruntung, truk itu melambat dan akhirnya berhenti. Sang sopir membuka jendela dan bertanya,,
"Mau kemana dek?ini sudah larut malam,,kenapa kamu sendirian?"
"Ada hal mendesak ,bisa antar saya ke kota gak?"
Sopir itu mengangguk sambil tersenyum. “yasudah,,Naiklah!!!”
Perjalanan terasa panjang, namun dalam setiap detiknya, Zilfi merasa hatinya semakin dekat dengan rumah. Ia membayangkan ibunya yang mungkin sedang terjaga di tengah malam, duduk di kursi kayu tua di dapur, menunggunya. Bayangan itu membuat senyumnya mengembang, meski ia tahu ada risiko besar yang sedang ia hadapi. Jika ayahnya tahu ia kabur dari pesantren, konsekuensinya pasti berat,apalagi dia tahu kalau alasan nya adalah pulang ke rumah ibu nya.
Namun, Zilfi merasa itu sepadan. Baginya, rindu kepada ibunya adalah sesuatu yang tak bisa dibayar oleh apapun.
Langit senja mulai merona jingga ketika Zilfi menapakkan kakinya di depan gerbang rumah sederhana di pinggir kota. Tubuhnya yang lelah terasa semakin berat setelah perjalanan panjang yang ia tempuh,Zilfi berhenti sejenak, mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
Tangannya gemetar ketika mengangkat tangan untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok.
Pintu itu terbuka perlahan, dan di sana, Farah membukakan pintu dengan mata melotot karena kaget melihat putri nya ada di hadapan nya .
“Zilfi?” suara Farah.
Zilfi menundukkan kepala, tak sanggup menatap langsung mata ibunya.Farah pun langsung menyuruh Zilfi untuk masuk ke dalam rumah.
Karena Khawatir putrinya pulang dini hari,Farah pun langsung bertanya "Zilfi,,,apakah ayah mu tahu Kalau kamu pulang kesini???"
Zilfi pun menundukkan kepala sambil menggeleng kan kepalanya.lalu ia menjawab "Tidak Bu,aku kabur dari asrama"
Farah pun kaget mendengar jawaban itu."lain kali kalau mau pulang telepon dulu ibu nak,ibu khawatir apalagi hari sudah gelap,nanti ibu jemput,,,yasudah kalau begitu kita Istirahat dulu ya,,kita lanjut besok lagi,kita jaga rahasia ini baik baik,jangan sampai ayah kamu tau "...
Farah pun mengantarkan Zilfi ke kamar untuk beristirahat.